Photo 1c copyHuawei datang ke Indonesia dengan ambisi besar: menargetkan 10% market share smartphone di pasar Indonesia dalam dua tahun kedepan. Mengapa optimisme mereka harus diwaspadai oleh vendor ponsel lainnya?

PT Huawei Tech Investment (Huawei Indonesia) sudah beroperasi di tanah air sejak 14 tahun silam. Tapi, mengapa vendor tersebut justru asing di telinga konsumen tanah air? Jawabannya, karena core business mereka di Indonesia lebih banyak pada jaringan (networking) serta peralatan elektronik seperti modem nirkabel hingga router.

Tapi, hal itu agaknya akan segera berubah. Pada Kamis (16/10) silam, Huawei Indonesia resmi terjun ke industri ponsel lokal melalui dua model smartphone premium: Ascend Mate 7 dan Ascend P7 yang menerima banyak sekali pujian di pameran Internationale Funkausstellung atau IFA 2014 di Berlin, Jerman, September silam.

Di sektor bisnis smartphone ini Huawei sebenarnya sudah sangat berjaya. Menurut IDC, vendor asal China itu hanya setingkat dibawah Samsung dan Apple sebagai vendor ponsel terbesar untuk skala global (6,9 % market share).

”Kami butuh proses cukup lama untuk memvalidasi pasar Indonesia,” tegas CEO Huawei Indonesia Sheng Kai. ”Karakter pasar yang sifatnya open market dan harus bersaing dengan 100-an vendor ponsel sangat menantang,” tambahnya.

Sebaliknya, Sheng Kai juga mengatakan unit bisnis jaringan dan telah bekerja sama dengan berbagai operator di Indonesia memberi banyak sekali keuntungan bagi perusahaan.

Strategi yang mereka pilih adalah ini: menunjuk PT Trikomsel Tbk sebagai distributor eksklusif untuk memasarkan produk mereka. Perusahaan juga mengaku sudah menyiapkan investasi marketing yang agresif selama dua tahun kedepan.

”Bermodal produk yang bagus dan bisa menjangkau semua segmen saja akan sulit untuk bersaing di Indonesia. Kami juga harus kokoh di dua sektor lainnya: mengembangkan merek (brand) agar lebih dikenal, serta partnership (untuk mendistribusikan produk ke pasar),” papar Sheng Kai. ”Ini PR besar, karena banyak yang menganggap Huawei adalah vendor ponsel low end atau malah tidak kenal sama sekali,” ia menambahkan.

Presiden Direktur PT Trikomsel Oke Tbk Sugiono Wiyono menilai, Huawei memiliki banyak sekali produk yang ”mencocokkan diri” di pasar Indonesia. Salah satunya adalah smartphone dengan dukungan jaringan 4G/LTE. ”Mereka siap untuk mendominasi pasar ponsel 4G/LTE,” ujar Sugiono.

Jika melihat agresifnya perkembangan perusahaan, optimisme Huawei tidak bisa dianggap remeh. VP Consumer Business Group Huawei Jim Xu mengatakan, mereka hanya hanya butuh waktu beberapa tahun untuk berubah dari original design manufacturer (ODM) menjadi original equipment manufacturer (OEM) dan membuat merek smartphone sendiri.

Tahun lalu mereka mengapalkan 52 juta unit smartphone. Tahun ini jumlahnya ditargetkan jadi 80 juta unit. Karena pasar ponsel di China sendiri sudah jenuh, maka Huawei mengincar pasar yang sangat besar masih berpotensi tumbuh seperti Indonesia. ”Pasar Indonesia sangat penting bagi kami,” ungkap Jim Xu.

Menjaring Pujian

Dua model smartphone Huawei yang dipasarkan di Indonesia, Mate 7 dan P7, diklaim banyak mendapat pujian dari blog maupun media teknologi. Setelah mencermati fitur dan spesifikasi kedua ponsel dengan banderol Rp6,5 juta dan Rp6 juta itu, rasanya pujian yang diberikan tidak salah alamat.

Terutama Ascend Mate 7 yang akan menjadi pilihan sangat kompetitif bagi penggemar ponsel berlayar besar di Indonesia yang pasarnya terus bertumbuh.

Peraih kategori ”Best Smartphone” di IFA 2014 itu menggunakan cangkang yang terbuat dari satu logam utuh (unibody) untuk membungkus layar seluas 6 inci. Dampak dari penggunaan material alumunium itu selain lebih kokoh dan nyaman digenggam (beratnya hanya 185 gram) juga mengentalkan kesan premium.

Desainnya sendiri sangat cantik. Tebalnya hanya 7,9 mm atau terbilang sangat tipis dibandingkan kompetitornya. Namun yang lebih menarik adalah pinggiran layar atau bezel yang hampir tidak nampak dan seolah menyatu dengan layar utama. Ukuran layar mencapai 83 persen dari permukaan depan ponsel. Saat digenggam pun Mate 7 sama sekali tidak terasa seperti ponsel berukuran 6 inci. Kompak!

Fitur yang tak kalah menarik adalah kapasitas baterai yang mencapai 4.100 mAh atau hampir 2 kali lebih besar dibanding ponsel sekelas. Diklaim, baterai tersebut mampu membuat ponsel bertahan hingga dua hari untuk pemakaian intens.

Chipset octa-core buatan sendiri yang disebut Kirin 925 juga berkontribusi terhadap penghematan konsumsi energi. Cara kerjanya unik. Empat chipset A15 1.8 GHz berukuran besar dan empat A7 1.3 GHz kecil bekerja sesuai kebutuhan.

Untuk menelpon, misalnya, hanya 2 A7 yang aktif. Sebaliknya, untuk bermain game giliran dua A15 dan tiga A7 yang bekerja. Chipset tersebut mendukung teknologi LTE untuk mengunduh data hingga 300 MB per detik.

Fitur lain yang tidak kalah menarik adalah pembaca sidik jari yang diklaim lebih canggih dibanding iPhone 5s maupun Samsung Galaxy S5. Karena tidak perlu ada gerakan menyapu (swipe), hanya butuh sentuhan ringan. ”Cukup menyentuhkan jari sekali untuk mengaktifkan ponsel dari kondisi mati,” tegas Dennis Poon, Direktur Desain Global UI Huawei Consumer Business Group.

Pengguna juga dapat melakukan kustomisasi fungsi misalnya menyimpan 5 sidik jari sekaligus, pilihan “visitor mode”, serta memproteksi aplikasi atau folder tertentu. ”Pengguna smartphone rata-rata melihat ponselnya 150 kali dalam sehari. Hal ini akan dipermudah lewat pemindai sidik jari Mate7 yang hanya butuh satu langkah,” ujar Poon.

Spesifikasi
Huawei-Ascend-Mate-7-00016-1024x682Huawei Ascend Mate 7:
Prosesor: Huawei Kirin 925 quad-core A15 1,8 GHz/quad-core A7 1,3 Ghz
Layar: 6 inci IPS Full HD 1920×1080
Kamera depan: 8 MP CMOS
Kamera belakang: 13 MP CMOS
Sistem operasi: Android 4.4.2 Kitkat
Memori: RAM 2 GB, memori internal 16 GB, support microSD 32 GB
Baterai: 4100 mAH
Berat: 185 gram
Dimensi: 157x81x7,9 mm
Koneksi: 4G/LTE