Pasar ponsel global sudah sangat kompetitif. Secara global pun sudah stagnan. Menambah ekosistem baru selain sistem operasi Android dan iOS rasanya tidak masuk akal. Tapi, PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN) punya alasannya sendiri untuk mengembangkan sistem operasi Tizen di Indonesia.
Tizen adalah sistem operasi (OS) yang dapat digunakan di smartphone. Jika Anda tidak pernah mendengarnya, itu wajar. Sebab, duopoly iOS atau Android telah menguasai lebih dari 98% market share ponsel secara global. Tizen adalah bagian dari serpihan OS lain seperti Firefox OS, Sailfish, ataupun Ubuntu yang secara total hanya mengakomodir kurang dari 1% pasar smartphone global.
Meski demikian, Tizen lebih beruntung karena di dukung oleh Samsung. Sejak beberapa tahun terakhir Samsung fokus mengembangkan Tizen untuk menenagai berbagai produk mereka di Indonesia. Mulai dari Smart TV, smartwatch seperti Gear S2, kulkas, bahkan mesin cuci.
Puncaknya, keseriusan Samsung dalam membentuk ekosistem Tizen di Indonesia terungkap pada Rabu (19/10) silam, ketika mereka membawa ponsel Samsung Z2 ke Indonesia. Z2 (tanpa embel-embel Galaxy) adalah ponsel bersistem operasi Tizen pertama di Indonesia. Dibanderol Rp899.000, ponsel entry level tersebut mengusung layar 4 inci, konektivitas 4G LTE, RAM 1 GB, prosesor Spreadtrum SC983OI Quadcore 1.5 GHz, baterai 1.500 mAh, kamera utama 5 MP, memori internal 8 GB, dan native VoLTE (di bundling dengan Smartfren). Targetnya adalah remaja dan mahasiswa.
”OS Tizen ringan, open source, dengan aplikasi seperti WhatsApp dan Line sudah pre-loaded di dalamnya. Kami yakin sekali ponsel ini punya banyak penggemar. Apalagi desainnya sangat Indonesia, dengan back cover bermotif batik,” tegas Vebbyna Kaunang, Marketing Director IT & Mobile Business PT SEIN.
Saat ini pengguna Samsung Z2 memang belum bisa memakai aplikasi BlackBerry Messenger (BBM) ataupun Path. Namun, keseriusan Samsung untuk membentuk ekosistem Tizen di wujudkan lewat kompetisi Next App 3.0 (INA 3.0). INA 3.0 di harapkan dapat melahirkan aplikasi Tizen buatan developer lokal.
Kompetisi itu, disebut Vebbyna mendapat respons positif. Ada 600 developer yang mendaftar dengan 200 aplikasi di ajukan. “Kami terus mencari aplikasi dengan user interface mudah, memiliki fitur dan ide yang berguna bagi konsumen, serta dapat membuat konsumen terus memakainya,” ungkapnya.
Dari sisi pengembang, ternyata membuat aplikasi untuk Tizen yang berbasis HTML 5 itu relatif lebih mudah. ”Banyak developer yang sudah tertarik untuk mengembangkan aplikasi di platform baru ini,” beber Fikry Abdullah Aziz yang mengembangkan aplikasi Colouring di perangkat wearable Samsung yang berbasis Tizen.
”Tizen masih baru, jadi aplikasi di Tizen Store memang tidak sebanyak Android dan iOS. Namun, Samsung berkomitmen untuk terus mengembangkan Tizen lewat kompetisi aplikasi maupun partnership. Bahkan, ini jadi kesempatan bagi developer Indonesia untuk sukses di platform yang baru,” ungkap Alfred boediman, VP of Samsung R&D Institute Indonesia.
Tapi, apa sebenarnya alasan Samsung bersusah payah mengembangkan Tizen? Bukankah saat ini mereka sudah mengusai pasar dunia, termasuk Indonesia dengan keluarga Galaxy yang bersistem operasi Android?
Jawabannya adalah interkonektivitas. Samsung ingin membuat platform yang membuat perangkat mereka, baik itu smart TV, ponsel, kulkas, perangkat wearable, hingga mesin cuci dapat terhubung dalam sebuah platform yang dapat mereka kontrol sendiri. Android tidak memungkinkan mereka melakukan hal tersebut.
Ketika masing-masing perangkat dapat saling berbicara dan berkomunikasi, akan semakin mudah untuk menyatukan mereka dalam solusi Smart Home (Home Automation). Bayangkan jika nantinya ponsel Anda dapat dengan mudahnya terhubung ke kulkas, TV, dan perangkat elektronik rumah tangga lainnya.
Market Share Mobile OS
Pengapalan smartphone global hanya tumbuh 0.7% di Q2 2016 dibanding tahun sebelumnya, sebanyak 344.7 juta unit menurut data International Data Corporation (IDC). Berikut adalah perbandingan adopsi sistem operasi pada Q2 2016:
Android: 87.6%
iOS: 11.7%
Windows Phone: 0.4%
Lainnya: 0.3%
Duopoly iOS & Android
Mengapa OS mobile lain susah berkembang:
- Aplikasi minim, kurang dukungan dari developer.
- Kurang dukungan manufaktur.
- Kurang dukungan operator telekomunikasi.
- Tidak bernilai tambah, sehingga konsumen enggan memakai.
4 Sistem Operasi “Penggembira”
Dimaksudkan untuk menenagai ponsel low end murah. Namun, aplikasinya hanya terbatas HTML5. Dipasarkan terbatas di sejumlah negara berkembang.
Memiliki tampilan mewah seperti Android, bisa terhubung ke monitor PC, tapi kurang peminat.
Didukung Samsung, mendukung aplikasi Android, dan digunakan di berbagai perangkat. Paling mungkin berkembang.
Dirancang oleh Jolla untuk hardware mid-range. Namun, tidak terlalu populer.
Di Mana Saja Tizen Digunakan?
Tizen memiliki user interface yang sangat fleksibel, roburst (tangguh), memiliki multimedia canggih, kemampuan multi-tasking/multi-touch, dan framework layanan berbasis lokasi. Karena itu penerapannya bisa dilakukan dalam berbagai hal. Berikut beberapa di antaranya:
Smartphone/tablet
PC/Laptop
In Car Entertainment (ICE)
Smart TV
Kamera Digital
Wearable Device
Smart Home (Home Automation) dan Peralatan Rumah Tangga
Papan Iklan Digital