Photo 3.jpgRasanya saya memang harus memberi kesempatan sekali lagi pada teknologi pembayaran berbasis kode QR (Pay by QR), sama seperti konsumen Indonesia memaafkan mobil China dengan respons yang sangat positif pada kehadiran Wuling Motors.

Teknologi kode QR memang tidak pernah membuat konsumen Indonesia sakit hati seperti mobil China yang tiba-tiba ”kabur” tanpa kabar dan meninggalkan konsumen yang kecewa. Tapi, pembayaran berbasis kode matriks yang sudah cukup lama dikenalkan di Indonesia belum pernah saya lihat penggunaannya secara efisien.

Sampai saya datang ke acara festival kuliner Santan Coolinair by AirAsia di Senayan City, kemarin. Selayaknya festival makanan, ada aneka menu masakan yang bisa dijumpai di festival yang berlangsung pada 29 September – 1 Oktober 2017 itu. Semuanya siap memanjakan lidah. Apalagi, juru masaknya di datangkan langsung dari luar negeri.

Tapi, yang istimewa dari acara itu adalah cara pembayarannya. Semuanya dilakukan dengan non tunai alias cashless lewat aplikasi Doku Wallet, yakni dompet virtual yang dilengkapi dengan fitur kartu kredit dan cash wallet. Kebetulan AirAsia sendiri merupakan salah satu merchant Doku dan kedua perusahaan punya visi yang sama dalam upaya membagikan pengalaman transaksi non tunai yang menyenangkan untuk konsumen.

Lalu, apa hubungan antara festival tersebut dengan kode QR? Ternyata teknologi kode QR adalah kunci yang membuat transaksi non tunai bisa dilakukan sangat mudah dan menyenangkan.

Oke, mula-mula kamu tentu saja harus terlebih dulu memiliki akun di Doku. Lalu, isi saldonya. Sekalian juga lengkapi profil untuk jadi User Premium dengan verifikasi tanda pengenal seperti KTP, SIM, atau Passport. Mudah kok. Selain batas maksimal saldo cash wallet mencapai Rp5 juta (user biasa hanya Rp1 juta), keuntungan User Premium adalah dapat melakukan transfer dan tarik tunai di minimarket. Sehingga sisa saldo yang tidak terpakai dapat di ambil lagi.

Setelah itu, silahkan berkeliling ke Santan Coolinair by AirAsia. Pilih makanan yang paling disuka, pesan kepada penjual, dan lakukan pembayaran dengan metode ”scan by QR”. Caranya, pilih menu Scan QR di aplikasi Doku. Arahkan ponsel ke kode QR di booth penjual. Setelah pemindai berjalan, “bip”, uang pun berpindah tangan dalam satu kedipan mata. Wow, tidak ada yang lebih mudah dari ini! Tidak perlu mengeluarkan dompet, tidak perlu bingung dengan kembalian, tidak perlu menggesek-gesek kartu, tidak perlu tanda tangan ataupun memasukkan PIN.

Transaksinya tetap aman, mudah, dan sangat cepat. Satu-satunya hal yang perlu diperhatikan adalah koneksi data. Sebab, tanpa jaringan internet transaksi ini tidak akan berjalan. Jadi, pastikan kamu memiliki paket data yang aktif. Jika bagi pengguna transaksi seperti ini punya banyak keuntungan, bagaimana dengan merchant? Ternyata sama untungnya. Merchant mendapat untung dari transaksi yang paperless, dan sekali lagi saya harus sebutkan ini dua kata ini: mudah dan cepat.

Gara-gara membayar dengan kode QR (pay by QR), saya malah berandai-andai, alangkah mudahnya jika lebih banyak gerai yang mengadopsi transaksi seperti ini. Karena hambatannya sangat kecil. Dari soal perangkat, misalnya, siapa sih yang tidak memiliki smartphone?

Kedua, aplikasi Doku tinggal mengunduh. Melakukan top up juga mudah. Jika tidak mudah, tentu mereka tidak akan memiliki 1,6 juta pengguna dalam waktu kurang dari 4 tahun. Ketiga, potensi pasarnya sangat besar. Tidak lain adalah para millennials yang mungkin belum memiliki kartu kredit.

Keempat, kemasan acara seperti festival kuliner Santan Coolinair by AirAsia ini lekat sekali dengan gaya hidup millennials yang suka belanja, traveling, dan makan-makan. Dan masih banyak potensi-potensi untuk menggelar acara serupa. Tentu akan menarik melihat merchant mulai menyediakan metode pembayaran Pay by QR di gerai-gerai mereka. Menurut saya, hal ini sangat realistis dilakukan di Indonesia.

Dampaknya apa? Jelas sekali bahwa ini menjadi media menyukseskan program transaksi non tunai pemerintah yang sangat relevan bagi generasi muda (millennials) yang memiliki adopsi teknologi tinggi, keinginan belanja besar, dan mungkin tidak atau belum memiliki kartu kredit. Kemudian, ini adalah bentuk ideal menjadikan ponsel sebagai sistem pembayaran di Indonesia. Terakhir, tentu saja mempermudah UKM dalam bertransaksi. Bukan tidak mungkin nantinya transaksi non tunai ini memiliki dampak sama besarnya dengan e-commerce terhadap UKM.