PJ-BX064_SPONSO_G_20140909173059Ketika pemanfaatan sebuah perangkat elektronik adalah dikenakan di tubuh (wearable device), maka perangkat tersebut harus lolos syarat ini: enak dipakai, sedap dipandang, juga mampu mencerminkan kepribadian pemakainya.

Gelombang pertama wearable device seperti smartwatch atau smart glasses yang dilempar ke pasar gagal total. Di satu sisi teknologi di perangkat yang ada memang belum sampai pada tahap merubah kehidupan pemakainya. Masih sebatas fitur yang “ada untuk bergaya”.

Tapi, dari kegagalan itu ternyata ada satu kesimpulan penting yang diambil. Para eksekutif perusahaan IT sepakat bahwa wearable device butuh sentuhan khusus untuk bisa diterima oleh pasar yang lebih luas dari sekadar early adopter, para penggemar teknologi, serta para pehobi lari dan olah raga. Sentuhan yang hilang itu adalah desain.

“Kita benar-benar butuh industri fashion,” tegas Ayse Ildeniz, VP new devices group Intel Corp kepada WSJ.

Samsung-Enthralls-Fashionistas-at-New-York-Fashion-Week-1Intel, perusahaan chip terbesar dunia yang belakangan sangat fokus di teknologi wearable itu sudah mengambil langkah maju. Pada pembukaan New York Fashion Week awal bulan ini mereka berkolaborasi dengan label fashion Opening Ceremony, menciptakan gelang pintar lengkap dengan ornamen batu mulia yang dapat menerima notifikasi dan mengirim pesan.

”Industri fashion sangat mengerti nilai-nilai estetika. Selain itu juga sudah paham benda seperti apa yang ingin dipakai seorang wanita di tubuh mereka,” kata Ildeniz yang tidak menyebut perangkat tersebut sebagai wearable, melainkan MICA (my intelligent communication accessory).

MICA bukanlah kolaborasi pertama yang dilakukan Intel. Pada Agustus silam, Intel telah bekerja sama dengan perusahaan miliki rapper 50 Cent, SMS Audio, untuk menciptakan sebuah headphone yang telah dilengkapi sensor pengukur detak jantung.

Intel juga baru saja mengumumkan kerjasama baru dengan Fossil, perusahaan yang memproduksi jam tangan, tas, hingga sabuk, untuk memproduksi berbagai perangkat wearable dengan sentuhan fashion.

Saat ini industri wearable device memang belum terlihat. Tapi jangan salah, pontensinya di masa depan dinilai sangat besar. Itulah sebabnya banyak perusahaan teknologi yang sudah terjun mulai dari sekarang karena tidak ingin terlambat.

Pada 2020 nanti, Cowen and Co. memperkirakan nilai pasar industri ini mencapai USD170 miliar. Padahal, nilai pasar wearable global pada 2012 hanya USD2.5 miliar.

Studi lain yang dilakukan IDC mengungkap bahwa 19,2 juta perangkat wearable diperkirakan akan dikapalkan ke seluruh dunia pada 2014. Jumlah itu tiga kali lebih besar dari tahun lalu. Bahkan jauh meningkat pada 2018, yang diperkirakan mencapai 112 juta perangkat.

Desainer Rebecca Minkoff mengakui bahwa konsumen sebenarnya sangat tertarik dengan perangkat wearable. Tapi, tidak banyak produk yang membuat mereka ingin membelinya.

Bekerjasama dengan perusahaan aksesoris ponsel Case-Mate, Rebecca membuat dua perangkat wearable yang telah dibumbui sentuhan ”fashion”. Yakni, gelang rantai yang bisa menerima panggilan dan SMS lewat koneksi bluetooth seharga USD120 dan gelang kulit warna hitam seharga USD60 yang berfungsi ganda sebagai kabel USB pengisi daya.

”Jika kita ingin memasarkan wearable device, maka harus mengedepankan fashion,” kata Rebecca.

Perusahaan pembuat alat perekam aktivitas olah raga, Fitbit, baru saja menggandeng desainer Tory Burch untuk menciptakan akesoris gelang dan kalung yang ”chic”. Aksesoris berwarna emas itu tampilannya sangat fashionable. Seorang wanita karir rasanya tidak akan ragu mengenakannya saat bekerja di siang hari atau bahkan ketika makan malam formal di malam hari. Berbeda dengan desain standar Fitbit yang kesannya lebih sporty dan kurang cocok dikenakan di acara formal.

Karinna Nobbs, dosen fashion brand strategy di London College of Fashion menilai, perangkat wearable yang ada saat ini belum mampu memberikan desain yang indah, serta fungsi yang benar-benar berguna. “Untuk bisa diterima pasar umum, desain sebuah produk wearable harus memiliki desain yang pas. Tapi, teknologinya juga harus memiliki nilai tambah. Bukan sekadar gimmick seperti yang ada saat ini,” katanya.

Ternyata memang sulit sekali untuk menciptakan sebuah produk yang seimbang antara desain (menarik untuk dikenakan) dan fungsinya. Banyak sekali perusahaan yang meluncurkan produk wearable seperti gelang, anting, atau kalung yang cantik. Tapi fungsinya sangat terbatas.

Atau bahkan tidak terlalu berguna. Perusahaan lainnya hadir dengan smartwatch dengan fungsi cukup banyak. Namun kedodoran di dalam desain. Bentuknya cenderung norak dan tidak menarik.

Kaos pintar keluaran Ralph Lauren yang dipakai di kejuaraan tenis US Open adalah contoh kombinasi yang baik antara desain dan fungsi. Kaos tersebut memiliki chip yang dapat merekam denyut jantung, nafas, langkah kaki, dan berbagai indikator lain seorang atlet. Di semester pertama 2015, kaos tersebut akan disempurnakan dan diproduksi secara masal.

Pada pertengahan bulan ini, Apple juga mengenalkan produk smartwatch bernama Apple Watch yang akan dirilis pada awal 2015 mendatang. Formulanya terbilang lengkap. Desain cantik dan personal lewat tali (straps) yang bisa dipilih sesuai kepribadian atau kondisi, fungsi rekam kebugaran yang disempurnakan, serta fitur tambahan sebagai alat pembayaran lewat konektivitas NFC. Banyak yang berharap agar Apple Watch ini sukses dan ikut membentuk pasar wearable pada 2015.

Kendati demikian, pendiri Misfit Wearables Sonny Vu mewanti-wanti soal meleburnya fashion dengan teknologi ini. ”Barang mana yang membuat Anda kembali ke rumah ketika sudah berada separuh jalan menuju kantor? Kunci? Dompet? Ponsel? Atau wearable device?,” katanya.

Pilihan terakhir (wearable device) ditanyakan dalam kondisi itu, karena hubungan antara ”benda fashion” dengan pengguna itu sendiri. Anda tentu tidak masalah meninggalkan rumah tanpa gelang atau cincin. Karena perangkat “fashion” identik dengan sesuatu yang selalu berubah atau berganti-ganti. Bukan barang yang sifatnya ”primer” atau sangat penting. Ini yang membuat “fashion wearables” butuh proses dan waktu lebih lama untuk diterima oleh pasar.

Eksperimen dengan Wearable

Wearable device saat ini masih berada dalam tahap eksperimentasi. Bagaimana menciptakan sebuah produk yang menarik dikenakan, tapi juga memiliki fungsi yang tidak dapat ditinggalkan. Berikut beberapa diantaranya:

Apple Watch
Apple Watch menjadi harapan besar terhadap berkembangnya pasar wearables. Selain personalisasi dan kebugaran, Apple juga menambahkan fitur mobile payment.

Activite
withings-activite-watch-hero Jam tangan pintar buatan Swiss yang tampilannya tak berbeda dengan jam biasa. Padahal, selain sudah anti air, juga memiliki sensor kebugaran dan dapat terhubung ke smartphone lewat koneksi bluetooth low energy (BLE).

Ringly
RinglyApps5 Cincin yang cantik dengan berbagai pilihan warna serta pilihan batu mulia. Cincin itu bisa bergetar atau berkedip-kedip ketika ada panggilan, SMS, atau notifikasi masuk ke smartphone.

Fibit Edisi Tory Burch

tory-burch-fitbit-bracelet-gold-main Bersama desainer Tory Burch, Fitbit mendesain tiga aksesoris berbasis Fitbit Flex. Yakni kalung dan dua model gelang. Harapannya untuk menarik konsumen karena kemasannya lebih cantik.

Kaos Ralph Lauren
Ralph Lauren Di pertandingan US Open, Ralph Lauren membuat kaos yang dapat memonitor denyut jantung, langkah, dan nafas para atlet tenis. Kaos ini terbilang sukses dan akan segera dipasarkan untuk umum.

Perhiasan Rebecca Minkoff

rebecca-minkoff02Desainer Rebecca Minkoff mengenalkan sejumlah lini perhiasan, mulai dari kalung hingga gelang yang dapat dihubungkan ke smartphone lewat koneksi bluetooth.