
Nokia memangkas harga empat varian ponsel mereka yang sudah di pasarkan di Indonesia. Mulai Nokia 6, Nokia 5, Nokia 3, dan Nokia 2. Penurunan harganya cukup tinggi, mulai Rp100 ribu-Rp150 ribuan. Selain itu, mereka juga mengumumkan ketersediaan sistem operasi Android 8.1 Oreo untuk Nokia 5 dan 6.
”Perubahan di Oreo cukup banyak. Mulai fitur baru, kinerja baru, serta baterai yang lebih hemat,” ujar Miranda Warokka, Head of Marketing HMD Indonesia. HMD adalah pemegang lisensi brand Nokia di Indonesia. Tidak seperti vendor lain yang melakukan kustomisasi di OS Android untuk memberikan diferensiasi, Nokia memilih memberikan versi Android yang murni.
Mereka menganggap pendekatan membawa versi Android “apa adanya” tersebut justru memberi benefit bagi konsumen. Yakni, membawa Android tanpa bloatware dan aplikasi pra-instal.
Nokia 6 adalah ponsel kelas menengah dengan prosesor Qualcomm Snapdragon 430, RAM 3 GB, memori internal 32 GB, layar full HD 5.5 inci, dan desain bodi dari satu blok alumunium seri 6000. Tersedia dalam empat warna (Matte Black, Silver, Tempered Blue dan Copper), Nokia 6 kini dibanderol Rp2.9 juta dari sebelumnya Rp3 juta.
Nokia 5 memiliki spesifikasi serupa dengan Nokia 6, namun punya ukuran layar sedikit lebih kecil. Yakni IPS HD 5.2 inci. Harganya kini menjadi Rp2,6 juta dari sebelumnya Rp2,7 juta. Adapun Nokia 3 menggunakan layar 5 inci, harganya Rp1,7 juta dari sebelumnya Rp1,8 juta. Sementara Nokia 2 dibanderol Rp1,3 juta dari sebelumnya Rp1,350 juta.
Adapun harga model tertinggi mereka Nokia 8 yang sudah menggunakan Snapdragon 835 tetap di angka Rp6,4 juta. Kesemua ponsel Nokia di pasarkan lewat jaringan distribusi PT. Teletama Artha Mandiri (TAM) dan PT. Sentra Prima Distribusi.
Miranda Warokka mengakui bahwa PR Nokia di Indonesia saat ini adalah rebranding atau mengenalkan kembali Nokia dengan sistem operasi Android ke pasar lokal. ”Menurut riset, pembeli Nokia saat ini berusia 25 tahun-44 tahun. Sementara kami juga ingin untuk dikenal di kalangan millennials,” ujar Miranda.
Hal ini menciptakan tantangan tersendiri, karena value yang diberikan di ponsel Nokia baru tidak jor-joran adu spesifikasi seperti halnya ponsel keluaran Tiongkok. ”Strategi kami lebih untuk mengedukasi bagaimana ponsel Nokia dapat digunakan oleh pengguna untuk men-tackle berbagai problem mereka,” ia menambahkan.
Pemerhati teknologi Lucky Sebastian menjelaskan bagaimana kualitas Nokia memang tidak kasat mata. ”Ponsel Nokia dirancang dengan kualitas tinggi, menggunakan blok alumunium utuh yang kokoh, juga baterai tahan lama. Keunggulan itu mungkin tidak langsung terlihat, tapi dapat langsung dirasakan,” ungkap Lucky yang menyebut Nokia seperti memiliki “inner beauty”.
Nokia 8, misalnya, tidak kekinian lantaran belum memiliki poni atau layar 18:9 seperti semua ponsel premium saat ini. Tapi, hal itu di tebus dengan kualitas bodi, penggunaan prosesor Snapdragon 835, dan sejumlah fitur lainnya. Tapi, Miranda menyebut tidak menutup kemungkinan kedepannya Nokia lebih luwes untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pasar Indonesia. ”Untuk sementara, kami ingin di mengerti oleh pengguna,” katanya.