“Shaky video is dead” promo GoPro lewat action kamera terbaru GoPro Hero 7. Gara-garanya fitur HyperSmooth. Yakni, teknologi electronic image stabilization (EIS) yang membuat video menjadi sangat stabil dalam kondisi berguncang-guncang sekalipun. Mereka mengembangkan teknologi itu setelah mendevelop SoC sendiri, GP1, yang mulanya dibuat perusahaan lain bernama Ambarella.

Sebelumnya, proses menstabilkan video dilakukan lewat dua cara:

1. Menggunakan gimbal seperti DJI Osmo Mobile untuk ponsel dan Zhiyun Crane untuk mirrorless.

2. Memakai optical image stabilization (OIS) yang dipakai di lensa atau sensor kamera.

Tapi, membawa-bawa gimbal seperti DJI Osmo Mobile tidak menyenangkan. Nggak praktis dibawa-bawa, juga tetap butuh waktu untuk memasang dan kalibrasi. Itu juga alasan saya membeli GoPro Hero 7 Black.

Pablo Lema dari GoPro mengatakan, EIS lebih praktis dibanding OIS karena tidak perlu ada moving parts. Sehingga cocok dengan karakter GoPro yang tahan banting, tahan air, dan sangat kokoh. Keuntungan lainnya, mampu men-tackle frekuensi guncangan yang berbeda-beda. Misalnya di atas motor, yang akan sulit dilakukan oleh OIS. Selain itu, lebih murah karena peredaman guncangan hanya lewat software (bukan mekanikal).

Namun demikian, EIS tetap punya batasan. Tidak mampu menstabilkan guncangan yang terlalu hebat. Misalnya di atas kuda yang berlari. Meski demikian, Pablo mengklaim 90 persen penggunaan GoPro sudah sangat cukup dengan EIS.

Nah, di video ini saya mencontohkan video GoPro Hero 3+ yang tanpa EIS dan GoPro Hero 7 Black dengan EIS. Terlihat nggak kenyamanan menonton antara video yang stabil dan yang berguncang?