Saya anti status politik. Posisi saya netral (nyoblos tergantung arah angin). Tapi soal Bukalapak, saya nggak tahan pengen komen.

Saya jualan di Bukalapak. Saya beli barang juga di Bukalapak. Istri saya kerjanya ngebantu para pelapak di Bukalapak untuk bisa jualan dengan baik lewat Komunitas Bukalapak.

Komunitas Bukalapak ini berupaya membantu agar UKM-UKM di seluruh pelosok Indonesia bisa berjualan online. Supaya produk-produk lokal mereka nggak cuma di jual di kota asalnya saja, tapi juga dapat di nikmati pembeli hingga pelosok Indonesia. Supaya ikut menggerakkan ekonomi Indonesia yang sebagian besar ditopang oleh UKM (CMIIW).

Saya nggak asal bacot tanpa data. Saya ketemu sendiri dengan para anggota komunitas. Yang sebagian besar masih sangat muda-muda. Yang membuat saya kagum dan bangga. Misalnya pasangan muda di kota kecil di pinggiran kota Bandung yang bisa berjualan produk lokal hingga mampu menghidupi keluarganya.

Mereka rela datang jauh-jauh ke kota Bandung untuk menghadiri “gathering kecil” bersama anggota Komunitas Bukalapak lainnya.

Dibanding komunitas platform e-commerce lain, anggota komunitas Bukalapak ini dianggap paling solid. Dibanding e-commerce lainnya, saya bisa katakan Bukalapak ini paling Indonesia. Baik dari orang-orang di dalamnya, kulturnya, dan mungkin kepemilikannya (saya harus cek lagi).

Dan cuma bisa mengelus dada ngeliat orang-orang yang menurut saya sangat terpelajar dengan bangganya mengkampanyekan uninstall aplikasi ini (entah udah pake ato belom), cuma karena cuitan yang udah di klarifikasi.

Kesimpulan status saya cuma ini: beda pilihan politik bikin siapapun bisa buta hati. Sedih.