Salah satu layanan video call di situs UDoctor.com milik PT Telkom dimana pasien dapat berkonsultasi langsung dengan dokter jaga. Layanan digital health care atau tele-health diprediksi akan terus tumbuh.
Salah satu layanan video call di situs UDoctor.com milik PT Telkom dimana pasien dapat berkonsultasi langsung dengan dokter jaga. Layanan digital health care atau tele-health diprediksi akan terus tumbuh.

Penetrasi internet di Indonesia yang tinggi mulai membawa perubahaan besar terhadap sektor ini: kesehatan. UDoctor adalah adalah salah satu layanan yang sedang memvalidasi pasar digital health care yang diperkirakan akan terus meningkat.

UDoctor dibentuk karena masyarakat dinilai memerlukan layanan kesehatan yang mudah diakses, transparan, dan rasional dari sisi harga. Selain itu, menurut EGM Divisi Solution Convergence PT Telkom Achmad Sugiarto, ini menjadi bentuk kontribusi Telkom dalam mendukung program pemerintah “Menuju Indonesia Sehat”.
”Masyarakat diajak untuk lebih aktif dalam mengelola kesehatan yang sifatnya preventif, promotif, konsultatif, dan monitoring,” ujarnya.

Layanan yang dimiliki UDoctor sendiri menurut Anto—sapaan akrab Achmad Sugiarto—sangat bervariasi. Ada layanan Cek Gejala Penyakit, Personal Healthcare, Dokter Jaga, Dokter Praktek, Sharing Pengalaman, Informasi Kesehatan, Tips & Gaya Hidup Sehat, Medical Record, hingga fitur sosial yang berupa komunikasi interaktif antar member. Yang sedang disiapkan adalah layanan Dokter Pribadi (model kapitasi), Online Store, dan Health Directory.

Model komunikasi antara dokter dan pasien dilakukan secara privat atau 1 on 1. Setiap sesi konsultasi dibuat room berbeda sehingga pengguna lain tidak dapat join ke room tersebut. Metode konsultasi pun dibuat multi-channel. Pengguna bisa memilih berkomunikasi lewat live chatting, konsultasi suara, atau hingga video.

Karena masih dalam taraf validasi market, maka saat ini salah satu unit dari proyek eHealth Telkom tersebut baru menyediakan tiga dokter jaga yang bertugas selama hari kerja dan jam kerja. Tapi, kedepannya pihak Telkom berupaya untuk menyiapkan tim dokter jaga 24 jam.

Klinik virtual adalah layanan yang sangat menarik. Disini dokter dapat membuka praktek secara online. Sehingga pasien dapat langsung melakukan reservasi secara langsung di klinik fisik mereka. Seorang dokter cukup melakukan registrasi di UDoctor dan melampirkan Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktek (SIP).

Pasar digital health care sendiri saat ini sudah semakin menggeliat. Sudah ada sejumlah layanan seperti MeetDoctor.com, TanyaDok.com hingga HaloDokter.com yang sudah mulai populer. Karena itu, GM EBI-5 EHealt, Divisi Solution Convergence PT Telkom Tri Priyo Anggoro mengatakan, selain terus melakukan perbaikan pada konten dan platform, mereka juga terus bersinergi dengan berbagai mitra strategis. Saat ini, UDoctor bermitra dengan Yayasan Kesehatan Telkom, PT Administrasi Medika (Admedika), hingga Kalbe Farma.

Tapi, bagaimana sebenarnya model bisnis dari UDoctor itu sendiri? Menurut Tri, ada dua skema bisnis yang dijalankan oleh UDoctor. Yakni skema bisnis Sofware as a Service (SaaS) dan premium service.

Skema SaaS menyasar Business to Business (B2B) ataupun Business to Government (B2G), dimana pihak Telkom menjual platform untuk digunakan oleh korporasi atau pemerintah. Adapun untuk premium service ditujukan untuk konsumen ataupun dokter yang menggunakan layanan UDoctor. ”Tapi selama masa validasi pasar, semua layanan UDoctor masih gratis,” tutur Tri lagi.

Sejak mulai beroperasi pada Juni 2014 silam, jumlah pageview UDoctor sudah mencapai 60.000, 11.000 unique visitors, dan 16.000 anggota terdaftar.

Diakui oleh Tri, tantangan terberat UDoctor saat ini ada dua. Pertama, regulasi dari layanan kesehatan online
ternyata belum ada. Ini berhubungan dengan tantangan kedua, dimana para dokter menjadi kurang antusias untuk berpartisipasi di layanan kesehatan online. “Padahal, animo dari masyarkat sendiri sebenarnya cukup besar,” katanya.

Anto sendiri berharap dengan adanya layanan seperti UDoctor ini konsumen semakin tergerak untuk memenej dan mengelola kesehatannya secara mandiri. ”Mereka (konsumen) butuh informasi kesehatan yang terpercaya,” katanya. Ia juga percaya bahwa pasar digital health care atau tele-health ini kedepannya akan terus tumbuh di Indonesia.