Gue liat strategi co-branding jadi motor dari industri fashion “hype” seperti Supreme, Bape, Off-White, Adidas, Nike, Palace, Kith, Comme Des Garcons, Stussy, Trasher, ASSC, dst dst. Dua brand yang sangat berbeda bikin kolaborasi produk yang sengaja dibuat terbatas.

Contohnya kayak digambar Supreme X Akira yang keren abis.

Dampaknya adalah produk yang sangat unik yang menggabungkan kekuatan 2 brand yg punya fans sendiri-sendiri, menggamit konsumen baru, cross promotion, dan seterusnya.

Dan karena dibikin terbatas, setiap ada “drop” orang rela ngantre panjang sama kayak mau beli iPhone baru. Uniknya, yang kebanyakan ngantre adalah reseller–orang yang beli buat dijual lagi supaya dapet profit–.

Bahkan nilai “reselling market”-nya mungkin lebih besar daripada nilai industri street wearnya itu sendiri. Tahun 2015 diperikiran industri reselling clothing mencapai USD15 miliar dan tumbuh 6 persen per tahunnya.

Baju yang harga ritelnya ratusan ribu-jutaan bisa naik jadi belasan juta di pasar ritel.

Gue bukan hype beast tapi ternyata seru juga ngikutin perkembangan industri street wear yang sekarang udah nggak bisa dibedain dari luxury/high fashion.

Pertanyaannya, kira-kira strategi co-branding gini bisa di aplikasikan ngga ya di Indonesia? Apa udah ada tapi gue nggak ngeh?

Kalo ada produk Indonesia yang mau kolab, pengennya apa sama apa? Polygon X Eiger keren kayaknya, atau Consina X Lawless? hahaha.