aplikasi-mox-thomasmanggalla-1
Aplikasi streaming MOX rancangan Indonesia telah menjalin kerjasama dengan sejumlah rumah produksi film terbesar di Indonesia. Foto:thomasmanggala

Industri film harus bisa berubah dan mengikuti perkembangan zaman dan pasar. Itu, salah satunya lewat solusi streaming video on demand. Bisa jadi ini akan menjadi salah satu penentu masa depan industri film di Indonesia.

Hal itu disampaikan Produser MD Pictures Manoj Punjabi yang melihat bagaimana agresifnya layanan streaming video on demand di Indonesia saat ini. Manoj juga tidak melihat kehadiran platform baru tersebut akan membawa kerugian terhadap industri film di Tanah Air. Justru sebaliknya, akan membuka kesempatan baru.

”Digital telah mengubah banyak hal. Dulu, setelah film tayang di bioskop tidak lama kemudian akan diputar di televisi. Kini berbeda, dari bioskop langsung ke layanan streaming,” bebernya.

Kondisi inilah yang disebutnya membuka peluang baru. Karena berpotensi memberi kontribusi pemasukan setelah sebuah film tayang di bioskop. Streaming video juga dinilainya efektif mengurangi pembajakan, benalu di industri kreatif Indonesia yang tidak pernah bisa dilawan. ”Karena itu, produser harus mendukung layanan streaming film menjadi platform yang bisa memberi manfaat lebih,” ungkap pria berdarah India ini.

Manoj juga melihat bagaimana streaming video berlahan mengikis pasar DVD maupun Blu-ray yang disebutnya pasarnya akan semakin mengecil. ”Anak-anak muda lebih suka menonton lewat streaming dari ponsel, table, hingga televisi,” beber produser Habibie & Ainun dan Surga Yang Tak Dirindukan ini.

Pihak MD Entertainment sendiri mengaku tidak berencana berhenti merilis DVD kendati streaming semakin populer. ”Kami akan tetap mengeluarkan rilisan fisik demi memanjakan kolektor film. Penjualan fisik DVD dulu sangat menguntungkan penonton dan rumah produksi. Kami bisa terus mendapat royalti, sementara penonton tetap bisa menikmati film meski tidak di bioskop,” ungkapnya. Kendati demikian, Manoj melanjutkan, industri film Indonesia harus sudah melangkah ke platform streaming video on demand karena disana lah masa depan berada.

 

Streaming Buatan Lokal

Dalam dua tahun terakhir sejumlah memang kita melihat masuknya Hooq, iFlix, Tribe, hingga Catchplay yang menghadirkan layanan streaming on demand. Tapi, sudah adakah platform streaming film lokal yang benar-benar memadai? Jawabannya, ada. Namanya MOX. Film-filmnya dikurasi dari rumah produksi terbaik dan terbesar di Indonesia. Mulai dari MD Pictures, Soraya Intercine Films, Kharisma Starvision, Rapi Films, dan Mizan Productions.

Chief Executive Officer PT MOX Digital Indonesia Didi Mukti mengatakan, saat ini sudah ada 500 judul film box office Indonesia di MOX yang disebut Didi juga tersedia di Singapura, Brunei Darussalam, Hong Kong dan Malaysia. Sejak dikenalkan kali pertama pada Desember 2015 silam, MOX saat ini telah memiliki 1,3 juta pelanggan. Tahun ini mereka berencana menyasar pasar Timur Tengah, Taiwan, Korea, dan Eropa.

Selain dalam bentuk aplikasi yang bisa di dunduh di Google Play dan Apple Store, MOX juga bisa di akses lewat website. Ada cukup banyak program dan gimmick untuk menarik konsumen. Salah satunya MOXPLAY SIM Card yang sudah dibekali data satu bulan gratis untuk nonton film sepuasnya secara streaming. Kartu SIM itu bekerja sama dengan PT XL Axiata TBK (XL).

Chief Digital Service Officer XL Joseph Lumban Gaol menilai, XL Axiata sebagai operator tidak hanya menyediakan jaringan internet yang prima. ”Namun juga membangun ekosistem digital yang melibatkan para penyedia konten film dengan para penonton,” ungkapnya. Faktanya, ada peningkatan jumlah penonton film Indonesia yang mulai terasa sejak 2015. Pada Juli 2016, jumlah penonton film Indonesia diprediksi mencapai 16 juta orang. Tentu ini berdampak positi bagi layanan streaming kedepannya.

 

Menjangkau Masyarakat Lebih Luas

Pendiri sekaligus Chief Strategis MOX Rafli Ridwan berharap mereka menjangkau masyarakat yang tidak terjangkau bioskop. ”Agar layanan ini bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat, karena memang pelanggan kita kebanyakan diluar Jakarta dan daerah-daerah yang tidak memilki gedung bioskop sendiri,” kata Rafli.

Manuver Mox bersama XL disebut Rafli dilatari oleh rendah atau masih minimnya jumlah pelanggan MOX yang menonton lewat aplikasi mobile. Ia menuturkan dari sekitar 1,3 juta pelanggan per Januari 2017, hanya 10 persen yang menonton via aplikasi. Fokus pada konten film lokal saja, MOX mengaku layanan mereka lebih banyak digunakan di luar kota besar dengan perbandingan 60:40.

Adapun syarat menikmati film lewat aplikasi MOX, pengguna hanya harus mengeluarkan biaya sebesar Rp15 ribu untuk layanan basic. Di sana sudah bisa menonton film sepuasnya selama satu bulan. Sedangkan film terbaru dapat dinikmati dengan harga serupa namun hanya untuk sekali tonton.

 

Layanan Streaming Film di Indonesia

 

HOOQ

hooq-logo-Berasal dari Singapura dan merupakan milk bersama dari Singtel, Sony Pictures Television, dan Warner Bros.

-Masuk Indonesia April 2016.

-Koleksi: 1.600 film dan 175 episode serial televisi Hollywood. Dan 1.250 film serta 6.000 episode serial televisi Indonesia

-Harga layanan: Rp49.500/bulan

 

Viu

viu-Berasal dari Hongkong, milik dari Pacific CenturyCyberWorks

-Masuk Indonesia Mei 2016

-Koleksi: di dominasi film dan drama serial Asia (Cina, Jepang, Korea, dan India) sisanya film dan serial televisi Indonesia. Koleksinya 15.000 jam tayang.

-Harga layanan: Rp49.500/bulan

 

Iflix

iflix-Berasal dari Malaysia, milik dari Catcha Group dan Evolution Media Capital

-Masuk ke Indonesia Juni 2016

-Koleksi: dari berbagai penyedia film dan serial televisi Hollywood dan regional. Jumlah koleksi 20.000 jam tayang

-Harga layanan Rp39.000/bulan

 

Tribe

tribe-Berasal dari Hongkong milik Tribe Limited di Indonesia bernaung di bawah XL

-Masuk ke Indonesia di bulan Maret 2016

-Koleksi: Tidak diketahui, jenis koleksinya film dan serial televisi Asia dan tayangan tv kabel olahraga

-Harga layanan Rp25.000 per bulan

 

Catchplay

catchplay-logo-Berasal dari Taiwan, dimiliki oleh Catchplay Taiwan

-Masuk ke Indonesia di bulan September 2016

-Koleksi: 320 tayangan baik film maupun dokumenter

-Harga layanan Rp60.000 per bulan