Presiden Obama China
Presiden Amerika Barack Obama dan Presiden China Xi Jinping berjalan berdampingan di California. Foto Evan Vucci/AP

Di serial Mr Robot diceritakan bagaimana Dark Army asal China menjadi kelompok hacker paling berbahaya di dunia. Kenyataannya, hacker asal China memang sangat berbahaya hingga Presiden Obama pun harus membahas soal cybersecurity dengan Presiden China Xi Jinping.

Seberapa bahayanya hacker China? NBCnews melaporkan bahwa hacker China telah meretas email sejumlah pejabat tinggi pemerintahan Obama di bidang keamanan negara dan perdagangan yang banyak berisi informasi sensitif.

Serangan hacker China mulai gencar dilakukan sejak 2010. Caranya, dengan memasang malicious software di komputer target, hingga menggunakan akun sosial media target untuk meretas password. Hasilnya, email jutaan, ya jutaan pejabat pemerintah Amerika bocor. Termasuk pejabat tinggi.

Dalam jadwal kunjungan empat hari Presiden China Xi Jinping ke Amerika pada 24-25 September 2015 mendatang di Gedung Putih, Washington DC, salah satu agenda yang ingin dibicarakan Presiden Obama adalah ini: cybersecurities atau keamanan siber.

Sebelumnya, konsultan keamanan nasional presiden Susan Rice telah berdiskusi dengan Meng Jianzhu, sekretaris senior partai Komunis untuk bidang politik dan hukum. Rice datang ditemani Direktur FBI James Comey dan Jeh Johnson, sekretaris departemen keamanan dalam negeri.

“Sowan” Susan Rice ke China itu sebagai pengantar pesan penegasan bahwa Amerika mengajak diskusi Presiden Xi Jinping. Karena Presiden Obama sebelumnya sudah berkata bahwa serangan cyber dari China sudah “tidak dapat ditoleransi”. Artinya, Amerika benar-benar merespon serangan hacker ini dengan keras.

Bahkan, Obama mengancam dirinya akan hengkang dari hotel Waldorf Astoria di New York—tempat tinggal Presiden ketika tidak di gedung putih—karena tahun lalu dibeli oleh perusahaan China sebagai bentuk protes.

susan Rice
Konsultan keamanan nasional presiden Susan Rice berkunjung ke Kementrian Pertahanan China di Beijing akhir Agustus 2015 silam. Fotografer : Ng Han Guan/AFP/Getty Images

Ketergantungan

Amerika dan China sama-sama memiliki ekonomi terbesar di dunia. Tapi, ekonomi Amerika bisa disebut “menderita” karena kehilangan banyak sekali lapangan pekerjaan. Sebabnya? Industri manufaktur mereka hancur karena dipindahkan (outsource) ke China. Alhasil, banyak sekali pabrik tutup.

The Institute for Supply Management (ISM) melaporkan bahwa laju pertumbuhan industri manufaktur Amerika Serikat (AS) di bulan Maret jatuh ke level paling lambatnya dalam hampir dua tahun terakhir. Padahal, industri manufaktur, terutama pabrik, sangat penting untuk menggerakkan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.

Tapi, mengapa banyak perusahaan Amerika mengalihkan produksi ke China? Pertama, karena lebih murah. Terkadang perusahaan dihadapkan pada keputusan apakah harus tutup atau mengalihkan produksi ke China. Tentu banyak yang memilih yang pertama.

Mengapa di China bisa murah? Pertama, tenaga kerja disana murah. Mereka dibayar dengan upah minimum. Di AS, perusahaan harus membayar pekerja lebih mahal, termasuk melindungi dengan asuransi dan hal-hal lainnya. Selain itu, Tiongkok sangat longgar terhadap aturan-aturan seperti Amdal. Limbah, misalnya, dengan bebas dibuang di laut atau sungai. Penanggulangan lingkungan adalah “cost” tambahan bagi perusahaan. Di Tiongkok, hal itu tidak ada. Tapi, dampaknya polusi di China (baik air atau udara) termasuk terburuk di dunia. Begitu parahnya, Beijing akan menutup atau memindahkan 300 perusahaan yang mengundang polusi di kotanya hingga akhir tahun ini.

Nah, ini yang menarik, siapa pengimpor terbesar di China: tak lain adalah Amerika. Amerika adalah negara paling konsumtif di dunia. 90 persen produk yang dijual di Best Buy (semacam Electronic City di Indonesia) diimpor dari China.

Dan kekuatan ekonomi China semakin besar, terlihat dengan langkah mereka mencaplok perusahaan-perusahaan Amerika. Begitu susahnya bersaing dengan perusahaan China, di film Death by China salah saeroang eksekutif berujar: “kita tidak bersaing dengna perusahaaan China, kita bersaing dengan pemerintah China!”.

Pada 2010 ada 128 perusahaan China yang masuk ke daftar Fortune 500. Sekitar 12 perusahaan diantaranya dimiliki oleh pemerintah! Pada 2000, hanya ada 46 perusahaan yang masuk ke daftar itu. State-owned enterprises (SOE) lebih kompetitif dan bisa mendunia karena mendapat banyak sekali kelonggaran peraturan dan dukungan dari pemerintah China. Seandainya ada SOE akan pinjam uang ke bank, jawabannya hanya tiga: “terima kasih, berapa jumlahnya?, berapa lama?”.

Karena merasa diatas angin, China dan Amerika sering bersitegang. Biasanya karena China “nggak ngereken” atau nggak peduli dengan teguran atau “perintah” dari Amerika. Jadi, kita tonton saja bagaimana ketegangan China-Amerika sambil ngemil pop corn. Tapi, harus diwaspadai juga agar Indonesia tidak bernasib sama dengan AS.