DJI Mavic Air mengisi celah pasar antara DJI Spark (Rp6 juta-Rp9.5 juta versi combo) dan DJI Mavic Pro (Rp14 juta-Rp16 jutaan versi combo). Harga di Indonesia kemungkinan Rp11 juta/12 jutaan-Rp14 jutaan versi combo.

Mungkin ini diibaratkan segmentasi smartphone entry level, menengah, dan premium. Kayaknya DJI mau nutup semua celah di segmen ini, mungkin karena multirotor/drone di rentang harga ini yg paling potensial dan laris kedepannya.

Phantom 4 dan Inspire yg harganya Rp20 juta ke atas udah masuk di ranah profesional dimana orang rela bawa 1 backpack sendiri demi dapet gambar berkualitas (dibuat kerja). Sisanya Mavic Pro ke bawah untuk pengguna yg lebih umum sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan Youtube aja.

Setelah 3DR dan Gopro Karma dari Amerika dan Parrot dari Prancis angkat bendera putih, jadinya winners take all buat DJI di pasar consumer drone. Di rentang harga $500-$1000 dan $1000-$2000 DJI menguasai 70 persen market share. Satu-satunya market yang nggak mereka mainin adalah dibawah $500 dimana merek-merek seperti Hubsan, Syma, MJX, JJRC, Cheerson, Eachine dst berebut margin kecil.

Saat ini valuasi DJI $10 miliar dan belum IPO. Foundernya Frank Wang adalah salah satu orang terkaya di dunia.

Selanjutnya apa? Tahun 2021 diprediksi ada 21 juta unit drone yg dikapalkan global. Penggunaan drone juga semakin meluas. Dan yang paling menarik adalah untuk e-commerce (drone delivery) atau mengantar barang lewat drone.

Di Jepang Rakuten sudah melakukan uji coba. Tapi puncaknya nanti justru akan ada di China, ketika JD.com dan Alibaba sedang investasi besar2an untuk menyiapkan platform drone delivery mereka. Bahkan FX Express (semacam JNEnya China) targerkan 2019 sudah bisa kirim barang lewat drone.

Begitu besarnya kebutuhan drone untuk komersial (terutama ecommerce) di masa mendatang sampai2 Boeing bikin desain drone delivery mereka sendiri. Jadi bakal menarik ngeliat perkembangan drone kedepannya.

Gimana menurut Anda?