Jaringan 5G memberikan angin segar terhadap perkembangan teknologi dalam mobil, yang disebut connected car. Dalam MWC 2016, 5G diidentifikasi sebagai platform konektivitas yang akan jadi fondasi dari sektor vertikal seperti kesehatan, energi, dan tentu saja automotif.
Saat ini pun industri automotif tidak bisa dilepaskan dari teknologi. Presiden Qualcomm Inc Derek Aberle mengatakan, 2/3 mobil yang ada saat ini sudah dibenamkan teknologi Bluetooth, jaringan 4G LTE sudah sangat populer digunakan di konsumen fleet, sementara wi-fi di mobil sebagai mobile hotspot semakin banyak ditemukan.
”Pada 2010, 30 persen harga mobil berasal dari sektor elektronik. Pada 2030 angkanya akan naik menjadi 50 persen. Karena itu elektronik di mobil akan terus berkembang,” ungkap Derek.
Saat ini pemanfaatan teknologi di mobil sudah dilakukan di sektor In Car Entertainment (ICE), navigasi 3D, real time traffic, integrasi mobil dengan smartphone, hingga remote diagnostic. Namun, menurut Derek, hal tersebut hanya lah awal. Sebab, mobil masa depan akan sangat berbeda. ”Akan selalu terhubung, baik elektrik maupun hybrid, dan sangat mandiri (otonom),” katanya sembari menyebut bahwa saat ini Qualcomm telah mengapalkan 340 juta chip ke dalam kendaraan.
Istilah connected car, menurut Derek memungkinkan mobil terhubung ke apa saja. Mobil, dapat saling berkomunikasi dengan mobil lainnya, berkomunikasi dengan pejalan kaki, bahkan infrastruktur kota (smart city). “Use case atau pemanfaatannya meluas. Contohnya mencegah tabrakan hingga mendiagnosa masalah. Perusahaan asuransi, misalnya, dapat melacak cara berkendara seseorang,” katanya.
Ketika internet cepat sudah bersinergi ke dalam mobil, maka akan terbuka kemungkinan yang disebut “multi-device experience” di kendaraan. ”Pengemudi akan bisa streaming konten 4K di mobil, melihat 3D mapping dalam resolusi tinggi, serta mendengarkan audio beresolusi tinggi (HD),” katanya.
Saat ini Qualcomm sendiri sedang berupaya men-tackle problematika mobil listrik. ”Adopsi mobil listrik rendah karena banyak masalah. Salah satunya soal charging. Ketika pulang, orang lupa men-charge mobil mereka sehingga keesokan harinya tidak bisa dipakai,” ungkapnya.
Teknologi Halo yang dikembangkan Qualcomm merupakan solusi dyamic wireless charging. Artinya, mobil akan terus men-charge sambil berjalan ketika terhubung ke infrastruktur yang ada di garasi, tempat parkir, bahkan jalanan. ”Ini akan menjadi revolusi kendaraan listrik. Halo memungkinkan pabrikan automotif membuat baterai yan lebih kecil tanpa takut terkendala jarak. Teknologi ini akan kami bawa ke pasar dalam 2 tahun-3 tahun kedepan,” paparnya.
Mengapa Harus Otonom?
Pertanyaan ini mungkin mungkin menghinggapi banyak orang: mengapa harus membuat mobil yang dapat menyetir sendiri? Presiden Qualcomm Inc Derek Aberle menyebut, faktor utama inisiasi ide driveless car adalah keselamatan di jalan raya. ”95% kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Amerika karena kesalahan pengemudi,” beber Derek.
Ia membayangkan bagaimana driveless, self driving, atau autonomous car juga akan berdampak terhadap kenyamanan dan produktivitas. ”Bayangkan Anda dapat bekerja sambil menuju ke kantor. Di area yang padat, mobil secara otomatis akan mengurangi kemacetan karena saling terhubung. Bahkan, mobil dapat mencari parkir secara otomatis,” ungkapnya.
Alasan mengapa mobil otonom kian ramai dibicarakan, adalah teknologi yang ada saat ini sudah tersedia. Atau, paling tidak sudah bisa mencetak “blueprint”-nya. ”Teknologi di smartphone, GPS, machine learning, sensor, jaringan LTE advance pro dan 5G akan menjadi komponen penting terhadap kendaraan otonom,” katanya. ”Kami ingin men-drive masa depan menjadi kenyataan,” imbuhnya.