Smartphone premium kini tidak lagi jadi favorit. Tahun ini persaingan paling sengit justru ada di kelas smartphone mid-end. Mengapa? Dan siapa pula pemainnya?
Alarm itu sudah berbunyi sejak pertengahan 2013. Di pasar yang “mature” seperti Eropa dan Amerika, pasar smartphone high end sudah jenuh. Sudah terlalu banyak iPhone dan Galaxy. Karena itu, para vendor perlu segmen yang menjadi mesin pertumbuhan baru.
Darimana? Jika melihat kedepan, potensi besar ada pada pasar wearable device seperti Google Glass atau gelang penunjang fitness yang industrinya diprediksi mencapai USD10 miliar pada 2016. Internet of Things (IoT) yang menghubungkan berbagai perlengkapan rumah tangga seperti kulkas dan mesin cuci serta mobil ke internet juga sangat potensial.
Tapi, dua pasar itu masih perlu waktu. Padahal para vendor butuh segmen bernas sekarang juga. Maka kuncinya adalah ini: smartphone mid-end dan low-end. Walau marginnya lebih kecil, tapi pertumbuhan pasarnya dinilai masih sangat menjanjikan.
Terutama di negara seperti Indonesia yang pengguna smartphone-nya masih kecil. Disaat para pengguna berbondong-bondong beralih dari feature phone ke smartphone, dua segmen tadilah yang paling banyak bertumbuh. Ada yang coba-coba ke smartphone low end, tapi ada juga yang langsung naik kelas ke mid-end.
Bulan ini sejumlah vendor memberikan berbagai pilihan. Ada Acer, Asus, hingga Lenovo. Ketiganya merilis model smartphone baru dengan harga terjangkau, fitur menarik, juga spesifikasi yang cukup mumpuni.
Acer Seriusi Bisnis Non-PC
Acer sudah tergeser Asus yang juga asal Taiwan sebagai vendor laptop terlaris di Indonesia. Itulah mengapa vendor PC tersebut mulai melirik pasar smartphone di Indonesia yang dinilai pertumbuhannya sangat cepat. ”Setiap tahunnya rata-rata tumbuh 44%,” ujar Deputy President Director PT Acer Indonesia Herbet Ang.
Rabu (16/4) silam Acer merilis dua model sekaligus, Liquid E3 dan Z4, dalam peluncuran yang dihadiri langsung oleh Corporate President and CEO Acer Inc Jason Chen. Pada kesempatan itu, Chen menuturkan sejumlah strategi perusahaan yang mulai serius mengembangkan bisnis di luar PC.
Pertama, dengan melengkapi line-up produk. Mulai segmen premium hingga feature phone. Saat ini Acer mengklaim sudah memiliki seri produk dari ukuran layar 3 inci hingga 30 inci di line up ponsel, tablet, notebook, juga PC.
Kedua, memperkuat jaringan seluruh dunia. Untuk urusan ini, Acer berencana membangun 10 kantor cabang di seluruh Indonesia. Juga menyediakan jaringan service center yang semakin banyak (saat ini sudah ada 58 lokasi di seluruh Indonesia).
Terakhir adalah marketing campaign yang terintegrasi. Indonesia, menurut Chen menyumbang revenue sangat besar, dan menjadi top 20 negara dengan penjualan produk tertinggi. Karenanya tahun ini Acer tidak main-main, menyiapkan dana investasi 3-4 kali lebih besar ketimbang sebelumnya.
Tahun ini Acer juga menargetkan penjualan smartphone sebesar 800 ribu unit lewat duo Acer Liquid E3 dan Z4. Keduanya dinilai sangat cocok dengan porsi pasar terbesar di Indonesia, yakni kelas menengah. Liquid E3 sebagai produk flagship dibanderol Rp3,9 juta, sedangkan Liquid Z4 dilepas ke pasar hanya Rp990 ribu.
Saat ini, perusahaan telah meluncurkan 6 model smartphone dari target total sebanyak 16 model hingga akhir 2014. “Setiap kuartal akan ada produk yang terus diluncurkan,” jelas Ang.
Vibe Z, Penguat Segmen Premium
Setelah sebelumnya merilis produk Vibe X untuk menguatkan imej di pasar premium, Lenovo mengenalkan seri Vibe yang diklaim sebagai Endurance Series dengan ketahanan baterai 3000 mAh. Dialah Vibe Z atau K910.
Keluarga Vibe merupakan bentukkan baru dari seri P dan K dari Lenovo untuk menyasar kelas menengah premium. Mobile Internet Digital Home Director Lenovo Indonesia Agus Sugiharto mengatakan, seri Vibe difungsikan untuk mendongkrak imej Lenovo di Indonesia.
Mereka menargetkan pertumbuhan market share ke angka 15% pada 2014, setelah tahun lalu menembus 10% dan hanya 3,5% pada 2012. ”Jadi, total pertumbuhan kami sejak 2012 adalah 200%. Sementara selama 2013 mencapai 150%,” tutur Agus.
Ada dua fokus utama Lenovo tahun ini. Pertama mendorong laju penjualan line up Vibe untuk menguatkan kualitas produk premium. Dan kedua adalah tetap memberi pilihan lebih banyak pada segmen low-end dengan menghadirkan rangkaian seri A.
Ia menilai pasar tanah air cepat sekali laju perubahannya, sehingga diperlukan riset dan pengembangan teliti agar tepat dan sesuai keinginan pasar. “Sebelumnya memang produk Lenovo belum mengikuti dinamika pasar, tapi tahun ini akan lebih fokus kesana,” tambahnya.
Seperti diketahui, Lenovo memiliki tiga segmentasi untuk konsumen Indonesia. Pertama, seri A untuk low end dengan banderol harga dibawah Rp1 juta. Kelompok ini memberi sumbangan 60% penjualan dan lebih banyak dipasarkan di daerah.
Kedua adalah seri S yang memiliki range harga Rp1 juta hingga Rp3 jutaan yang menyasar golongan menengah. Lline up ini menyumbang prosenase 35% penjualan.
Terakhir adalah keluarga Vibe yang dilepas di pasaran mulai Rp3,5 juta ke atas untuk kelas premium dan mengambil porsi 5% dalam piramida segmentasi. Meski kecil, tapi Lenovo terus akan merilis beberapa rangkaian Vibe sepanjang 2014.
Sedangkan untuk phablet, Agus menyebut “tidak ingin membuang energi” untuk bermain disana. Lenovo memiliki beberapa, namun ingin lebih mendorong populasi smartphone ketimbang phablet. Ia menyebut perbandingan produk keseluruhan yang beredar di pasaran adalah 80:20 untuk smartphone dan tablet..
Asus Optimistis dengan Zenfone
Terus merosotnya angka penjualan PC membuat beberapa raksasa teknologi melirik peluang smartphone menjadi pendongkrak kembali pendapatan. Seperti Asus yang semakin fokus lewat lini smartphone Zenfone.
Raksasa asal Taiwan ini menggandeng Intel untuk memberi sentuhan berbeda pada tiga produknya, yakni Zenfone 4, Zenfone 5, dan Zenfone 6. Hal tersebut membuat Chairman Asus Jonney Shih percaya diri melempar produk ke pasaran.
Intel membenamkan prosesor Atom Multicore pada ketiganya dengan inti hingga 8 buah. Karena itu, Jonney berani mengklaim prosesor tersebut menggungguli kompetitior yang mengandalkan quad-core Snapdragon 600 dan Exynos 5 Octa 5410 (4+4 core).
“Penilaian banyaknya core mempengaruhi kualitas sebuah smartphone sering salah dipahami user. Yang terpenting justru arsitektur untuk mendesain produk multitasking handal,” tutur Jonney saat peluncuran berlangsung, Rabu (16/4) lalu.
Selain benaman prosesor Intel Atom yang handal, flagship Zenfone diberi GPU mumpuni dan memori 64-bit. “Zenfone berperforma komputasi layaknya notebook dalam genggaman tangan,” imbuh Juliana Cen, Manager of Product Management and Marketing Asus Indonesia.
Mendulang sukses di kedua negara, China dan Taiwan beberapa waktu lalu, Asus menargetkan penjualan sebesar 1,6 juta unit produk. Juliana juga optimistis targetnya tercapai karena Zenfone sudah sesuai dengan keinginan pasar Indonesia.
Sebab, ketiganya dibanderol dengan harga terjangkau. Takni Zenfone 4 seharga Rp1,099 juta, Zenfone 5 Rp2,099 juta, dan Zenfone 6 hanya Rp3,099 juta.
Seperti diketahui, sebelum merambah pasar smartphone, Asus telah lebih dulu sukses merajai pasar notebook di pasar Tanah Air. Mereka menampik rumor melemahnya daya jual perangkat komputer jinjing mempengaruhi penjualan notebook Asus.
Produsen asal Taiwan itu menempati posisi pertama untuk penjualan notebook konsumen di sepanjang 2013 dengan market share sebesar 25,40% berdasarkan data yang dirilis IDC. Sedangkan di Januari 2014 semakin bertambah, yakni 27,3%, berdasarkan data dari GFK yang membuat Asus merangkak naik ke posisi teratas di Indonesia.
smartphone mid low mah sekarang gak usah ditanya, bejibun!
SukaSuka
Betul gan, sampai bingung milihnya hahaha.
SukaSuka