Proyek ambisius Google, Project Ara, dipastikan bakal rilis pada Januari 2015 mendatang. Inilah smartphone yang (benar-benar) diprediksi akan disrupt atau ”mengganggu” dominasi Samsung dan Apple.
Percaya atau tidak, Project Ara akan ditawarkan dengan harga mulai USD50 atau Rp600 ribuan. Bagaimana mungkin ponsel dengan harga Rp600 ribu akan mengoyak kedigdayaan Samsung dan Apple? Jawabannya, karena Project Ara bukan ponsel biasa.
Inilah ponsel pertama yang dapat dibongkar pasang (modular). Dengan banderol Rp600 ribu itu pengguna hanya mendapatkan perangkat dasar yang terdiri dari frame (rangka), prosesor, dan koneksi Wi-fi.
Selanjutnya, menurut Kepala pengembangan Project Ara Paul Eremenko, pengguna tinggal melakukan kustomisasi sesuai seleranya. Ada banyak sekali pilihan modul yang bisa dibeli. Prosesor yang lebih baik, layar lebih besar, belum lagi ragam warna dan aksesoris. ”Kami sebut Grey Phone karena warnanya abu-abu sebelum dikustomisasi oleh pengguna,” katanya.
Kustomisasi Project Ara ini dinilai akan menjadi solusi terhadap bagaimana smartphone masa depan dipasarkan. Bayangkan seperti Anda membeli PC rakitan. Anda bisa memilih sendiri seberapa besar ukuran monitor, keluaran LG atau Samsung. Begitupun prosesornya, bisa dipilih seberapa cepat, menggunakan AMD atau Intel. Hal itulah yang jadi inti utama Project Ara.
Kamera, speaker, GPS, dan fitur-fitur utama pada smartphone bisa digonta-ganti, dipadu dengan berbagai modul yang lain. Pengguna bisa memilih ponsel yang sangat murah, atau bahkan sangat mahal. Ada yang memilih kamera yang canggih tapi layar standar agar ringkas untuk memotret, ada pula yang suka prosesor cepat dan layar besar untuk bermain game.
Saat ini, tim Ara sedang dalam tahap untuk mengajak para developer—baik hardware maupun software—untuk ikut berkontribusi pada proyek ini. Sebagai gambaran, Eremenko mengatakan bahwa frame atau rangka dari Project Ara dapat bertahan antara 5-6 tahun.
Team manager David Fishman bahkan menilai apa yang dilakukan oleh Project Ara adalah scratching the surface. “Kemungkinannya tidak terbatas. Ini adalah teknologi terbaik di smartphone,” katanya. “Kami ingin agar ekosistemnya benar-benar siap. Supaya developer hardware bisa langsung membuat produk begitu Project Ara siap,” ia menambahkan.
Project Ara adalah buntut dari pembelian Google terhadap Motorola beserta paten-patennya. Saat ini Motorola dijual ke Lenovo, namun hak-hak paten masih dimiliki Google. Google memilih untuk berfokus pada Project Ara.
JIka proyek ini selesai, maka Project Ara akan merevolusi bagaimana sebuah smartphone akan dibuat dan dijual. Dimana pengguna tidak perlu mengganti ponsel mereka setiap setahun sekali begitu ada model baru, tapi cukup mengganti salah satu modulnya saja agar tetap update. Begitupun jika ada sebuah modul yang rusak, tidak perlu mengganti keseluruhan smartphone, tapi hanya bagian yang rusak saja.
Nyong pengin tku………..
SukaSuka