Sebagian mengenal mereka melalui produk komunikasi dan audio mobil aftermarket. Lainnya lebih akrab lewat drone mainan. Di CES 2015, perusahaan asal Prancis bernama Parrot ini mengejutkan lewat berbagai inovasi yang mereka lakukan. Seperti apa?
Jika industri pesawat tanpa awak (UAV) atau drone baru ramai pada 2014 silam, Parrot AR.Drone yang bisa dikendalikan oleh smartphone sudah diluncurkan sejak 2010. Itulah pionir drone untuk konsumen yang sudah memiliki kamera untuk merekam video dan memotret.
Hingga saat ini pun Parrot masih membuat drone. Model terbaru mereka, Parrot Bebop Drone, mendifinisikan ulang bagaimana sebuah drone yang begitu mudah digunakan, canggih, dan powerful.
Yang menarik, sebenarnya Parrot bukanlah perusahaan yang mengkhususkan diri membuat drone. Ketika berdiri pada 1994, mereka lebih banyak bergerak dibidang komunikasi dan audio mobil.
Pendiri dan CEO Parrot Henri Seydoux, 54, mengatakan bahwa langkah perusahaannya untuk membuat drone adalah kebetulan dan ”jodoh”. ”Saya dijuluki orang gila oleh semua staff Parrot. Tidak ada satupun yang setuju akan ide saya untuk membuat drone,” katanya.
Tapi, ide itupun dijalankan. 9 tahun lalu mereka mulai mengembangkan drone secara diam-diam. Pada Januari 2010, akhirnya Parrot AR.Drone dikenalkan ke publik. Quadcopter tersebut menarik perhatian dan membuat orang terkejut karena cara mengendalikannya yang unik: melalui smartphone ataupun tablet dengan sistem operasi iOS atau Android. Ini adalah inovasi yang belum pernah dicoba sebelumnya.
Penjualan Parrot AR.Drone ternyata sangat baik. Bahkan mampu menyelamatkan perusahaan karena pemasukan mereka di industri automotif sedang lesu.
Lalu, apakah Seydoux punya rencana besar terhadap ide gila membuat drone itu? Lagi-lagi ia menjawab santai: “Tidak. Waktu itu saya hanya ingin membuat drone mainan,” katanya.
Para Makers
Walau sudah berusia 20 tahun dan melantai di bursa saham Prancis, Parrot tetap mengusung identitas dan moto sebagai perusahaan startup. Karyawan mereka memiliki passion untuk menjadi makers. Engineer mereka memiliki kemampuan untuk mendesain chip sendiri bila diperlukan. Pada 2011 mereka mengakuisisi perusahaan chip asal Prancis diBcom yang menjadi aset besar bagi Parrot.
Ini yang lebih menarik: latar belakang Seydoux bukan dari fakultas teknik atau elektronika. Melainkan di jurnalistik. Tapi, itu juga menjadi bukti akan kemampuan Seydoux untuk bisa berfokus pada berbagai hal sekaligus.
Kendati produk automotif, drone, dan berbagai perangkat yang terkoneksi ke internet terlihat tidak saling berhubungan, tapi Seydoux mengaku ketiganya memiliki benang merah yang sama. ”Di Parrot, apa yang kami buat selalu connected (terhubung). Kami membuat produk yang unik dan orginial, yang terhubung ke ponsel,” katanya.
Visi masa depan Seydoux itu sudah lama ada jauh sebelum istilah Internet of Things mengemuka dalam beberapa tahun terakhir. Dan yang lebih penting adalah bagaimana Parrot bisa mendesain arsitektur software maupun hardware yang membuat produk mereka bisa dapat terhubung dengan baik ke smartphone. Ketika teknologi smartphone semakin canggih, maka produk buatan Parrot pun juga semakin canggih.
Inilah mengapa Parrot tidak membuat produk yang menjadi “pelengkap” smartphone seperti gelang pintar atau kacamata pintar. Mereka sengaja merancang sebuah produk cutting edge yang bisa berdiri sendiri, orisinil, tapi dalam fungsinya bisa dihubungkan dengan smartphone. Bidang terbaru yang sedang mereka masuki sangat menarik: pertanian. Seperti apa? Simak infografisnya.
Mengenal Parrot
- Didirikan pada 1994 oleh Henri Seydoux.
- Berbasis di Paris, dan memiliki 900 karyawan di seluruh dunia.
- Tiga target pasar Parrot:
- Automotif: membuat perangkat komunikasi dan hiburan di mobil
- Drone: quadcopter untuk mainan dan profesional.
- Perangkat Terkoneksi: fokus di audio dan perkebunan.
Inovasi Parrot:
Secara sederhana, Parrot membuat tablet dengan OS Android yang terhubung dengan sistem navigasi mobil. Sistem in-car infotainment ini berfungsi untuk berkomunikasi suara, voice recognition (pengenal suara) untuk musik dan daftar kontak, messaging, text to speech, serta pemutar media multi-sumber seperti USB / iPod / BT / Radio, Internet 3G/4G connectivity.
Zik Sport adalah headphone yang didesain khusus untuk atlit. Earbuds dan headband-nya dilengkapi sensor biometrik untuk menganalisa denyut jantung hingga gaya berlari. Sudah ada fungsi noise-cancelling, serta dapat terhubung ke smartphone lewat Bluetooth.
Lewat Bebop, Parrot membawa drone ke level baru. Drone berkamera ini ringan, mudah sekali digunakan, memiliki tenaga untuk terbang hingga beberapa kilometer, serta otak berupa chip untuk terhubung ke smartphone atau tablet.
Perangkat ini mampu mendeteksi apakah tanaman cukup mendapat cahaya dan pupuk, serta bisa menyiram secara otomatis. Sensor di dalamnya mampu mengukur cahaya, kelembaban, temperatur dan pupuk dan dianalisa lewat smartphone.