Pesawat nirawak (UAV/Unmanned Aerial Vehicle) berjenis fixed wing warna merah mendarat mulus di halaman Trans Studio Mall, Makassar, Minggu (1/5) silam. Walikota Mohammad Ramdhan Pomanto lantas mengangkat drone itu di dadanya, menegaskan bahwa drone tersebut telah resmi mendarat di kota Angin Mammiri.
Mendaratnya drone Elang Timur milik Telkomsel ternyata memiliki arti penting bagi kota Makassar. ”Memotivasi kami untuk meningkatkan semangat digital dan pariwisata,” katanya.
Elang Timur adalah bagian dari ekspedisi Langit Nusantara (Elang Nusa). Yakni, sebuah perjalanan yang luar biasa menantang: mengabadikan keindahan berbagai lokasi dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia melalui pesawat nirawak dalam waktu yang sangat singkat: 1 bulan.
Dilengkapi kamera, dua drone berjenis fixed wing dan dua multirotor terus-menerus merekam video dan mengalirkan video tempat-tempat wisata dan keindahan alam di Indonesia secara langsung (live streaming) menggunakan jaringan broadband Telkomsel melalui microsite telkomsel.com/elangnusa.
Ada beberapa hal yang membuat ekspedisi ini relevan dan patut diacungi jempol. Pertama, utilisasi penggunaan drone dalam skala nasional yang belum pernah dicoba sebelumnya. Popularitas UAV dalam 5 tahun terakhir membuat banyak individu aktif mengabadikan berbagai kawasan wisata di Indonesia lewat drone. Tapi, belum ada—dan rasanya tidak akan ada—yang bisa melakukannya semasif dan seagresif Telkomsel: melewati 50 kota, menempuh jarak 8.500 km.
Kedua adalah kejelian Telkomsel untuk melihat drone sebagai platform untuk ”mendokumentasikan” Indonesia. Lima tahun lalu ekspedisi seperti ini akan sulit dilakukan. Perkembangan teknologi pada UAV yang begitu cepat membuat sekarang lah waktu yang paling tempat untuk merekam Indonesia dari angkasa.
Bayangkan nanti dokumentasi yang bisa di dapat: berbagai keindahan alam dan lokasi di Indonesia yang dibidik dari sudut yang belum pernah dilihat sebelumnya. Dari angkasa. Banyak lokasi bahkan belum pernah diabadikan dari udara, karena memerlukan izin khusus untuk menerbangkan drone di sana.
Drone Elang Timur sudah memulai perjalanan pada 14 April lalu dari Merauke, singgah di kota seperti Sorong, Ambon, Manado, Banjarmasin sebelum akhirnya mendarat di Makassar untuk kemudian melanjutkan perjalanan Labuan Bajo dan berakhir di Garuda Wisnu Kencana (GWK), Bali, untuk bertemu Elang Barat pada 14 Mei 2016 nanti. Jarak yang diterbangi masing-masing drone adalah 8.500 kilometer.
Untuk apa Telkomsel melakukan hal ini? ”Untuk membuktikan kualitas jaringan broadband yang dilakukan Telkomsel baik 3G maupun 4G,” ujar General Manager Sales Region Sulawesi Ceppy Djakaria.
Tapi, ternyata ada hal lain dari ekspedisi Elang Nusa ini yang mungkin luput dari pengamatan. Dalam persinggahannya di Makassar, Elang Nusa tidak hanya menstreaming Pantai Losari, City View, dan Benteng Rotterdam, tapi juga ikut membawa optimisme terhadap pariwisata lokal. Utamanya, optimisme untuk menggunakan teknoogi digital (internet) terhadap berbagai hal. Baik itu kesehatan, pendidikan, hingga pariwisata.
Optimisme itu datang dari Walikota Mohammad Ramdhan Pomanto. “Komunikasi internet 4G LTE sangat kami butuhkan,” ungkapnya. ”Kami sudah memiliki aplikasi Tourism Makassar dan Makassar Smart City sebagai etalase untuk mengenalkan Makassar ke seluruh dunia,” ia menambahkan.
Kedua aplikasi yang menampilkan berbagai tempat wisata, berita, bahkan layanan pengaduan tersebut tentu saja harus di dukung lewat infrastruktur memadai, yakni ketersediaan jaringan 4G LTE. Hal itu, dijamin oleh Mulya Budiman, GM Corporate Account Management Telkomsel Area Pamasuka. ”Kota Makassar memiliki lebih dari 750 BTS broadband (3G & 4G), yang akan memberikan pelanggan kualitas terbaik dalam menikmati layanan data,” katanya.
Pemerintah kota Makassar sendiri membuat branding “Sombere” dalam kampanye pariwisatanya. Sombere memiliki arti keramahtamahan, kerendahan hati, dan persaudaraan yang menjadi bentuk muatan kultural Makassar dalam mendorong industri pariwisata dengan pemanfaatan teknologi digital. Semoga saja optimisme itu terus terjaga begitu Elang Timur terbang meninggalkan Makassar. (*)