US-IT-INTERNET-GOOGLE-GLASSOperator seluler Telkomsel berencana untuk memasarkan kacamata pintar Google Glass ke Indonesia. Seberapa berguna perangkat tersebut? Apa saja fungsinya? Dan mengapa teknologi tersebut masih dianggap belum sempurna?

Di konferensi Technology, Entertainment dan Design (TED) pada pertengahan 2013, pendiri Google Sergey Brin mengemukakan alasan mengapa Google memutuskan untuk membuat ”project glass”. Yakni proyek ambisius Google untuk mengembangkan komputer dalam form factor sebuah kacamata.

Ternyata Brin yang menciptakan mesin pencari Google bersama Larry Page pada 1998 itu memiliki beberapa alasan.
”Ketika menggunakan smartphone, otomatis tubuh Anda menghadap kebawah,” ujar Brin. “Mata Anda akan terpaku pada layar, sementara tangan Anda juga sibuk bergerak-gerak di permukaan layar. Secara tidak langsung Anda telah mengisolasi diri dari lingkungan sekitar,” ia menambahkan.

Smartphone, menurut Brin, juga menjadi perangkat yang banyak sekali menyita waktunya. “Ada email yang harus dicek, belum lagi sosial media. Terkadang hal-hal yang tidak terlalu penting dan mendesak lah yang paling banyak menyita waktu kita,” katanya.

Tapi, yang lebih penting lagi adalah visinya terhadap sebuah perangkat yang menampilkan informasi langsung kepada penggunanya.

”Visi saya ketika awal membuat Google adalah bagaimana seandainya ada perangkat yang membuat penggunaya tidak perlu melakukan ”query” atau pencarian sama sekali. Namun informasi akan datang dengan sendirinya,” ujar Brin. “Nah form factor yang paling mendekati untuk melakukan hal itu adalah melalui Google Glass,” tambah pria dengan kekayaan hingga USD28,9 miliar ini.

Google Glass, menurut Brin, diharapkan bisa menjawab berbagai pertanyaan seperti
bisakah sebuah perangkat melakukan proses komputasi tanpa harus memakai kedua tangan? Bisakah sebuah perangkat melakukan fungsi komputasi namun pandangan mata penggunanya tetap pada lawan bicaranya? Bisakah sebuah perangkat mengabadikan momen seperti memvideokan kegiatan anak dan istri Anda tanpa perlu mengeluarkan ponsel atau kamera dari kantong?

Belum Sempurna
Operator seluler Telkomsel mengaku sudah mendapatkan lampu hijau dari Google untuk bisa memboyong Google Glass ke pengguna di Indonesia.

Google Glass bekerja dengan perintah suara melalui koneksi data. Disinilah peran Telkomsel, yang berharap akan memberikan paket data khusus bagi Google Glass lewat Nano SIM-nya. Meski demikian, operator dengan lebih dari 130 juta pelanggan itu tidak ingin gegabah.

Vice President Technology & System Telkomsel Ivan C Permana menilai, kacamata pintar yang sempat dipamerkan di Telkomsel Digi Expo 2014 di Skeeno Hall, Gandaria City, Jakarta, 22-23 April 2014 silam itu masih perlu banyak penyempurnaan.

”Ekosistem Google Glass belum terbentuk,” ungkap Ivan. ”Aplikasinya masih sangat terbatas. Sebuah hardware tanpa dukungan aplikasi hebat akan percuma. Tidak akan terasa manfaatnya,” ia menambahkan.

Cara kerja Google Glass yang menggunakan perintah suara (voice command) berbahasa Inggris juga bisa menjadi hambatan bagi pengguna di Indonesia. Untuk melakukan perintah di Google Glass, pengguna terlebih dulu harus berujar “ok glass”, dilanjut perintah seperti “take a picture”, “record a video”, atau “send message to..”. Jika pelafalannya tidak tepat, perintah tidak akan terbaca.

Soal harga, juga jadi persoalan besar. Kacamata canggih itu memiliki harga resmi USD1.500 (Rp17 juta) di Amerika. Namun, jika dihitung setelah biaya impor dan pajak, harga ritelnya di Indonesia bisa menembus Rp20 juta.
”Walau saya yakin pasti banyak orang Indonesia yang tertarik untuk membeli, tapi tetap kami harus pelajari dulu seberapa besar potensinya,” paparnya. Karena itulah, pihaknya tidak yakin Telkomsel akan memboyong Google Glass ke pasar Indonesia tahun ini juga.