Pasar smartphone dunia tidak lagi tumbuh. Ini fakta. Pengapalan ponsel pintar secara global pada kuartal kedua 2016 adalah 343.3 juta unit. Hanya naik 0.3% dari 342.4 di banding momen yang sama 2015.
Artinya, pasar ponsel dunia sudah jenuh. Tidak ada market baru yang bisa di raih. Itu sebabnya mengapa vendor mulai melirik pasar lain yang masih jadi blue ocean alias belum banyak pemain. Misalnya saja Internet of Things dan wearable device.
Dan jika kita amati perkembangan teknologi smartphone tidak lagi secepat dulu. Sejak 3 tahun terakhir, misalnya, Apple si “pemimpin inovasi” di ponsel terlihat sudah mentok dengan iPhone yang lagi tidak menawarkan hal atau inovasi baru. Lebih banyak mengadopsi fitur yang terlebih dulu digunakan oleh kompetitornya.
Jika diibaratkan mobil, iPhone hanya mengalami facelift alias perubahan minimal. Bukan lagi full model change. Walau, masih banyak vendor yang terus melakukan inovasi, berupaya memberikan hal-hal baru bagi konsumen. Nah, selama 2016, saya mengamati ada sejumlah fitur di smartphone yang semakin banyak di adopsi karena penting dan bahkan jadi sudah dan akan jadi fitur wajib. Apa saja?
USB Tipe C
Lupakan konektor USB 3.0 tipe mikro. Teknologi tersebut akan digantikan oleh USB Type C. Tipe C di ciptakan untuk generasi terbaru dari USB 3.1. Seperti kabel lighting iPhone, kedua sisinya simetris, tidak akan terbalik saat dicolok ke ponsel.
Keunggulan USB Tipe C ini ada pada kecepatan transfer data hingga 10 Gbps atau 2x USB 3.0 yang 5 Gbps. Bahkan jauh dari USB 2.0 yang banyak dipakai di pasar, yakni 480 Mbps. Selain itu, dalam hal pengisian daya, USB tipe C jauh lebih cepat dari USB tipe B. Apalagi jika smartphone dan charger-nya sudah mendukung fast charging.
Saya sudah membuktikannya sendiri lewat LG G5 SE. Menggunakan power bank 12.000 mAh, dalam sehari ponsel ini bisa melakukan 3 kali-4 kali pengisian daya lantaran baterai lebih cepat terisi. USB tipe C ini juga di pakai di ponsel keluaran terbaru seperti Asus Zenfone 3. Jadi, jika Anda sedang memilih ponsel baru, pastikan USB tipe C jadi pertimbangan.
Kamera Ganda
Ketika mengunjungi booth LG Electronics di Barcelona, Spanyol, pada Februari 2016 silam, saya langsung yakin bahwa dual camera di LG G5 dan LG G5 SE akan jadi andalan. Ya, LG G5 memiliki kamera ganda untuk mengambil gambar bersudut lebar (135 derajat) dan gambar normal yang dapat digonta-ganti hanya dengan 1 sentuhan di layar.
Sejak menggunakan LG G5 SE, GoPro saya lebih banyak berada di dalam tas saat traveling. Karena kebutuhan foto wide angle sudah tercukupi. Sistem dual camera di adopsi juga oleh iPhone 7 Plus, walau pengaplikasiannya sedikit berbeda. Apple membuat software yang membuat iPhone 7 Plus dapat mengabadikan gambar bokeh. ual camera adalah cara terbaik agar kamera smartphone bisa mendapat gambar zoom atau kesan bokeh.
Selanjutnya, ada juga P9 yang memanfaatkan dual camera untuk mengambil dua gambar sekaligus dan mengolahnya jadi satu, sehinga menghasilkan warna dan ketajaman lebih baik. Rasanya dual camera ini akan terus dikembangkan dan di adopsi pada 2017.
RAM Hingga 8 GB
Ketika menjalankan lebih dari satu aplikasi, sebagian data aplikasi tersebut akan diproses dan “disimpan sementara” di RAM. Logikanya, semakin besar RAM, semakin luwes ponsel melakukan multitasking. Ketika ponsel kelas menengah sudah mulai mengusung RAM 3 GB, maka sejumlah ponsel premium sudah berani menggunakan RAM 6 GB. Salah satunya Asus Zenfone 3 Duluxe yang dibanderol mulai Rp10 jutaan.
Dan jika RAM 6 GB masih belum cukup, sejumlah vendor asal Tiongkok sudah mengembangkan ponsel dengan RAM 8 GB. Yang pertama, ada ZTE Nubia Z9 dengan RAM 8 GB, prosesor octa-core 3.5 GHz, dan layar 5.15 inci. Lalu, yang terbaru adalah LeEco yang sebelumnya sudah menggunakan RAM 6 GB lewat Le Max 2, kini hadir lewat LeEco Le 2S dengan Snapdragon 821, RAM 8GB, layar 5,5 inci, memori internal 64 GB, serta skor Antutu mencapai 157,897.
Jadi, di pastikan bahwa RAM yang berukuran semakin masif akan menjadi standar bagi smartphone premium hingga 2017 mendatang. Sekadar perbandingan, iPhone 7 masih mengusung RAM 3 GB, dan itu sebenarnya sudah cukup untuk menghandle berbagai tugas berat.
Memori Internal 256 GB
Resolusi layar ponsel mencapai sudah mencapai Quad HD (1440 x 2560), sementara kualitas kamera pun semakin membaik. Ini membuat pengguna haus untuk memproduksi dan mengonsumsi konten. Dampaknya kebutuhan memori internal pun semakin tinggi. Memori internal 16 GB, misalnya, di anggap sudah tidak lagi cukup menampung besarnya konten yang dikonsumsi para tech savvy.
Itulah mengapa memori internal terendah iPhone 7 adalah 32 GB. Adapun 64 GB di tiadakan, konsumen diberikan opsi ke 128 GB dan 256 GB. Lima tahun lalu, itu adalah memori yang sama di sebuah laptop. Memori yang besar memungkinkan konsumen tidak ribet untuk menginstal berbagai aplikasi seperti game dan menyimpan macam-macam konten di ponsel mereka.
Jadi, jika konsumsi konten Anda termasuk tinggi, pastikan memilih ponsel dengan memori internal minimal 32 GB. Silahkan tambahkan pilihan microSD yang kini juga sudah mencapai 256 GB.
Pemindai Sidik Jari
Pemindai sidik jari memiliki fungsi utama sebagai alat otentifikasi keamanan smartphone. Sidik jari ini menjadi pengganti password untuk membuka smartphone yang terkunci. Dirasa lebih praktis karena hanya perlu menyentuhkan ujung jari ke smartphone dan relatif aman.
Posisinya di ponsel pun beragam. Ada yang diletakkan di depan seperti milik keluarga Samsung Galaxy dan iPhone, ada juga yang di samping seperti Sony Xperia Z5. Dan paling banyak di adopsi adalah di bagian belakang seperti kebanyakan ponsel keluaran Tiongkok.
Yang jelas teknologi pemindai sidik jari ini diterima dengan baik oleh konsumen. Bahkan, smartphone kelas menengah pun kini sudah banyak yang mengadopsi teknologi finger print reader. Sebalum otentifikasi biometrik iris scanner yang mulanya disematkan di Galaxy Note 7 menyapa pasar, bisa dipastikan popularitas pemindai sidik jari akan terus ada hingga 2017.
Fast Charging dan Baterai Besar
Vendor terus berupaya men-tackle kebutuhan konsumen akan ponsel dengan daya tahan baterai lebih lama. Ketika teknologi baterai yang ada saat ini sudah paling optimal yang pernah di capai, tetap saja ada ruang untuk perbaikan. Misalnya dengan mempercepat proses pengisian lewat teknologi pengisian daya cepat. Di pasaran, namanya macam-macam, mulai fast charging, quick charging, turbo charging, hingga rapid charging.
Intinya, teknologi tersebut berfungsi agar pengisian baterai smartphone bisa jauh lebih singkat. Misalnya, pengisian baterai dengan fast charging bisa mencapai 98% dalam waktu 1 jam ketika normalnya hanya bisa mencapai 30%. Teknologi serupa bahkan juga sudah digunakan di power bank. Pastikan juga untuk mencermati keberadaan fitur ini saat membeli ponsel baru karena sangat penting.
Bodi Logam dan Kaca
Smartphone dengan bodi plastik kini hanya ada di kelas mid-low. Ponsel berbodi logam seolah menjadi standar. Ponsel tipe ini memiliki keunggulan di tampilan yang mewah. Apalagi jika sudah memakai unibody yang dipotong presisi dengan sistem CNC. Vendor misalnya, dapat merancang lobang grill speaker yang terkesan menyatu detil dengan casing. Ini sebelumnya tidak dimungkinkan di casing plastik.
Keunggulan casing material logam lainnya adalah dapat melepas panas lebih cepat di banding plastik. Hanya saja, casing logam lebih rentan terhadap benturan. Ketika terjatuh di bidang keras seperti aspal, besar kemungkinan layar akan pecah atau retak karena daya benturan tidak dapat diredam dengan baik.
Tren lainnya adalah ponsel yang mengusung bodi kaca seperti Asus Zenfone 3. Dua bilah kaca di depan belakang dibingkai dengan frame logam membuat Zenfone 3 terasa sangat mewah dan nyaman sekali saat di genggam. Hanya saja, selain meninggalkan noda jari yang cepat kotor, risiko ketika terjatuh sama dengan ponsel berbahan logam.
Tahan Air
Sony dan Samsung sudah membekali ponselnya dengan standar ketahanan air dan debu. Nah, iPhone 7 dan 7 Plus kini sudah mengusung standar ingress protection (IP67) serupa. Artinya, ponsel tersebut tahan terhadap debu dan pasir serta ditenggelamkan di kedalaman 1 meter dalam 30 menit. Standar itu tetap lebih rendah dibanding Samsung Galaxy S7 atau Xperia Z5 yang sudah berstandar IP68. Kedepannya fitur tahan air dan debu ini akan menjadi sesuatu yang wajib dan diinginkan oleh pengguna.