Tablet masa depan harus memiliki ini: form factor ringan dan tipis, spesifikasi mumpuni, serta harga yang ”ramah kantong”. Hal itu dijawab oleh Asus Indonesia melalui model Fonepad 8 FE380CG.
Ada pergeseran tren dikalangan pengguna tablet di Indonesia. Tablet berlayar besar tetap favorit. Namun, konsumen sekarang lebih ”rewel” dan pemilih. Mereka ingin tablet berlayar besar dengan form factor yang tipis dan ringan agar mudah digenggam, tapi juga memiliki fitur dan performa yang baik. Selain itu, harganya harus tetap ramah kantong.
Hal itu diungkapkan Country Product Group Leader Asus Indonesia Juliana Cen. Menurut Juliana, saat ini konsumen tidak hanya memfungsikan tablet sebagai media untuk berkomunikasi dan mengakses hiburan. ”Melainkan juga untuk melakukan kegiatan produktif,” tegasnya.
Selasa (16/12) silam, Asus Indonesia merilis sejumlah perangkat tablet sekaligus untuk menjawab kebutuhan tersebut. Antara lain Asus Padfone S PF500KL, serta Fonepad 7 FE375CXG dan Fonepad 8 FE380CG.
Asus Fonepad 8 yang menggunakan layar 8 inci WXGA (1280×800), Android 4.4 Kitkat, kamera utama 5 MP, RAM DDR3 2 GB, kartu SIM ganda 3G, baterai li-polymer 4.000 mAh, serta tebal 8,9 mm dan berat 310 gram itu menjadi contoh jawaban vendor terhadap tablet berlayar besar dengan fitur mumpuni serta ukuran kompak.
”Tablet 8 inci yang ada di pasar umumnya besar dan bulky, kurang nyaman digenggam,” ungkap Juliana. ”Fonepad 8 memiliki bezel yang tipis, hanya 5.06 mm, membuat rasio perbandingan bodi dan layar menjadi 72,2 persen. Lebarnya pun cuma 12 cm sehingga sangat nyaman digenggam,” tambahnya sembari menyebut harga Fonepad 8 relatif terjangkau: Rp2,7 juta.
Chip 64 Bit, Arsitektur 22 Nm
Fitur paling menarik Asus Fonepad 8 ternyata justru tidak terlihat. Yakni, prosesor quadcore Intel Atom Moorefield Z3530 berkecepatan 1,33 GHz. Moorefield mendukung instruksi 64 bit untuk mengolah proses lebih cepat, serta cache sebesar 1 MB agar tidak terjadi bottle neck saat mengolah data.
Dukungan chip 64 bit membuat Moorefield lebih baik dalam menjalankan berbagai aplikasi yang ada di Google Play. Khususnya dalam hal grafis. Kinerjanya dapat dirasakan langsung pada performa video, kompresi, multitasking, serta aktivitas lainnya.
Penggunaan arsitektur 22 nanometer (Nm) pada Moorefield juga berdampak pada performa dan efisiensi. Kinerja prosesor tetap prima, tapi konsumsi daya yang dibutuhkan untuk melakukan komputasi jauh lebih rendah dibanding sebagian besar prosesor ARM yang masih mengunakan arsitektur 28 Nm.
Moorefield yang dirancang untuk tablet (8 inci kebawah) maupun smartphone itu menunjukkan keseriusan Intel Indonesia dalam berpenetrasi di perangkat mobile. Inilah tahun terbaik mereka. Pada kuartal pertama, Intel Indonesia berada di posisi 8 pasar tablet. Tapi, di kuartal ketiga mereka berhasil merangsek ke posisi kedua (data IDC Indonesia quarterly tablet tracker).
”Dua tahun lalu kami tidak ada di peta. Tapi, sekarang sudah menduduki posisi kedua. Ini membuktikan keseriusan kami,” tegas Country Manager Intel Indonesia Harry K Nugraha.
Mengenal Intel Atom Moorefield
Ketika masuk ke pasar smartphone pada pertengahan 2012, chip milik Intel hanya tersedia di sebagian kecil handset. Prosesor pada smartphone dan tablet di seluruh dunia didominasi teknologi perusahaan semikonduktor asal Inggris, ARM.
- Intel kembali tertinggal di teknologi 64 bit ketika ARM merilis arsitektur ARMv8 64 bit yang digunakan di chip A7 milik Apple iPhone 5S
- Saat ini Intel berupaya menyusul ketertinggalan mereka melalui chip seperti Bay Trail maupun Moorefield.
- Moorefield merupakan prosesor terbaru Intel yang didesain untuk perangkat 8 inci atau lebih kecil (termasuk smartphone).
- Moorefield pertama dikenalkan di ajang Computex Taipei pada awal 2014.
- Dibandingkan Intel Bay Trail untuk tablet, ukuran chip Moorefield lebih kecil, sehingga lebih mudah diaplikasikan ke tablet atau phablet 8 inci kebawah.
- Karakter Moorefield adalah lebih ”dingin” dan tidak mudah panas.
- Moorefield diklaim membuat daya tahan baterai lebih lama.