IndosatIndosat menjadi operator seluler pertama di Indonesia yang meluncurkan Google Play Carrier Billing untuk pelanggan mereka di Indonesia. Dengan fitur tersebut, maka pengguna Indosat yang merupakan anak perusahaan Ooredoo itu kini dapat dengan mudah membeli aplikasi lewat pulsa.

Carrier billing adalah pembelian konten melalui sistem potong pulsa untuk pengguna prabayar, serta ditagihkan secara bulanan ke pelanggan pascabayar. Dalam hal ini konsumen prabayar (Mentari dan IM3) maupun pascabayar (Matrix) yang tidak memiliki kartu kredit jadi jauh lebih mudah membeli konten baik berupa aplikasi, game, ataupun buku di Google Play.

Bagaimana caranya? simpel. Pelanggan Indosat cukup masuk ke menu “Payment Option” dan memilih “Enable Indosat Billing” untuk mengaktifkan metode pembayaran carrier billing. Tapi harap diingat, pelanggan akan dikenakan pajak 10 persen dari nilai konten yang ada di Google Play. Jadi seandainya aplikasi memiliki banderol Rp20.000, maka pelanggan Indosat harus membayar Rp22.000.

Kehadiran carrier billing ini menghadirkan beberapa dampak langsung. Positifnya, developer lokal seharusnya bisa lebih mudah dalam memonetisasi aplikasi mereka karena sistem pembeliannya lebih mudah. Google akan mentransfer langsung hasil penjualan aplikasi di Google Play Store ke rekening bank di Indonesia (sebelumnya harus melalui perusahan asing). Dan tidak hanya pengembang aplikasi, sebab saat ini Google Play juga sudah membuka “toko” mereka untuk konten berupa buku. Sehingga penulis buku pun dapat ikut mendapatkan benefit.

Tapi, imbasnya juga bisa negatif seandainya developer lokal tidak bergerak cepat sehingga aplikasi yang banyak dibeli oleh pelanggan seluler justru berasal dari luar negeri.

Dampak negatifnya, carrier billing ini bisa dibilang kontraproduktif dengan langkah operator dalam mengembangkan dan mengakselerasi aplikasi lokal. Operator seperti Telkomsel, misalnya, memiliki program akselerasi developer lokal bernama TemanDev. Adapun XL Axiata punya Gudang Aplikasi.

Carrier billing secara otomatis akan mematikan kedua program tersebut, karena baik pelanggan maupun developer bakal semakin ”terikat” ke Google.

Selama ini Google hanya membuka sistem pembayaran lewat kartu kredit. Padahal, pemilik rekening bank di Indonesia hanya 40 persen dari total populasi. Sementara jumlah kartu kredit di Indonesia menurut Data Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) hanya 16 juta atau 6 persen populasi, sedangkan pengguna smartphone di Indonesia pada 2014 diprediksikan mencapai 82 juta orang.

Sebelumnya, memang toko aplikasi online Windows Phone, Nokia Store, dan BlackBerry World sudah lama membuka metode potong pulsa hasil kerja sama dengan perusahaan operator seluler. Tapi, masuknya Google akan menjadi game changer mengingat tingginya penetrasi Android di Indonesia.