20170208_102718Perkembangan jam tangan pintar (smartwatch) melalui sejumlah tahapan. Galaxy Gear pertama dikenalkan pada 2013 dengan kebingungan. Jam tangan itu terlalu ingin menjadi smartphone, hadir lewat desain persegi kaku dan tidak menarik.

Samsung Gear 2 yang diluncurkan tahun lalu di Indonesia membawa banyak perubahan. Sistem operasi Tizen kini tidak hanya mengalir dan intuitif, dan mudah dipakai. Cangkangnya pun dirancang begitu stylish.

Jika bicara soal arloji, bisa dibilang tampilan lebih penting daripada fungsi. Faktanya, konsumen tidak ingin memakai jam tangan pintar yang terlihat seperti sebuah komputer dengan desain futuristik dan aneh. Konsumen ingin jam tangan pintar yang tetap tampil stylish. Dan Samsung Gear S2 yang dibanderol Rp4 juta-Rp4,5 sukses melakukan hal itu.

Nah, yang dilakukan PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN) pada Gear S3 (dibanderol Rp5 jutaan) adalah melangkah ke tingkatan baru. Mereka menawarkan smartwach yang lebih baik di semuanya. Di sistem operasinya, desainnya, hingga fungsinya.

Samsung Gear S3 hadir dalam dua varian, Frontier dan Classic. Ini cuma berbeda di desain, yang menggambarkan kepribadian pemakainya. Tidak berpengaruh secara langsung ke fungsi. Gear S3 Frontier cocok bagi pemilik kepribadian sporty dan tangguh. Adapun tipe Classic cocok untuk pribadi yang elegan, resmi, dan rapi.

Selama sepekan terakhir Gear S3 Frontier tidak pernah lepas dari lengan saya ada beberapa hal yang saya suka, ada beberapa lainnya yang seharusnya masih bisa diperbaiki.

Hal pertama yang jadi catatan saya adalah Anda tidak perlu memiliki ponsel Samsung untuk menggunakannya. Gear S3 terhubung dengan mudah di LG V20 saya lewat aplikasi Samsung Gear di Google Play. Seandainya terputus, cukup tekan “Connect” dan smartwatch akan langsung terhubung ke ponsel. Praktis! Aplikasi Samsung Gear ini penting untuk mengetahui berapa RAM terpakai, sisa baterai, serta kapasitas simpan (total ada 4GB), serta untuk update aplikasi.

Kedua, untuk pertama kalinya saya merasa pentingnya wearable device bagi aktivitas keseharian. Saya bukan penggemar olah raga yang memedulikan berapa langkah hari ini, berapa kopi yang telah diminum, berapa lantai yang dinaiki, berapa km jarak lari yang ditempuh hari ini, hingga berapa denyut nadi. Fitur-fitur itu tentu sangat penting bagi mereka yang sangat bugar.

Namun, bagi yang tidak bugar seperti saya pun masih banyak hal yang bisa saya dapat. Fitur yang paling sering terpakai adalah melihat notifikasi, baik email, status Facebook, Path, berita, ataupun jadwal, sehingga tak perlu mengeluarkan ponsel dari kantong. Ketika mendengarkan musik streaming dengan ponsel di kantong, saya juga dapat mengganti-ganti lagu atau mengecilkan suara lewat Gear S3. Ini penting.

Ketiga, saya suka tampilannya yang lebih ”cowok”. Terus terang menurut saya Gear S2 masih feminim. Dan yang utama adalah bagaimana Samsung berupaya untuk membuat jam tangan pintar ini “difungsikan” oleh penggunanya tak ubahnya jam tangan biasa lewat kemampuan tahan air IP-68 dan military grade durability (MIL-STD 810G), serta layar dengan Gorilla Glass SR+. Fitur ini menurut saya cukup menjadi game changer. Ini akan mengubah anggapan bahwa smartwatch adalah perangkat yang rentan rusak.

Keempat, daya tahan baterai 380mAh jam tangan ini diklaim mampu mencapai 3 hari-4 hari. Namun, ketika digunakan oleh saya (harap dicatat bahwa saya adalah heavy user) maksimal 2,5 hari. Tapi menurut saya itu sudah lebih dari cukup. Hal-hal lain seperti layar 1.3” Circular Super AMOLED 360 x 360, 278pp, prosesor dual core 1.0 GHz, berat 57 gram, memori internal 4GB, RAM 768MB, Always On Display (AOD), dan desain baru bezel putar, juga tidak ada masalah.

Justru yang perlu disempurnakan di Gear S3 adalah kendali suara. Saya sudah mencoba banyak hal melakukan perintah suara, namun ternyata tidak banyak yang bisa dikerjakan oleh Gear S3. Mengapa perintah suara ini penting? Karena sekarang pun saya “bertanya ke mbah Google” tidak lagi dengan mengetik ke layar, namun dengan membacakan perintah yang jauh lebih mudah. Tentunya, dengan smartwatch, fitur ini justru dapat lebih di dorong adopsinya. Semoga nantinya ada update soal perintah suara ini.

Secara keseluruhan, saya rasa kita telah sampai pada momen ketika akhirnya smartwatch benar-benar memiliki fungsi dan tampilan yang memang dibutuhkan oleh pengguna. Kalau tidak menggunakan smartwatch memang tidak apa-apa. Tapi, jika memakai, ada segudang hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki atau bahkan mempermudah gaya hidup penggunanya ke arah lebih positif. Misalnya lebih tepat waktu dan bekerja sesuai jadwal, lebih bersemangat dalam berolah raga, memudahkan memantau kesehatan, dan masih banyak lagi. Tentu, itu yang terjadi jika digunakan oleh orang yang tepat.

20170208_10284420170208_10282120170208_10275520170208_10271120170208_102808