Xiaomi-Yi-Action-Camera-2Bermula dari smartphone, Xiaomi menghadirkan berbagai produk yang bahkan tidak terpikirkan sebelumnya seperti powerbank, skuter, action camera, bahkan tas punggung dan drone. Mengapa konsumen dengan mudahnya ”terhanyut” dalam ekosistem mereka?

Sejak awal Xiaomi memiliki pendekatan berbeda dalam memasarkan telepon cerdas yang berawal Mi (bisa disebut Mobile Internet atau juga Mission Impossible) dibandingkan vendor lainnya. Fokus mereka bukan pada memasarkan produk, melainkan membentuk penggemar kultus yang disebut Mi Fans.

Mi Fans ini tidak hanya besar di China. Namun juga di berbagai negara seperti Hong Kong, Singapura, India, bahkan Indonesia. Ketika menghadiri peluncuran Xiaomi Mi 4i di India tahun lalu saya merasakan benar bagaimana kecintaan konsumen terhadap sebuah brand yang begitu tinggi. Mereka berteriak antusias setiap VP Xiaomi Global Hugo Barra mengumumkan fitur baru dan mengantre untuk berfoto selfie seolah Barra adalah seorang selebritis.

”Fanatisme” serupa terhadap sebuah brand mungkin hanya bisa ditandingi oleh para pencinta produk Apple (disebut Apple fanboy). Bedanya, Xiaomi sangat peduli dengan Mi Fans. Bahkan, desain ponsel terbaru mereka juga di dapat dari hasil masukan para Mi Fans di forum Xiaomi (di Indonesia ada mifans.web.id).

Kendati nama mereka besar lewat lini produk ponsel dan phablet berkode nama Mi, namun merek Xiaomi sendiri sudah dikenal luas dengan berbagai produk. Tidak percaya? Silahkan ketik Xiaomi di toko online seperti OLX, Lazada, Bukalapak, atau Jakartanotebook, Anda akan terkejut dengan jenis produk yang muncul.

Dengan formula yang sama saat mendesain ponsel—merancang produk berspesifikasi tinggi dengan harga rendah—Xiaomi berani masuk ke pasar baru seperti Self Balancing Scooter bernama Ninebot Mini dan bahkan mampu membuat Xiaomi Yi sebagai pilihan action camera terjangkau di mata konsumen setelah GoPro.

Saat ini keberadaan Xiaomi jauh lebih besar dari sekadar perusahaan yang memproduksi ponsel saja. Melainkan perusahaan yang meletakkan ekosistem gaya hidup mobile. Produk Xiaomi seolah-olah dapat ditemukan dan bisa digunakan di segala tempat. Sebuah TV berlayar 40 inci di ruang tamu, colokan kabel di kantor, powerbank untuk bepergian, hingga skuter untuk bepergian jarak pendek. Konsumen tidak perlu mencari, karena produk yang mereka butuh kan sudah tersedia.

Bahkan, saya yang sebenarnya bukanlah seorang Mi Fans baru saja membeli sebuah backpack Xiaomi lewat sebuah toko online. Lainnya itu, saya menggunakan ponsel, power bank, serta action camera keluaran Xiaomi. Dan entah mengapa, saya memakainya dengan percaya diri. Percaya diri terhadap mereknya, percaya diri terhadap daya tahan produknya.

Keputusan untuk beralih dari sekadar produsen ponsel adalah langkah yang harus diambil. Sebab, pasar smartphone dunia saat ini sudah mencapai puncaknya. Tidak lagi tumbuh cepat, justru melambat dan cenderung stagnan. Termasuk pendapatan global Xiaomi di smartphone yang di kuartal pertama 2016 turun 26% (data IDC).

“Startup” bernilai USD45 miliar ini tidak khawatir meski smartphone menyumbang 90% pendapatan mereka. Karena fokus mereka dalam beberapa tahun kedepan adalah “beyond smartphone”. Inilah yang membuat Xiaomi spesial dan berbeda dibanding vendor China lainnya seperti Huawei yang bahkan kepayahan untuk menancapkan branding mereka di Indonesia.

Dengan berbagai produk yang membanjiri pasar, maka akan semakin mudah bagi konsumen untuk tergoda dan masuk ke dalam ekosistem Xiaomi. Termasuk saya yang sedang asyik mengutak-atik Xiaomi Redmi Note 3.