OK1
Harapan baru untuk memperbaiki kerusakan alam di dusun Kamojang ternyata datang melalui aplikasi di ponsel pintar. Inilah contoh sempurna pemanfaatan teknologi bagi masyarakat pedesaan.

Menggiatkan pariwisata di kawasan Cagar Alam Kamojang adalah satu hal. Tapi, masyarakat dusun Kamojang, desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, punya hal yang jauh lebih penting untuk dipecahkan.Yakni, menghijaukan kembali alam Kamojang yang telah rusak. Dalam 30 tahun terakhir ini mereka telah kehilangan banyak sumber mata air dan 8 jenis dari total 16 jenis tanaman endemik di Kamojang!

Rusaknya kawasan hutan, baik yang berstatus hutan lindung atau cagar alam di sekitar kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Kamojang yang memiliki potensi energi panas bumi hingga 300 megawatt itu sudah terjadi sejak puluhan tahun silam.

Penyebabnya beragam. Mulai pengambilan kayu, penggarapan lahan secara ilegal untuk ditanami sayur-sayuran, hingga pengambilan tambang dan mineral.

Pada 2010, Perum Perhutani dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jabar menyatakan bahwa hutan di wilayah Kawasan Kamojang yang luasnya lebih dari 250 hektar itu berada dalam kondisi kritis.

Dampak Langsung
Konsekuensi rusaknya hutan, punahnya tanaman endemik, serta berkurangnya sumber mata air sudah dirasakan langsung oleh penduduk dusun Kamojang yang terdiri dari 1.500-an orang dan 450 kepala keluarga itu.
”Karena itu, kami merasa harus mengambil tindakan,” ujar penggiat lingkungan sekaligus tokoh masyarakat dusun Kamojang Memet Moch Rachmat.

Langkah-langkah rehabilitasi atau penanaman hutan kembali langsung dilakukan. Melalui upaya swadaya, warga desa telah menanam 7.000 bibit pohon. Tapi, ternyata angka itu jauh dari cukup.

Masyarakat Kamojang butuh sebuah sistem terpadu agar perbaikan hutan dapat berjalan secara kontinyu. Mengapa? ”Karena harus ada orang yang merawat pohon-pohon itu,” ujar Memet. ”Dari 1.000 bibit pohon hasil bantuan dari sebuah perusahaan, 95 persennya ternyata mati karena tidak dirawat. Setelah menanam, perusahaan merasa lepas tanggung jawab. Padahal, pohon baru bisa disapih setelah 3 tahun,” tambahnya.

Karena itu, tercetuslah konsep Wali Pohon yang menjanjikan. Dengan menjadi Wali Pohon, seseorang bisa mengadopsi pohon untuk ditanam di kawasan Kamojang. Biayanya hanya Rp56 ribu per pohon, digunakan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Misalnya mengolah tanah, menanam, memupuk, serta pemeliharaan. Dengan Wali Pohon, bibit pohon yang tumbuh bisa mencapai 95%!

Manfaatkan Teknologi
Ok 2Tapi, bagaimana agar program Wali Pohon ini bisa dikenal oleh masyarakat luas? Tidak hanya masyarakat di sekitar Kamojang, tapi juga di Jawa Barat, seluruh Indonesia, bahkan dunia. Mungkinkah hal tersebut dilakukan?

Ternyata sangat mungkin. Solusi itu datang dari aplikasi hasil kerjasama antara PT Indismart dari ITB dengan PT XL Axiata. Namanya, XL Xmart Village Mobile. Inilah aplikasi yang mewakili sistem terpadu dan kontinyu itu.

XL Xmart Village Mobile memungkinkan siapa saja menjadi Wali Pohon di Kamojang dengan berdonasi langsung dari smartphone mereka. ”Setelah berdonasi, mereka bisa memantau langsung perkembangan pohon mereka yang akan di dokumentasikan berkala,” tutur Firhat Hidayat dari PT Indismart.

Aplikasi XL Xmart Village Mobile itu juga tidak hanya bisa digunakan oleh para Wali Pohon. Melainkan juga operator (disebut Agen) yang bertugas mengecek stok bibit, memenej proses transaksi, dan meneruskan ke petani. Sedangkan petani akan mengunggah kondisi setiap tanaman yang ia rawat kepada donaturnya.

Aplikasi XL Xmart Village Mobile memang baru belum genap sebulan diluncurkan. Tapi, warga dusun seperti Dede Sutisna menggantungkan harapan besar terhadap aplikasi yang akan digunakan untuk memulihkan kembali tanaman endemik di kawasan Kamojang tersebut.

Dede yang juga ketua Kelompok Usaha Mandiri (KUM) berharap bisa kembali menemui tanaman endemik di Kamojang. Misalnya Saninten (Castanopsis argentea), Jamuju (Dacrycarpus Imbricatus), Salam (Syzygium Polyanthum), Melur (Brucea javanica), Talingkup (Claoxylum indicum), hingga Rasamala (Altingia Excelsa Noronha).

”Tanaman endemik sangat efektif untuk mengembalikan kelestarian sumber mata air. Saya harap mata air yang sudah ada sejak 30 tahun lalu itu bisa berfungsi kembali,” ujarnya.

Untungnya, membuat Kamojang lebih baik sudah menjadi kesadaran individu maupun kolektif masyarakat dusun Kamojang. ”Warga sudah semakin menyadari dan paham bahwa mereka harus lebih peduli terhadap alam yang memberi mereka kehidupan. Dan membuat perubahan bisa dimulai dari hal-hal yang kecil, seperti program Wali Pohon ini,” papar Dede lagi.

Konsep Desa Pintar
XL Xmart Village Mobile merupakan bagian dari program Xsmart Village milik PT XL Axiata. Program tersebut sejak awal tahun ini sudah diujicobakan pada dua desa sekaligus. Yakni dusun Kamojang, Desa Laksana, Kecamatan Ibun dan Desa Karya Mekar, Kecamatan Darajat.

Technical Networks Consultant Cloud & M2M PT XL Axiata Tjetjep Witjahjono mengatakan, dampak pemanfaatan teknologi terhadap kehidupan masyarakat desa ternyata bisa di dirasakan secara langsung. Tjetjep mencontohkan fitur SMS Blast berisi promosi wisata yang dilakukan kepada mereka yang berada di sekitar kawasan Kamojang.

”Setelah ada SMS Blast pengunjung ke Kawah meningkat. Dari 38 orang menjadi 360 pengunjung per hari. Dampaknya nyata dan bisa terasa dalam hitungan menit,” paparnya.

Cagar Alam Kawah Kamojang yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu itu memang sangat butuh promosi. Dalam sebulan, kawah yang pada 1940-an pernah dikunjungi oleh komedian Charlie Chaplin tersebut hanya dikunjungi 5.000an orang. Bandingkan dengan Family Leisure Park Dusun Bambu yang walaupun baru beberapa bulan sudah dikunjungi 10.000 orang selama akhir pekan.

XL Xmart Village Mobile dan SMS Blast adalah fitur yang dirancang khusus untuk dusun Kamojang. Masih banyak lagi program lain yang bisa dimanfaatkan. Misalnya Mobile Advertising, Mobile Farmers, Musikkamu, Mobile Banking, AMR, Mobile Surveillance, hingga Integrated Website. XL berharap proyek percontohan itu nantinya dapat mendukung perkembangan lebih dari 43 ribu desa, dan membantu lebih dari 57 juta penduduk.

”Harapan kami, aplikasi Xsmartvillage Mobile dapat membuat hutan kami bisa hijau kembali,” Dede Sutisna, Ketua Kelompok Usaha Mandiri (KUM).


Hasil Xsmart Village XL

Ok 3
– Pengetahuan dan penanaman pohon endemik: sebelum 15, sesudah 171.000 orang
– Tambahan lahan baru pohon endemik: sebelum 0,5 ha, sesudah 2.0 ha
– Jumlah korporasi mengadopsi pohon endemik: sebelum 1, sesudah 7
– Pengetahuan tentang potensi wisata baru: sebelum 25, sesudah 171.000 orang
– Jumlah pengunjung perhari : sebelum 38, sesudah 360 orang
– Pemahaman guru dan pelajar tentang Google : Sebelum 0, sesudah 195 orang
– Internet Literacy : sebelum 1, sesudah 10
– Computer literacy : sebelum 3, sesudah 10
– Mobile Web Commerce: sebelum 0, sesudah 10