3DR Solo
3DR Solo

Pabrikan drone 3D Robotics (3DR) menganggap produk terbaru mereka, Solo, seperti iPhone yang menyederhanakan berbagai fungsi di smartphone lewat sebuah tombol. Solo disebut sebagai era baru drone untuk konsumen. Benarkah?

Solo adalah drone pertama yang menawarkan kontrol penuh terhadap kamera GoPro. Integrasi drone dengan action camera itu meliputi fitur start/stop recordings, mengganti frame rate, serta beberapa fitur lainnya saat sedang terbang. Fitur yang diidamkan oleh sineas itu tidak dapat dilakukan oleh kompetitor DJI Phantom 2.

Sebagian besar drone menggunakan komputer tunggal yang terletak di wahana terbang dan memancarkan sinyal menggunakan remote kontrol. Sedangkan Solo memiliki prosesor 1 GHz baik di remote maupun di wahananya.

Untuk apa? Prosesor di quadcopter berfungsi sebagai autopilot, menjaga wahana tetap mengudara. Adapun prosesor di remote mengoperasikan berbagai fungsi rumit yang bahkan terus bertambah lewat pembaruan di software. Aplikasi Solo, misalnya, tidak hanya memperingatkan jika baterai akan habis, namun otomatis terbang pulang (return to home) tepat waktu.

3DR Solo
3DR Solo

Di Amerika, bahkan 3DR menggaransi 30 hari jika tidak puas dengan drone tersebut boleh dikembalikan. Cukup menjawab 5 pertanyaan yang digunakan 3DR untuk memperbaiki layanan mereka. Bahkan jika Solo terjatuh karena kesalahannya sendiri, konsumen ditawari apakah ingin menggantinya dengan yang baru, lengkap dengan gimbal dan GoPro-nya, gratis! Drone tersebut ditawarkan seharga USD999 untuk model standar, serta USD399 besarta gimbal.

3DR dibentuk pada 2009 oleh Chris Anderson, wartawan majalah teknologi Wired dan insinyur Jordi Muñoz. Keduanya bertemu di forum milik Anderson, DIY Drones. Komunitas di forum tersebut telah mengembangkan berbagai software open-source untuk mengontrol berbagai wahana terbang.

Solo berusaha untuk menjawab kebutuhan sineas untuk menciptakan aerial video/foto dengan mudah lewat benaman berbagai teknologi canggih yang tidak ditemukan di drone sebelumnya.

Sekarang, 3DR memiliki 300 karyawan, dengan kantor di Berkeley, San Diego, Tijuana, serta Austin. Sebelumnya, 3DR sudah merilis drone IRIS+ dan X8+ ke pasar. Sayangnya, penjualan 3DR masih jauh tertinggal dibanding DJI dan Parrot.

Menurut perkiraan Gartner, DJI menjual drone senilai USD500 juta pada 2014 silam dan diprediksi bisa 2x lipat tahun ini. Pada 2014, pasar drone masih dibawah USD1 miliar.

Anderson berharap 3DR menjadi awal dari era baru drone. ”Mulanya memang seperti ini, membuat robot bisa terbang. Sulit sekali, tapi kita sudah sampai kesana,” katanya. ”Selanjutnya, kita membuat robot tersebut lebih mudah diterbangkan. Sulit, tapi, lagi-lagi kita sudah hampir mencapainya,” ia menambahkan.

3DR Solo
3DR Solo

Lalu, apa selanjutnya? Menurut Anderson, kedepannya adalah membuat robot/drone yang begitu pintar, sehingga konsumen sudah tidak ribet sama sekali untuk menerbangkannya. ”Sama seperti iPhone mengubah fungsi ponsel yang ribet itu hanya kedalam sebuah tombol. Itu yang dilakukan Solo. Anda cukup menekan sebuah tombol, dan langsung bisa terbang dan mengambil video,” paparnya.

3DR Solo
3DR Solo

Kompetitor:

p3_4K_RGB_009DJI Phantom 3

Harga: USD999 dan USD1.250