Bisakah BlackBerry Passport menjadi paspor bagi BlackBerry untuk memasuki wilayah yang dulu mereka sempat diunggulkan?

CEO Passport John Chen berdiri dengan percaya diri. Tangannya menggenggam produk BlackBerry terbaru yang disebut Passport. ”Saya tidak perlu lagi membawa laptop saat rapat,” katanya. ”Karena perangkat ini sudah mampu menggantikan laptop sebagai alat produktivitas,” ia menambahkan.

Nama Passport sengaja disematkan tidak lain karena ukuran perangkat tersebut yang tak berbeda dengan sebuah buku paspor.

Dimensinya pun tidak lazim. Dikala umumnya smartphone menggunakan desain persegi panjang dengan aspek rasio 16:9, BlackBerry Passport justru memilih bentuk kotak atau persegi dengan aspek rasio 1:1.

Desain ini, menurut BlackBerry, justu memberi area yang lebih lapang dari dua sisi: vertikal dan horizontal. Dan karena ukurannya tidak lebih besar dari sebuah paspor, maka pengguna tidak akan kesulitan menggenggamnya dengan kedua tangan, atau membawanya di saku jas atau celana.

Menyasar Pebisnis

BlackBerry Passport diluncurkan pada Rabu (24/9) silam secara serentak di tiga kota sekaligus, yakni Toronto, London dan Dubai.

Dengan handset tersebut, pihak BlackBerry menyasar kalangan ini: para pebisnis dan profesional. Terutama semakin populernya tren orang memanfaatkan perangkat mereka sendiri untuk bekerja (disebut bring your own device/BYOD).

Pasar korporasi dinilai masih menjanjikan. Sebab, banyak profesional yang membutuhkan perangkat dengan keamanan tinggi.

Lewat blognya, BlackBerry mengungkap keunggulan layar persegi dan kibor bagi konsumen profesional adalah ini: bisa melihat spreadsheets Excel lebih baik di layar bujur sangkar berukuran 4.5 inci itu.

Resolusi 1440 x 1440 piksel dengan kepadatan 452 ppi pun diklaim begitu tajamnya hingga seorang dokter dapat menganalisa gambar X-Ray.

Selain navigasi di layar sentuh, Passport memiliki kibor QWERTY fisik tiga baris. Harus mencoba langsung untuk bisa menyimpulkan apakah kibor tersebut nyaman digunakan.

Jeff Gadway, product marketing BlackBerry, menikai BlackBerry Passport akan jadi solusi bagi perusahaan dan pemerintahan. Terutama kaum profesional yang mengakomodir 30% dari pasar.

Pembuktian

Passport adalah langkah penting bagi BlackBerry. Ini akan menjadi pembuktian bahwa bisnis handset perusahaan masih tetap diminati.

Sayangnya, sejumlah media sudah memberi nilai negatif. ”Passport adalah kemajuan besar bagi BlackBerry. Tapi, tidak ada fiturnya yang relevan saat ini,” tulis The Verge. Situs CNET memuji kibor Passport, namun bentuk persegi terasa canggung saat digenggam.

Analis Rob Enderle dari Enderle Group menyayangkan keterlambatan perusahaan asal Waterloo, Ontario, Kanda, itu dalam melebur produk berlayar besar dan kibor fisik yang jadi keunggulan perusahaan.

BlackBerry yang mengalami banyak restrukturisasi dibawah nahkoda John Chen, masih perlu membuktikan diri mereka. Membuktikan baik perangkat software seperti BlackBerry Messenger atau BlackBerry Enterprise Service 12 (BES12) serta perangkat hardware macam BlackBerry Passport mampu membuat perusahaan tumbuh dan menghasilkan profit.

”BlackBerry sedang bertahan hidup,” kata analis Morningstar Brian Colello. “Mereka butuh satu model yang laris dan mendorong pertumbuhan bisnis hardware mereka,” imbuh Colello yang menyebut market share BlackBerry di pasar smartphone global saat ini kurang dari 1 persen.

April 2014 silam, John Chen mengatakan bahwa unit bisnis BlackBerry akan untung jika mereka mampu menjual 10 juta unit setahun. Bandingkan dengan iPhone 6 yang menjual 10 juta unit di minggu pertama!

Optimistis

Tapi, John Chen sendiri merasa sangat optimistis. Ia memuji karyawan yang tetap bertahan bersama BlackBerry di masa-masa susah. “Kita sekarang berada di jalur yang benar,” katanya percaya diri.

Sejak diambil alih Chen, saham BlackBerry sudah tumbuh 68%. Market value perusahaan diperkirakan sekitar USD5.8 miliar. Di masa jayanya, saham BlackBerry pernah menembus USD83 miliar.

2014, saham BlackBerry memang terus meningkat. Perusahaan melakukan penghematan besar-besaran dan sejumlah langkah strategis.

Misalnya memposisikan BBM sebagai unit bisnis terpisah untuk bersaing dengan WhatsApp, Line, hingga KakaoTalk. Sistem operasi BB10 terus dikembangkan sambil tetap memproduksi model terjangkau dengan OS 7. Dan tentu saja kehadiran handset baru seperti Passport. “BlackBerry berupaya meyakinkan CEO dan CIO perusahaan untuk memberi mereka kesempatan sekali lagi,” kata Mark Sue, analis RBC Capital Markets.

Sayangnya, dengan banderol Rp9,6 juta dan spesifikasi yang dimiliknya, BlackBerry Passport jelas overprice alias kemahalan dan sama sekali tidak kompetitif.

Spesifikasi BlackBerry Passport

  • Prosesor quad-core Snapdragon 800‎, RAM 3 GB, kapasitas media internal 32 GB, kamera utama 13 megapixel dan 2 MP kamera depan, dan dukungan kartu micro-SD hingga 64 GB.
  • QWERTY keyboard (3 baris)
  • Baterai 3.450 mAh diklaim bertahan 30 jam.
  • Layar 4.5-inci, beresolusi 1,440 x 1,440 piksel, aspek rasio 1:1, kerapatan 452 ppi

 

Fitur

  • Setiap hari ada satu aplikasi Android yang digratiskan. Amazon Appstore terintegrasi di BB10 sehingga pengguna dapat mengakses ratusan aplikasi Android.
  • Aplikasi Device Switch memudahkan porting data dari Android atau iOS ke BlackBerry Passport atau BB10 lainnya.
  • Layar lebar mempermudah pekerjaan, misalnya melihat tampilan file Excel.
  • Resolusi tinggi cukup baik untuk menganalisa gambar X-Ray
  • BlackBerry Assistant membantu pengemudi saat berkendara.
  • BlackBerry Blend memungkinkan akses OS BlackBerry di PC, misalnya mengirim SMS, BBM, mengakses kontak dan kalender, serta memindah file.

Ketersediaan

  • Harga sementara USD599 (Rp7,2 juta). Harga asli Rp9,6 juta