Kenali SMS Spam dengan Artificial intelligence

Startup Clean Messaging asal Indonesia datang ke Mobile World Congress 2016 dengan ambisi besar: mengembangkan layanan mereka hingga negara lain.
Memang butuh waktu bagi saya untuk bisa menemukan booth milik Clean Messaging yang terletak di Hall 6 stand 6i58 gedung Fira Gran Via, Barcelona. Bukan saja karena ukuran Hall 6 yang sangat luas, tapi memang booth milik Ari Sudrajat dan Anton Nasser itu terbilang mungil. Terletak tidak jauh dari paviliun milik China.
”Kami memang berjuang sendiri untuk berpameran di sini,” ungkap CEO Ari Sudrajat menyambut kedatangan saya. Ia tampak bahagia melihat ada media dari Indonesia datang meliput booth-nya.
Tanpa ragu Ari mengungkap bahwa keikutsertaannya di ajang MWC 2016 adalah untuk ini: mencari investor. ”Kami ingin cepat besar. Kalau bisa layanan Clean Messaging bisa segera di implementasikan di berbagai negara,” ungkapnya.
Karena itu, Ari menyebut bahwa pihaknya butuh rekanan. Pertama, operator telekomunikasi. Tidak main-main, mereka menargetkan 10 persen atau 80 operator dari total 800 operator yang ada di dunia. Kedua, vendor ponsel yang berminat menjadikan aplikasi mereka sebagai default. ”Selama pameran sudah beberapa kali kami meeting. Semoga saja hasilnya berkelanjutan,” bebernya.
Tapi, apa yang istimewa dengan layanan Clean Messaging hingga ia begitu percaya diri untuk memasarkannya ke luar negeri?
Menurut CTO Anton Nasser, Clean Messaging sebenarnya aplikasi sederhana. Tujuannya untuk mengenali SMS spam, yakni pesan yang tidak dikehendaki oleh penggunanya. Misalnya penawaran iklan produk tertentu, penipuan, bahkan phising (mengirim link penipuan).
Tapi, yang istimewa, layanan Clean Messaging menurut Anton menggunakan teknologi Artificial intelligence (AI) yang mereka buat sendiri. ”Fondasinya dari Linux dan PHP. AI ini akan bisa mengenali SMS yang masuk ke ponsel pengguna, sambil menyaring mana yang spam, mana SMS iklan, serta SMS biasa,” katanya.
Teknologi AI yang digunakan akan terus belajar dari pengguna dalam mengenali SMS. ”Di Indonesia sudah 99 persen akurat,” imbuh Ari.
Meski demikian, Clean Messaging hanya tersedia di Android saja. “Sederhana, karena iOS tidak memberi izin untuk membaca SMS,” ungkap Ari. Ia sendiri menjamin soal privasi dan keamanan.
”Algoritma dirancang untuk tidak membaca SMS dari nomor white list. SMS yang sudah dikenali sebagai Spam akan masuk ke server kami tanpa disertai nomor pengguna. Jadi privasi dan keamanan pengguna sangat terjaga,” ungkapnya.
Clean Messaging yang baru beroperasi sejak November 2015 tersebut sudah memiliki 20 ribu pengguna dari berbagai negara. Mulai dari Indonesia, India, Hong Kong, Turki, hingga Arab. ”Target kami adalah orang yang sudah bekerja dan merasa terganggu dengan adanya SMS spam,” beber Ari.
Layanan yang sedang ia perbaiki di Clean Messaging adalah membuat profiling. ”Kami rancang agar SMS bisa lebih detail dalam mengenali pengguna. Misalnya membuat profiling agar pengguna mendapatkan SMS iklan sesuai dengan minatnya, tidak di sama-ratakan,” ungkapnya.
Walau teknologi SMS sendiri sudah semakin tertinggal di bandingkan aplikasi seperti WhatsApp, Line, hingga WeChat, namun Ari tetap optimistis karen SMS adalah layanan default dari ponsel. ”Jadi sampai kapan pun akan dipakai. Karena tidak perlu instal. Selain itu, kemana pun spammer pergi kita akan ke sana,” canda Ari.
Tapi, bagaimana mereka akan mendapatkan uang? Menurut Ari, ada 2 versi monetisasi yang mereka kembangkan, berbayar dan gratis. Untuk versi gratis, setelah 2 minggu akan muncul banner.
Selain itu, mereka juga mendapatkan fee dari operator telekomunikasi setiap kali ada SMS Spam yang dilaporkan ke mereka. ”Jadi operator diuntungkan karena jaringan mereka bebas dari spam,” bebernya. Selain Clean Messaging, Ari dan Anton juga mengembangkan situs pembanding harga hotel Uyora.com serta Getnap, layanan promosi bagi developer di Google App Store.