Masayoshi Son, CEO dan Pendiri Softbank
HAL 3Jumlah kekayaan: USD22,5 miliar
Usia: 60 tahun
Sumber pendapatan: internet, telekomunikasi, bisnis
Tempat tinggal: Tokyo, Jepang
Kewarganegaraan: Jepang
Status: Menikah, 2 anak
Pendidikan: Bachelor of Arts/Science, Universitas California, Berkeley

Daftar Forbes:
#10, Richest In Tech 2017
#1, Japan’s 50 Richest 2017
#34, Billionaires 2017
#1, Japan Powerful People 2016

Punya Saham di 1.000 Perusahaan

  • Pria terkaya di Jepang, Masayoshi Son, mendirikan SoftBank, operator seluler dan lembaga investasi berskala global.
  • Pada Desember 2016, Masayoshi berjanji pada Donald Trump bahwa SoftBank akan memimpin investasi sebesar USD50 miliar dari ”SoftBank Vision Fund” ke perusahaan Amerika.
  • Pemerintah Saudi Arabia adalah investor terbesar SoftBank Vision Fund, dengan nilai USD45 miliar dalam 5 tahun.
  • Apple, Qualcomm, Foxconn, dan Larry Ellison adalah investor di Vision Fund.
  • Pada 2013, SoftBank mengakuisisi operator seluler AS, Sprint Nextel senilai USD22 miliar.
  • SoftBank disebut-sebut memiliki saham di 1.000 perusahaan karena sangat aktif berinvestasi.

Softbank CEO Masayoshi Son Press Conference

Pendiri SoftBank Masayoshi Son bukan hanya pria terkaya di Jepang. Tapi, dialah investor terbesar di bidang teknologi dan menjadi penentu perkembangan komputer di masa mendatang.

Pengambilan keputusan di perusahaan Jepang biasanya konservatif. Tapi, di tangan Masayoshi Son SoftBank menjadi perusahaan investasi yang bergerak sangat cepat, aktif mencari startup (perusahaan perintis di bidang teknologi) yang menjanjikan, dan menaruh sahamnya di sana. Tidak hanya puluhan atau ratusan miliar rupiah, tapi juga puluhan hingga ratusan triliun rupiah. Begitu aktifnya, sampai-sampai SoftBank disebut telah berinvestasi pada 1.000 perusahaan, menjadikan Masayoshi sebagai salah satu investor terbesar di bidang teknologi.

Ketika disrupsi layanan dari startup terus “mengganggu” perusahaan-perusahaan yang sudah mapan, maka investasi di riset dan pengembangan (R&D) ditambah atau malah melakukan akuisisi. Yang dilakukan SoftBank adalah keduanya.

Binsis inti SoftBank adalah telekomunikasi. Perusahaan tersebut memiliki saham terbesar di operator seluler Amerika yang sebelumnya nyaris bangkrut, Sprint. Namun, SoftBank juga sangat populer sebagai perusahaan asal Jepang yang menghimpun dan melakukan investasi secara masif.

Mereka mengakuisisi produsen chip dunia ARM senilai USD32 juta, menanamkan uang sebesar USD4 miliar di perusahaan chip Nvidia, dan baru saja mendanai perusahaan e-commerce India Flipkart senilai USD2,5 miliar. Khusus pendanaan terakhir itu dihimpun dari Vision Fund, yakni perusahaan penghimpun dana yang luar biasa besar. Investor mereka termasuk Saudi Arabia, Apple, Foxconn, Qualcomm dan Sharp. Pada Mei 2017 silam, jumlah kapital yang dihimpun oleh Vision Fund mencapai USD93 miliar dan diharapakan tembus USD100 miliar pada akhir tahun.

Vision Fund sendiri terpisah dengan SoftBank. Langkah mengakuisisi operator seluler Sprint senilai USD36 milair pada 2012 dan 2013 murni keputusan Masayoshi. Termasuk saat ia menjadi investor awal dari Yahoo dan Alibaba ketika valuasi keduanya masih dibawa USD100 juta.

Seberapa aktif Masayoshi melakukan investasi bisa dilihat dari angkat ini: selama 2012 hingga Agustus 2017 SoftBank dan Vision Fund telah melakukan 383 investasi dengan nilai sebesar USD125,76 miliar. Semua investasi itu hanya dari dua kategori saja: perusahaan dengan teknologi cutting edge terkini atau perusahaan yang sudah di posisi puncak atau kedua di bidangnya.

”Mereka (SoftBank) secara konsisten berinvestasi di pemimpin pasar, yakni perusahaan global yang memiliki ide dan layanan baru yang ternyata terbukti sukses pula di negara-negara berkembang. Dan sebaliknya, mereka juga sangat tertarik dengan perusahaan lokal nomer satu di emerging market,” ujar Hans Tung, managing partner dari GGV Capital.

Contohnya di perusahaan transportasi online atau ride hailing, SoftBank sudah berinvestasi di Grab yang nomor satu di Asia. Tapi, mereka tetap menyuntikkan dana ke pemain lokal India, Ola. Bahkan, belum lama ini SoftBank menyatakan masih tertarik untuk menaruh uang mereka di perusahaan seperti Uber atau Lyft yang sangat populer di Amerika.

Di China, strategi mereka sedikit berbeda. SoftBank berinvestasi ke perusahaan ride hailing terbesar kedua Tiongkok, Kuaidi Dache. Lalu, melakukan merger dengan Didi Dache, yang menghasilkan perusahaan baru Didi Chuxing.

Adapun di bidang telekomunikasi, baik di Jepang maupun Amerika, SoftBank sendiri tidak menganggap bisnis mereka adalah telekomunikasi. ”Yang mereka lakukan adalah menjaga cash flow perusahaan tetap aman. Jika kemudian nanti nilai perusahaan telekomunikasi melonjak, bukan tidak mungkin SoftBank akan menjual bisnis mereka,” ujar Kirk Boodry, analis dari New Street Research.

Investasi untuk Masa Depan

p14-trump-japan-b-20170205.jpgMasayoshi mendirikan SoftBank pada 1980an dengan visi besar. Yakni, membuat SoftBank menjadi perusahaan yang memegang peranan besar terhadap perkembangan teknologi dunia. Pada usia 19, bahkan Masayoshi sudah merencanakan ambisi dan pencapaian yang harus dia lakukan hingga 50 tahun ke depan. Termasuk membangun SoftBank sebagai perusahaan raksasa seperti sekarang. Bahkan, Masayoshi sudah menciptakan rencana 300 tahun agar SoftBank terus tumbuh sebagai perusahaan.

Pada 2010, misalnya, Masayoshi memaparkan rencana bisnis SoftBank dalam 30 tahun kedepan, yang termasuk di dalamnya adalah “revolusi informasi”, serta mendorong perkembangan sains di bidang seperti meningkatkan harapan hidup manusia hingga 200 tahun.

Rencana-rencana itu memang luar biasa. Dan kalau pun tidak semuanya akan dicapai oleh SoftBank, kemungkinan akan dicapai oleh perusahaan-perusahaan yang telah mereka suntikkan dana. Karena itu lah mengapa SoftBank memilih berinvestasi di perusahaan-perusahaan dengan layanan teknologi terdepan, mulai dari Internet of Things, artificial intelligence, dan deep learning.

HL 4.jpgDi bidang robotik misalnya, SoftBank menciptakan Pepper, yakni robot yang mampu membaca emosi manusia dan berinteraksi dengan manusia. Robot tersebut sedang disiapkan untuk dipasarkan secara global dengan bantuan dari Alibaba dan Foxconn.

Pada Juli 2017, SoftBank menjadi bagian dari konsorsium perusahaan yang berinvestasi sebesar USD159 juta ke startup automotif asal Amerika Nauto. Perusahaan tersebut menciptakan kamera yang dapat melacak sikap pengendara secara real time dan langsung tahu jika pengemudi lelah atau terdistraksi.

Didi Chuxing pun tidak sekadar fokus di ride-hailing saja. Namun saat ini sedang mengembangkan artificial intelligence di bidang keamanan serta teknologi berkendara otonom di laboratorium riset mereka di Silicon Valley.

Semua yang dicapai oleh Masayoshi saat ini tidak lepas dari kerja keras dan keuletannya. Pada era 2000an, ketika meledaknya bisnis dotcop, ia pernah kehilangan USD70 miliar atau 99 persen dari kekayaannya dalam satu hari.

Miliki Rumah Termahal di Amerika

Walau tinggal di Jepang, sebagian besar bisnis Masayoshi Son memang berada di Amerika. Tak heran jika ia menghabiskan banyak waktu di negara Paman Sam. Selain itu, Masayoshi juga tidak asing dengan kawasan Bay Area. Ia pindah ke California di usia 16, dan setelah menyelesaikan SMA tinggal bersama keluarganya di San Fransisco, sebelum kemudian berkuliah di Univeristy of California.

Pada 2012, misalnya, Masayoshi membeli sebuah rumah dengan harga luar biasa mahal di California. Yakni USD117,5 juta. Harga rumah itu memecahkan rekor penjualan rumah pribadi termahal di Amerika. Rumah tersebut di desain dan dibangun oleh arsitek Allan Greenberg pada 2005.

Memiliki tanah seluas 3,600 meter persegi, bangunannya memiliki luas 836 meter persegi, dengan fasilitas seperti balkon, kolam renang, kolam ikan, serta pemandangan yang sangat indah. Rekor penjualan rumah termahal itu akhirnya pecah pada 2014, dengan pembelian senilai USD120 juta di kawasan Greenwich, Connecticut.

Pada 2016, Masayoshi kembali membeli sebuah rumah di Kansas City yang berdekatan dengan kantor pusat Sprint. Langkah tersebut dilakukan untuk memudahkan pekerjaannya sebagai komisaris di operator seluler tersebut. Terutama agar Masayoshi dapat meeting dengan mudah di kantor pusat Sprint.

Percaya Komputer Lampaui Kecerdasan Manusia

SoftBank Group Corp Chairman and CEO Son attends a news conference in TokyoBukannya mampu meramal masa depan, tapi Masayoshi Son sangat percaya dengan singularity. Yakni, titik di mana komputer akan lebih cerdas dari manusia. Dan itu akan terjadi tidak lama lagi. Tidak sampai tiga dekade dari sekarang, Masayoshi percaya bahwa sebuah chip komputer akan memiliki IQ sebesar 10.000. Sebagai perbandingan, IQ manusia rata-rata adalah 100. IQ 200 hanya dimiliki orang jenius seperti Albert Einstein.

Itu pula alasan mengapa belum lama ini SoftBank mengakuisisi ARM Holdings Plc sebesar USD32 miliar. ARM adalah perusahaan pembuat chip dan rekayasa software terbesar di dunia. Masayoshi percaya bahwa ARM akan memegang peranan penting terhadap perkembangan kecerdasan buatan.

Saat ini ARM sudah menjadi penyedia dominan semikonduktor atau chip ponsel. Dalam 20 tahun ke depan, perusahaan tersebut berencana mengapalkan 1 triliun chip tidak hanya untuk ponsel, melainkan juga mobil, TV, bahkan perangkat internet of things seperti jam tangan, sepatu, dan baju.  Saat ini fokus ARM juga pada keamanan. Dalam era singularity nanti, hal yang paling tidak diinginkan tentu saja ketika teknologi dan komputer cerdas akan memberikan dampak buruk pada manusia. Ia mencontohkan bagaimana engineer dari ARM mampu meretas mobil 4×4 dan 1,2 juta kamera pengawas selama makan siang.

“Saya percaya bahwa singularity adalah hal yang tidak dapat dihindarkan, dan semua bisnis akan di definisikan ulang seiring nanti kecerdasan komputer akan mengalahkan kecerdasan manusia,” ujar Masayoshi.

Beli Perusahaan Telekomunikasi demi Steve Jobs

steve Jobs.jpgMasayoshi Son tak malu di sebut Steve Jobs versi Jepang. Tampak ia sedang mengenakan turtle neck warna hitam yang juga sering digunakan Jobs saat melakukan presentasi.

Masayoshi Son merasa punya hubungan spesial dengan mendiang Steve Jobs. Ia juga tidak malu disebut penggemar Jobs. Sebab, Jobs memberikan banyak sekali dampak terhadap perkembangan bisnis SoftBank secara keseluruhan.

Pertama, soal logo. Masayoshi bercerita bahwa ketika ia datang ke Jobs, mantan CEO Apple tersebut meminta SoftBank untuk mengganti logo perusahaan. “Menurut Jobs, logo SoftBank jelek sekali dan saya harus menggantinya jika ingin berbisnis dengannya. Maka saya menggantinya seperti logo yang Anda lihat sekarang, dan Steve (Jobs) sangat menyukainya,” ungkap Masayoshi.

Ia menemui Jobs karena ingin pitching sebuah ide bisnis. ”Saya menggambar sebuah iPod dengan kemampuan ponsel,” ungkap Son. Melihat gambar tersebut, Steve bereaksi, “Masa, Anda tidak perlu memberi saya gambarmu. Saya sudah punya,” katanya. Saat itu iPhone memang belum dirilis dan masih menjadi proyek rahasia.

Langkah Masayoshi menemui Jobs terkait keinginannya untuk mengakuisisi salah satu operator terbesar di Jepang. Namun, ia butuh senjata untuk bisa bersaing dengan NTT DoCoMo, operator telekomunikasi terbesar di Jepang.

”Saya berkata ke Jobs, ’Anda tidak perlu menyimpan gambar saya. Tapi setelah produk itu rilis, berikan ke saya di Jepang,” katanya. ”Masa, Anda ini gila. Tidak ada yang tahu soal apa yang kami kerjakan. Tapi, saya janji akan memberikannya ke Anda,” imbuh Masayoshi menirukan Jobs.

SoftBank akhirnya membeli jaringan Vodafone di Jepang pada akhir 2006. Dan Jobs memenuhi janji dengan memberikan iPhone kontrak eksklusif ke operatornya. Pada 2013, 66 persen mantan pengguna NTT DoCoMo berpindah ke operator yang menggunakan iPhone. Tahun ini menjadi kerugian terbesar bagi NTT DoCoMo.

Investasi Terbesar Softbank Sejak 2012

Sprint

Sprint-logo-wordmark.png

Operator Seluler di Amerika

Nilai: USD36,142 miliar

Tahun: 2012

ARM Holdings

ARM.png

Perusahaan Semikonduktor dan desain peranti lunak di Inggris

Nilai: USD31,792 miliar (2016)

Didi Chuxing

didi_Logo.jpg

Perusahaan ride-sharing terbesar di China

Nilai: USD5,5 miliar (2017), USD4,5 miliar (2016)

eAccess

EAccess.png

Operator telekomunikasi di Jepang

Nilai: USD4,358 miliar (2012)

Clearwire

Clearwire-logo.jpg

Operator telekomunikasi di Amerika

Nilai: USD3,662 miliar (2012)

Fortress Investment

fortress.png

Perusahaan pengelola investasi global di Amerika

Nilai: USD3,286 miliar (2017)

Grab

GRAB.jpg

Perusahaan ride-sharing di Malaysia

Nilai: USD2,500 miliar (2017)

Flipkart

Perusahaan e-commerce di India

Nilai:    USD2,500 miliar (2017)