GrabHitch (Nebeng) yang dikenalkan Grab pada Rabu (24/5) silam langsung menyapa empat kota sekaligus mulai Juni 2017 mendatang. Yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Malang. GrabHitch (Nebeng) adalah layanan carpooling kendaraan roda empat yang diklaim Grab “non profit”. ”Kami memang tidak mencari profit. Namun, menjadi bentuk dukungan mengatasi permasalahan lalu lintas di Jakarta dengan mengurangi angka kendaraan lewat carpooling,” kata Ridzki Kramadibrata, Managing Director Grab Indonesia.
Grab memprediksi Indonesia mengalami peningkatan jumlah kepemilikan mobil 10,5 per tahun hingga 2020. Sebagian pemilik motor juga diperkirakan beralih ke kendaraan roda empat. Nah, ledakan ini yang ingin diredam dengan layanan GrabHitch.
”Tujuannya membantu mengurangi jumlah mobil berpenumpang tunggal. Pengemudi yang berpartisipasi menjadi pengemudi GrabHitch juga dapat memperoleh keuntungan. Misalnya mendapat teman mengobrol di jalan. Penumpang diharapkan terlebih dahulu mengisi bangku di samping pengemudi,” ungkap Ridzki.
Grab menegaskan bahwa layanan terbaru mereka sifatnya sosial. Keuntungan hanya untuk pengemudi dan penumpang. Pihak Grab tidak akan mengambil bagian dari tarif yang dikenakan di GrabHitch mobil. Tarif GrabHitch lebih murah, yaitu Rp1.500 per kilometer hanya untuk biaya perjalanan seperti tol dan bahan bakar. Pengemudi tidak harus menerima seluruh order perjalanan. Bahkan dibatasi dua trip per minggu.
Pengguna hanya bisa melakukan pemesanan mulai dari 7 hari hingga 15 menit sebelum perjalanan, tidak bisa instan seperti layanan Grab biasanya. “Baik pengemudi maupun penumpang saling memberi rating,” jelas Mediko Azwar, Marketing Director Grab Indonesia. Beda dengan GrabShare di mana setiap order perjalanan hanya untuk dua orang penumpang, GrabHitch bebas. “GrabShare adalah layanan transportasi publik, sementara GrabHitch layanan sosial,” ungkap Mediko.
Pemilihan empat kota besar untuk GrabHitch berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh organisasi internasional yang menaruh perhatian terhadap kemacetan dan transportasi dunia, INRIX. Pada 2016 tentang studi INRIX untuk wilayah Asia tercatat bahwa Jakarta menempati posisi kedua sebagai kota dengan waktu terbuang paling lama karena kemacetan, yaitu 55 jam per tahun.
Posisi pertama diisi oleh ibu kota Thailand, Bangkok. Bandung dan Malang sendiri berada di posisi ketiga dan keempat dengan rata-rata 42 jam dan 39 jam. Adapun Surabaya di posisi ke-9 dengan 32 jam.