Pertama diumumkan di Google I/O pada Juni 2014 silam, akhirnya platform Android One resmi menyapa pasar Indonesia. Ada tiga vendor lokal pengusungnya: Nexian, Mito, dan Evercoss.
Sepintas platform Android One yang menggunakan OS Android Lollipop itu tidak berbeda dengan Android biasa. Fiturnya mirip-mirip. Yang paling terasa ada pada harga. Semua ponsel dengan platform Android One menyasar segmen menengah kebawah dengan harganya terjangkau. Yakni dibawah Rp2 juta.
Ini karena Google secara khusus memberikan standar spesifikasi hardware khusus kepada para OEM (original equipment manufacturers) yang dapat berjalan secara maksimal di Android One. Mulai dari CPU (central processing unit), GPU (graphics processing unit), ruang simpan, tipe baterai, hingga tipe kamera. Secara umum standarnya adalah layar 4.5 inci, RAM 1 GB, kamera utama 5 MP, serta prosesor quadcore.
Tujuannya simpel. Agar vendor tidak perlu lagi memilih dan mengetes hardware mana yang paling cocok untuk Android One. Sehingga bugs, keamanan, serta update dapat dilakukan paling cepat. Semuanya sesuai standar dari Google.
Skema Android One sengaja dirancang di negara berkembang. Diawali di India, berlanjut ke Indonesia, Filipina, Pakistan, Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka.
Serupa Tapi Tak Sama
Tujuan Google menciptakan platform Android One memang beragam. Pertama, mereka ingin menyelasarkan kualitas atau eksperiens pengguna Android di segmen menengah kebawah atau low end. Ini segmen pasar terbesar di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Dan dengan harga terjangkau (direntang Rp1 jutaan), tidak seharusnya konsumen mendapatkan eksperiens yang buruk. Mulai sistem operasi versi lama, pemilihan hardware yang buruk (untuk menekan biaya), hingga munculnya berbagai bugs. Bervariasinya kualitas ponsel Android buatan berbagai vendor (lokal) itu jelas berdampak kurang baik konsumen yang ujungnya merugikan Google.
Itulah mengapa Google ingin agar Android di pasar low end ini perlu ada standar atau penyeragaman. Jadilah mereka merancang Android One yang membuat perusahaan teknologi tersebut tidak hanya mengontrol software, tapi juga hardware di sebuah perangkat.
Platform Android One sudah mengusung Android terbaru: Lollipop 5.1, dan dijamin paling cepat mendapatkan update seperti Google Nexus. Hardware Android One juga dipilihkan secara cermat oleh Google. Apa tipe kameranya, prosesornya, RAM, serta baterainya telah dipilih spesifik agar dapat menyatu dengan software-nya. Sehingga walau memiliki embel-embel “low end” tapi performa ponsel tetap optimal.
Chief Marketing Officer Evercoss Janto Djojo mengistilahkan ponsel dengan Android One ini telah ”disertifikasi oleh Google”. Artinya Google sendiri yang menjamin bahwa kinerja ponsel bakal optimal. ”Kita hanya mengikuti saja,” ujar Janto Djojo.
Tentu saja standarisasi seperti ini memang berdampak positif bagi konsumen. Mereka boleh yakin bahwa ponsel yang mereka beli paling optimal di rentang harganya.
Meski demikian, standarisasi ini berarti semua smartphone yang mengusung Android One seperti Evercoss One, Nexian Journey One, serta Mito Impact Android One hampir tidak bisa dibedakan satu sama lain.
Itu karena setiap perangkat tersebut sama-sama menggunakan rancangan dasar dari Google. Begitupun spesifikasi seperti layar 4.5 inci FWVGA (resolusi 854×480), prosesor Cortex A7 Quad Core, kamera utama 5 MP, memori internal 8 GB, RAM 1 GB, Dua selot SIM card, serta baterai 1.700 mAh. Semuanya sama. Vendor seperti Evercoss memberi sedikit deferensiasi lewat leather case.
Karena masih dalam tahap ujicoba, masing-masing vendor hanya merilis model secara terbatas. Evercoss One untuk tahap awal hanya dirilis sebanyak 3.000 unit di Lazada.co.id. Sementara Mito Impact Android One di Blibli.com diklaim terjual ribuan unit dalam sehari.
”Kuota awal yang kami sediakan langsung sold out,” kata Chief Marketing Officer MITO Jacksen Lie. Mereka pun menambah lagi pre-order sebanyak 5.000 unit sampai akhir Februari 2015 dengan harga Rp999.000 dari harga asli Rp1,2 juta. Nexian Journey One, melalui situs Blanja.com dan JakartaNotebook.com bahkan diketahui mencapai pemesanan hingga 10.000 unit. Tentu saja ini termasuk angka yang fantastis.
Janto Djojo optimistis Android One akan diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Sebab, tren smartphone di Indonesia masih terus tumbuh. Terutama peralihan pengguna feature phone ke smartphone yang masih akan besar. ”Kebutuhan smartphone terjangkau dan berkualitas masih tetap ada,” katanya.
Meski demikian, pihak Evercoss sendiri tidak terlalu jor-joran terhadap platform Android One ini dan memilih cara aman. Yakni menunggu reaksi pasar. ”Saat ini produknya memang masih terbatas. Tapi, jika pasar menyerap, tentu akan kami penuhi,” paparnya.
Evercoss One X, Mito Impact, dan Nexian Journey:
Bentang layar 4,5 inci
Resolusi layar 854 x 480 piksel
Prosesor Cortex A7 1,3 GHz quad-core
RAM 1 GB
Kamera Belakang 5 megapiksel
Kamera Depan 2 megapiksel
Internal storage 8 GB
Micro SD Hingga 32 GB
Baterai 1.700 mAh
SIM Card Dual Micro SIM
Sistem operasi Android 5.1 Lollipop
Harga:
Selama pre order, Evercoss One X, Mito Impact, Nexian Journey One dibanderol Rp999.000. Namun, harga normal Evercoss One X adalah Rp1.388.000, sedangkan Mito Impactdan Nexian Journey One adalah Rp1,2 juta.