
Nggak habis pikir sama sutradara yang bikin film-film disturbing, graphic, dan gory ini. Apa yang ada di isi kepala mereka ya.
Ruggero Deodato, sutradara film Cannibal Holocaust (1980), sampai disidang di pengadilan dengan tuduhan pembunuhan karena filmnya dianggap sangat realistis. Tentu ia dan aktor-aktor di film itu membuktikan bahwa semuanya cuma kecanggihan make up saja.
Deodato ini idolanya Eli Roth, yang bikin Cabin Fever, Hostel. Bahkan film terakhirnya Green Inferno terinspirasi langsung dari Cannibal Holocaust.
Terus ada film kayak trilogi The Human Centipede yang mending nggak usah di tonton (apalagi The Human Centipede II, serius kaga ada faedahnya).
Film lain yang bikin abis nonton terus diem dulu dan bilang, “anjay, tadi gw nonton apaan sik,” itu A Serbian Film (2010). Ini film yang merangkum semua hal-hal kontroversial jadi satu: pornografi, pemerkosaan, necrophilia, dan kejahatan seksual anak. Bener-bener bikin shock abis nonton, kok bisa ada orang yang bikin film kayak gini.
Tapi, film-film disturbing kayak gitu ternyata udah ada dari 1970an. Namanya Salò, or the 120 Days of Sodom (1975). Ini bener-bener film yang nggak perlu ditonton. Bukan cuma tabu lagi, tapi udah bener-bener sakit jiwa. Padahal sutradaranya bukan orang sembarangan. Namanya Pier Paolo Pasolini, sineas, novelis, jurnalis, sastrawan yang bahkan pribadinya dibuat film layar lebar Pasolini (2014) dan diperankan aktor kelas Oscar William Dafoe.
Kalo pengen tau ceritanya Salò, or the 120 Days of Sodom, tanpa harus bener-bener nonton, bisa di cek link channel yang bisa ngerangkum film-film disturbing ini dibawah. Inget ya, mending ngga usah ditonton.