Earbuds nirkabel menjadi semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, walau untuk sementara masih di adopsi oleh kalangan konsumen tertentu. Namun, seiring dengan banyaknya fitur baru yang terus menerus dibenamkan dan harga yang semakin terjangkau, earbuds nirkabel akan semakin banyak di adopsi konsumen. Termasuk di Indonesia.
Ada dua alasan mengapa earbuds nirkabel diminati. Yang pertama, adalah soal kepraktisan. Bayangkan pengguna bisa mengangkat panggilan tanpa perlu menyentuh handphone sama sekali. Ini karena perangkat wireless diciptakan untuk membuat para pengguna lebih praktis dalam beraktivitas.
Menggunakan koneksi Bluetooth, maka ponsel dan headset bluetooth dapat saling terhubung sehingga pengguna bisa melakukan aktivitas seperti mengangkat ponsel atau mendengarkan musik tanpa mengengggam ponsel.
Ketiadaan kabel, juga membuat orang yang hobi berolahraga seperti lari, atau yang pekerjaannya aktif dan terus bergerak merasa bebas. Kedua tangan bisa melakukan hal lain tanpa lilitan kabel apapun. Ini jelas penting bagi mereka yang memiliki aktivitas dan mobilitas tinggi.
Alasan kedua adalah soal fungsi. Earbuds nirkabel tidak hanya untuk mendengarkan musik, tapi juga sudah dibekali berbagai kemampuan. Yang utama, tentu saja microphone. Pengguna bisa berbicara dengan bebas tanpa perlu mengangkat ponsel atau menyodorkan mikropon ke dekat mulutnya.
Poin ini berhubungan dengan dua poin sebelumnya. Misalnya ketika kamu sedang mengendarai motor atau mobil dan saat itu kamu juga sedang menunggu panggilan telepon yang penting. Keadaan ini kerap membuat konsentrasi terbagi.
Lalu, ada voice command. Terhubung ke AI seperti Bixby, Google, dan Alexa, pengguna hanya perlu meneriakan fungsi perintah suara. Misalnya membuka peta, ketika sedang menyetir atau berlari.
Alasan ketiga, tentu saja soal gaya. Jelas dengan memakai earbuds nirkabel, maka pengguna terlihat sophisticated dan sangat kekinian. Selain itu, desain wireless earbuds pun sangat unik. Galaxy Buds milik Samsung menggunakan desain sederhana, dengan permukaan sentuh misalnya untuk mengecilkan suara, memaju mundurkan lagu.
Rata-rata earbuds juga hadir dengan desain charging case bawaan unik, stylish, kompak yang mudah dibawa-bawa dan secara otomatis berfungsi sebagai selot untuk mengisi daya USB Type C.
Memang, mulanya wireless nirkabel butuh waktu untuk populer. Ketika Apple merilis AirPods pada 2016, banyak yang nyinyir dan mengejeknya. Tapi di 2018, AirPods berubah jadi ikon fashion teknologi baru. ”AirPods menjadi viral,” ujar Neil Cybart, analis dari Above Avalon.
Terkait soal segmen audio hardware, melebur teknologi, fungsi, dan fashion adalah wajib. Apple menjual 28 juta AirPods pada 2018 dan diprediksi mencapai 50-55 juta unit di 2019. ”Sebuah inovasi dianggap keren dan bisa diterima, harus nyaman atau praktis digunakan, juga memiliki keunikan,” ungkap Beth DuFault dari State University of New York.
Memang, di Indonesia, masih butuh waktu agar airbuds nirkabel bisa populer. Sebagian mungkin tetap memfavoritkan earphone biasa karena tidak harus tergantung dengan baterai. Meski, vendor seperti Samsung sudah mengakalinya dengna membenamkan fitur wireless charger sehingga Galaxy Buds dapat di charge menggunakan Galaxy S10.
Sebagian lain, mungkin masih berpikir apakah airbuds nirkabel memang sesuai dengan kebutuhannya. Apalagi, harganya tidak terhitung murah. Galaxy Buds, misalnya, harus ditebus seharaga Rp1,8 juta. Padahal headset dengan kabel berkualitas baik sudah bisa ditebus diharga ratusan ribu saja.
Merujuk penjualan AirPods, bisa disimpulkan bahwa airbuds nirkabel tidak akan jadi tren yang kemudian hilang. Tapi, ini adalah perangkat yang kedepannya akan terus menerus dikembangkan, disempurnakan, dan semakin terjangkau harganya, sehingga lambat laun akan mencapai pengguna yang jauh lebih luas. (*)
Teknologi Baru di Earbuds Nirkabel
Earbuds nirkabel akan jadi perangkat yang kedepannya akan terus dikembangkan teknologinya. Beberapa fitur yang disebut ini sudah ada di pasaran, dan akan ada. Seperti apa?
- Active Noise Cancellation
Teknologi active noise cancellation dicapai dari sejumlah hardware yang bekerja simultan, yakni chip, sensor, mikropon, baterai dan software. Selain lebih nyaman (terutama di lingkungan yang brisik), pendengaran juga terlindungi dalam jangka panjang.
- Kualitas Audio
Kualitas audio nirkabel dianggap inferior dibanding headset kabel, karena HD audio yang ditransmisikan lewat Bluetooth terkompresi lantaran bandwith yang terbatas. Tapi, dengan adanya Bluetooth 5.0 dan pengembangan codec audio, transmisi audio akan semakin baik.
- Lebih Irit Baterai
Dengan banyak fitur, mulai AI, HD audio, voice command, hingga sensor-sensor, konsumsi baterai jelas jadi perhatian penting. Karena itu, perusahaan seperti Qualcomm terus memperbaiki chip yang rendah konsumsi daya.
- Latensi Rendah
Qualcomm sudah merilis teknologi aptX Adaptive audio codec, yang membuat latensi rendah. Kedepannya, latensi di earbuds nirkabel juga akan terus menerus dikoreksi.
- AI-Voice Selalu Nyala
Di tren wearable AI, maka earbuds nirkabel memegang peran penting. Nantinya, perangkat ini dan smartwatch akan semakin mengurangi peran smartphone. Pengguna akan semakin terbiasa dengan melakukan perintah suara.
- Sensor-Sensor
Sensor pengukur denyut jantung hingga langkah, sudah dibenamkan di earbuds nirkabel. Lalu, direspons dengan memberikan rekomendasi latihan yang cocok. Bisa ada puluhan sensor yang dipakai di earbuds nirkabel itu.
Alasan Earbuds Belum Terlalu Populer?
- Harga masih mahal dibanding headset dengan kabel.
- Earcanal tidak selalu pas ukurannya. Sehingga terkadang sakit jika dipakai terlalu lama.
- Takut hilang atau terjatuh, saat aktif bergerak tidak terasa.
- Tergantung pada baterai, dan juga mengurangi baterai ponsel.
- Kesesuaian dengan Bluetooth yang dipakai, terkadang tidak cocok dengan ponsel tipe lama.
- Earbuds nirkabel belum memiliki kualitas suara sebaik headset