815L8AHgMZL._SL1500_

Jangan pernah coba-coba dalam memilih hard disk drive (HDD). Itu, pelajaran yang saya dapatkan setelah menyadari bahwa HGST Touro Mobile 500GB USB 3.0 External Hard Drive keluaran Hitachi saya gagal fungsi. Ini bencana!

Di era serbamobile, Bring your own device (BYOD), era serbacepat, maka HDD adalah keniscayaan bagi para kreator konten. Terutama jurnalis seperti saya, yang setiap harinya banyak berkutat dengan file dalam bentuk video, foto, serta dokumen.

Saya sudah punya 2 HDD eksternal andalan. Yakni My Passport Studio Portable Hard Drives 1 TB dan 2 TB yang menyimpan berbagai salinan dokumentasi foto/video pribadi dan file-file lainnya sejak 2004-2005.

Karena itu saya merasa butuh HDD eksternal yang lebih kompak. Yang mudah dibawa sehari-hari. Yang seolah-olah menggantikan fungsi media penyimpanan dengan kapasitasnya yang lebih besar.

Setelah melakukan riset ke berbagai toko online, saya mendapatkan produk dengan harga yang cukup menarik. Yakni Touro Mobile 500GB USB 3.0 External Hard Drive keluaran Hitachi dengan dukungan USB 3.0 dengan harga Rp499 ribu yang saya dapatkan di Blanja.com lewat potongan harga. Sedikit ironis, karena ternyata Touro ini adalah anak perusahaan dari WD Digital.

Mulanya saya merasa mendapatkan best price, karena HDD berukuran 2.5 inci tersebut menjalankan fungsinya dengan sangat baik. Saya menaruh kepercayaan tinggi dengan menyimpan file-file produksi video selama 2015 akhir-2016 ke dalamnya.

Namun, setelah 2 bulan pemakaian mulai ada yang tidak beres. Masalah ada pada selot USB 3.0 yang menurut saya tidak hanya jelek bentuknya, tapi juga kurang praktis fungsinya. Tidak mudah di lepas pasang, tidak seperti selot USB biasa.

Maka sehari-harinya saya membawa Touro 500 GB dalam kondisi kabel yang menancap. Yang ternyata berdampak buruk setelah 2 bulan. Ketika di colok ke laptop, HDD tidak langsung menyala. Kabel harus dipluntir-pluntir dulu.

Puncaknya, lebih dari 2 minggu memluntir kabel mendadak selot USB copot, ya copot, dan menempel ke USBnya saat saya cabut. Dari situ saya panik! Walau berupaya tetap tenang.

Karena rasanya HDD ini masi bisa di otak atik. Tapi isinya harus dipindahkan ke tempat baru. Sementara My Passport Studio 1 TB dan 2 TB saya filenya masih berantakan dan belum rapih. Malah My Passport Studio 1 TB saya masi berformat NTFS bukan exFAT, sehingga tidak bisa dibaca di Mac.

20160703_090059Solusinya adalah membuat penampung baru. Maka, kembali melakukan riset sampai akhirnya menemukan ini: WD My Book series 4 TB seharga Rp1,8 juta. Memang masih memakai format 3.5 inci yang artinya tidak dapat beroperasi independen (butuh colokan listrik). Tapi tak apa. Toh tidak akan saya bawa kemana-mana. Ini akan menjadi master hard drive di rumah.

Maka hari Sabtu kemaren akhirnya saya habiskan untuk menata kembali file, memindah, dan memformat yang sangat melelahkan karena memakan waktu sangat lama. Bayangkan transfer yang berkisar hanya 5 mbps-15 mbps per detik dengan kecepatan naik turun sementara satu folder bisa berukuran 150 GB denga puluhan ribu (yup!) file. Belum lagi jika tiba2 eror dan harus mengulang prosesnya dari awal. Melelahkan!

20160703_090040_HDRUntungnya saya berhasil “mengoperasi” si Touro. Saya buka casingnya, mengutak atik dikit, dan dengan sedikit modifikasi ala ala serta keburuntungan saya dapat menyelamatkan semua file ke rumah barunya.

Pelajaran yang saya dapat adalah:

  1. Jangan pernah maen maen dengan HDD. Ini adalah barang elektronik yang memang butuh investasi lebih. Karena disinilah file2 paling berharga berisi momen yg tidak akan bisa terulang lagi dipasrahkan. Ibarat data center, pilih lah yang mendekati Tier 4, jangan kelas Tier 1 ala Touro. Saya tidak dibayar oleh WD Digital tp 2 HDD mereka belum pernah mengecewakan.
  1. Kecepatan memgang peranan penting saat kita menyalin file berukuran masif hingga puluhan GB. Saya sedang menimbang untuk membeli SSD eksternal, apakah worth it atau tidak dengan harganya. SSD = cepat + sangar kompak. Tapi ukurannya kecil dan sangat mahal.
  1. Pastikan untuk selalu memiliki backup file. Yang paling efektif adalah sesegera mungkin memindahkan file dari SD Card baik GoPro, kamera DSLR, drone atau perangkat lainnya ke master hard drive. Dari situ, kita bisa salin file ke hard drive lainnya untuk di edit.