Sudah dua kali Vice President Xiaomi Global Hugo Barra datang ke Indonesia. Mantan pejabat top Google itu kini mengemban tugas khusus untuk melebarkan pasar Xiaomi di seluruh dunia. Indonesia, adalah salah satunya.
Sukses Xiaomi di China memang banyak jadi perbincangan. Betapa tidak, dalam waktu singkat mereka dapat menyalip merek China lainnya yang sudah terlebih dulu mendunia. Media heboh memberitakan bagaimana ponsel Xiaomi yang katanya “berfitur tinggi namun sangat terjangkau” itu terjual ribuan unit dalam hitungan detik. Keuntungan Xiaomi hampir berlipat ganda per tahunnya.
Dibalik sukses itu ternyata Xiaomi punya strategi jitu. Strategi yang sudah dan akan mereka pakai untuk mengguritakan cengkraman di luar China. Hugo Barra mengatakan bahwa merek Xiaomi akan diukir melalui sosial media dan e-commerce. Dua media itulah yang akan menjadi inti dari penjualan dan marketing Xiaomi. ”Kami hidup dari sosial media. Sesuai dengan Xiaomi sendiri yang merupakan perusahaan internet,” katanya.
Nilai jual utama Xiaomi memang berasal dari harga yang agresif. Dengan fitur yang kurang lebih sama, ponsel keluaran Xiaomi bisa mengusung banderol 50% lebih murah dibanding pemimpin pasar seperti Samsung ataupun Apple. Di China, Xiaomi tidak pernah menjual produk di gerai ponsel biasa. Semua penjualan mereka dilakukan secara online, melalui situs resmi mereka sendiri ataupun situs e-commerce lain seperti Tmall.com.
Ini yang terlihat saat mereka masuk ke Filipina maupun Indonesia, dimana Xiaomi mulanya ber-partner dengan toko online Lazada untuk menjual model perdana di Indonesia, Xiaomi Redmi 1S, juga bermitra dengan Erajaya dan Trikomsel untuk menyediakan jaringan servis.
Xiaomi Redmi 1S hanya dibanderol Rp1,5 juta. Padahal modelnya menarik. Spesifikasinya pun lumayan tinggi dan bisa bersaing dengan Motorola Moto G, Sony Xperia M2, Asus Zenfone 5. Tapi, harga RedMi 1S paling terjangkau.
Strategi ini membuat Xiaomi sangat efektif. Menurut Bloomberg Businessweek, hanya 1% dari total pendapatan mereka dipakai untuk biaya marketing. Bandingkan dengan Samsung yang bisa lebih dari 5%.
”Kami punya pemikiran untuk tidak memakai marketing karena Anda harus membebankan biaya tersebut ke produk,” ungkap Barra. ”Jika Anda membeli produk Xiaomi setelah melihat iklan di televisi atau media lainnya, berarti Anda telah membayar iklan tersebut. Bahkan Anda juga telah membayar iklan-iklan lain yang dilihat orang tapi mereka tidak membeli produknya. Sebab harus ada orang yang membayarnya,” ia menambahkan.
Memang media iklan maupun endorser selebriti sangat efektif untuk menarik perhatian. Tapi, Barra percaya bahwa produk yang berkualitas otomatis akan menghasilkan promosi jujur dari pengguna yang puas. ”Kami sangat percaya dengan keseluruhan kualitas produk Xiaomi. Mulai dari software, hardware, performa, material, hingga finishing-nya,” katanya.
Tapi, benarkah produk Xiaomi seperti apa yang diungkapkan Barra? Faktanya, langkah mereka untuk mendunia dihantam kritik. Banyak produk Xiaomi yang disebut menjiplak produk Apple. Mulai dari Mi Pad yang disebut mirip iPad, hingga detil seperti logo aplikasi Aperture milik Apple. Bahkan, ada yang menjuluki mereka ”supercloner”.
Menariknya, gaya pendiri Xiaomi, Lei Jun, sendiri memang identik dengan Steve Jobs. Terutama kebiasannya memakai celana jins dan kaos hitam saat mengenalkan produk baru. Bahkan, Jun sudah mendapat julukan sebagai Steve Jobs-nya Asia. Terkait hal ini, Barra menyangkal bahwa Xiaomi memang banyak terinspirasi Apple. Tapi, bukan berarti mereka meniru lekat-lekat produk perusahaan asal Cupertino itu.
Sepak Terjang Xiaomi
– Sistem operasi Xiaomi, MIUI, telah digunakan oleh lebih dari 70 juta pengguna hanya dalam 4 tahun.
– Segmentasi Produk Xiaomi :
Mi
Spesifikasi tinggi, mengedepankan performa.
RedMi
Model lebih terjangkau.
– Xiaomi Redmi 1S, model perdana di Indonesia.
Harga Rp1,5 juta.
Layar HD 4,7 inci, prosesor Snapdragon 400 1,6 GHz, RAM 1 GB, memori internal 8 GB, baterai 2000 mAh, Android Jelly Bean.
– Xiaomi memiliki fans loyal di seluruh dunia.
– Xiaomi acap merilis produk terbatas. Mi 3, misalnya, hanya dibatasi 100.000 unit. Ponsel itu ludes dalam dua menit. Tujuh hari kemudian, Xiaomi baru melepas lagi 100.000 unit dan kembali ludes.
– Menurut Canalys, Xiaomi mengakomodir 14% pasar China pada kuartal 2 2014, menjual 15 juta unit smartphone.
– 97% smartphone Xiaomi dijual di China. Mereka berada di posisi 5, dibelakang
Samsung, Apple, Huawei dan Lenovo.
– Setelah menaklukkan China, Xiaomi mengincar pasar internasional, masuk ke Indonesia, Meksiko, Rusia, Thailand dan Turki pada 2014.
Rahasia Sukses Xiaomi
Xiaomi mengklaim bahwa mereka bisa menjual ponsel dengan spesifikasi tinggi dan harga terjangkau karena tidak memiliki pengeluaran untuk beriklan di media tradisional serta tidak memiliki toko fisik. Ponsel mereka langsung dijual ke konsumen melalui e-commerce. Berikut jabarannya:
Untung dari Software
Selain berjualan hardware, keuntungan terbesar Xiaomi di China juga berasal dari software. Firmware MIUI yang berasal dari modifikasi Android menghasilkan pendapatan USD4,9 juta perbulan lewat aplikasi, game, serta theme. Xiaomi menggunakan pendekatan Amazon, dimana berjualan hardware menjadi alat bagi mereka untuk mendapat untung dari software.
Nol untuk Iklan
Xiaomi benar-benar menghabiskan biaya nol untuk beriklan. Untuk itu, ada dua strategi yang mereka tempuh:
– Membangun basis fans. Xiaomi mulai terkenal lewat forum. Saat ini forum Xiaomi memiliki 28 juta anggota aktif dan 204 juta postingan.
– Memupuk Loyalis. Hampir setiap pekan Xiaomi merilis MIUI baru yang bisa dikustomisasi. Para “Me Fan”—sebutan fans XIaomi—juga ikut terlibat dalam pengembangan produk, tes, riset, marketing, bahkan public relation. Di Indonesia, laman Facebook Xiaomi yang baru saja dibuat sudah memiliki 25 ribu like.