SONY DSCInternet of things (IoT) dan Machine 2 Machine (M2M) memang berhubungan erat. Dua frase ini belakangan semakin populer.

Singkatnya, IoT adalah sensor, teknologi, serta jaringan yang membuat berbagai perangkat saling berhubungan. Bayangkan jika kulkas Anda menggunakan internet dari Wi-Fi atau bahkan memiliki kartu SIM sendiri sehingga bisa mengirim SMS atau notifikasi seandainya ada susu atau makanan yang segera kadaluarsa.

Lebih jauh lagi, pemanfaatan IoT meliputi bangunan ataupun berbagai infrastruktur lainnya yang dapat saling bertukar informasi.

Menurut IDC, teknologi dan ekosistem yang menaungi IoT dan M2M diperkirakan mencapai USD8,9 triliun pada 2020. Pada akhir 2020, IDC juga memprediksi ada 212 miliar perangkat yang terhubung ke internet. Sebanyak 30,1 miliar diantaranya sudah sangat pintar hingga dapat berfungsi otomatis (autonomus).

Nantinya, IoT ini akan menyentuh smart city, mobil, serta rumah. Sementara perusahaan juga mulai mengadopsi teknologi tersebut dalam lini bisnis mereka.

Operator seperti Telkomsel, misalnya, mengaku sudah siap dengan layanan M2M yang berupa solusi end-to-end dengan membidik industri seperti automotif, keuangan, serta utilitas. Solusi mereka meliputi Branchless Banking, Driving Analytics, Fleet Tracking Management, Home Automation, m-POS, Sales Force Automation, Smart Metering (untuk agrikultur, gas & air), dan Usage Based Auto Insurance (UBI).

Penggunaan M2M secara efektif diklaim akan mengurangi biaya produksi dan operasional, meningkatkan akses (layanan) terhadap suatu informasi dan menambah pilihan produk yang ditawarkan.

Riset dari Machina Research mempredikasi bahwa dari potensi market M2M di Indonesia tahun 2014 adalah 4.7 Juta dari konektifitas seluler, dan diperkirakan akan tumbuh menjadi 20.9 Juta pada tahun 2020.