US-SKOREA-IT-TELECOMWalau sudah tiga pekan mengantongi LG G3, tapi rasanya masih banyak sekali fitur model flagship dari PT LG Electronics Indonesia (LGEIN) ini yang belum dieksplorasi. Karena memang fitur barunya banyak sekali.

Hal pertama yang saya suka adalah fitur Knock Code. Terus terang saya paling malas menggunakan password di ponsel karena harus melakukan dua kali langkah untuk masuk ke menu. Pertama menyalakan ponsel, kedua mengisi password.

Dengan Knock Code, dua langkah itu disingkat jadi satu. Karena saya memasukkan “password” berupa ketukan di layar ponsel yang mati. Saya suka sekali fitur security yang diklaim sangat aman ini.

Masuk ke menu, saya langsung jatuh cinta dengan Flat Style Graphics di LG G3. Terus terang, tampilan antar muka LG adalah yang paling terakhir saya suka dari Sony, HTC, dan Samsung. Tapi, tampilan visual ikon, menu, huruf yang kini lebih tajam, ringan, dan kalem ini bikin jatuh cinta. Sangat detil dan enak sekali dilihat.

US-SKOREA-IT-TELECOMTentu saja, soal enak dilihat, layar 5.5 inci LG G3 jelas tidak ada bandingannya. Layar Quad HD ini memiliki kerapatan 2560×1440 piksel atau empat kali lebih baik dari standar HD (1280×720) dan 1,8 x lebih baik dari full HD (1920×1080). Ini sangat penting bagi saya yang hobi menonton video di ponsel.

Ya, terasa sekali beda ketajaman, kecerahan, serta kualitas warna ketika digunakan untuk menonton film animasi Walking With Dinosaurs 3D. Dari sini saya semakin yakin bahwa jika menyoal resolusi, memang tidak pernah ada kata cukup. Semakin tajam semakin baik, dan bedanya bisa dirasakan oleh mata.

Dan jangan takut soal daya tahan baterainya. Walau Quad HD, LG tahu benar bagaimana membuat ponsel yang irit daya seperti produk mereka lainnya. Daya tahan LG G3 termasuk irit jika dibandingkan dengan kompetitor.

Tapi soal layar, LG G3 jelas tidak irit. Saya sampai tidak yakin bahwa ponsel ini memang mengusung layar 5.5 inci. Kenapa? Sebab masih sangat nyaman digenggam dengan satu tangan. Ternyata ini karena bezelnya yang sangat tipis. Membuat screen ratio menjadi 76.4%. Belum lagi beratnya yang tergolong ringan dan form factor berbentuk busur yang membuatnya sangat nyaman digenggam.

Oke, memang ada satu hal yang menurut saya sedikit minus. Hal itu justru dari fitur yang sangat dibanggakan LG G3: kamera yang dibekali teknologi laser. Setelah mencobanya, memang kamera bersensor 13 MP dilengkapi teknologi yang disebut Laser Auto Focus dan OIS + ( Optical Image Stabilizer Plus) ini memiliki fokus otomatis yang jauh lebih cepat dibanding ponsel Android lainnya.

Tinggal sentuh-sentuh bagian permukaan layar yang ingin difokuskan dan klik! Kamera akan mengambil gambar seketika. Fitur ini sangat penting bagi mereka yang hobi memotret lewat ponsel secara serius untuk mengunggahnya di jejaring sosial seperti Instagram atau Flickr. Dengan fokus yang luar biasa cepat ini kita tidak lagi akan kehilangan momen. Seandainya terlintas momen menarik, dengan gegas pengguna mengambil ponsel di saku celana dan jepret!

Lalu minusnya dimana? Mungkin karena ekspektasi saya terlalu tinggi terhadap fitur ini. Setelah dibandingkan dengan fitur kamera di iPhone 5 yang sangat cepat itu, hasilnya kurang lebih seimbang. Kedua ponsel dapat melakukan fokus dan jepret seketika, setelah tangan menyentuh layar.

Dan fitur lain yang saya suka tentu saja Quick Selfie. Cukup membuka telapak tangan dan membukanya untuk memulai hitungan mundur. Tidak perlu lagi jari repot menjangkau tombol Shutter.

Dengan harga Rp7 jutaan, LG G3 adalah pilihan yang sangat menjanjikan. Pertama, harga itu jauh lebih murah dibanding kompetitor sekelasnya. Kedua, desainnya sangat mewah dan elegan. Ketiga, hardware-nya sangat unggul. Baik dari prosesor, kamera, hingga layar (yang lebih baik dari kompetitornya). Keempat, user interface di sistem operasi LG G3 lebih fresh.

Saya pikir LG G3 adalah smartphone yang underrated. Smartphone ini sangat mumpuni, tapi banyak orang yang belum menyadarinya.