Kamera menjadi fitur utama vendor smartphone premium untuk menarik perhatian konsumen, mengingat fitur-fitur lain seperti RAM, prosesor, baterai dan lainnya cenderung tidak berubah drastis.
Nokia sudah punya visi serius terhadap smartphone sebagai perangkat fotografi serius sejak 2012. Tepatnya melalui ponsel Symbian Nokia 808 PureView yang memiliki resolusi maksimal 41 MP (7728 x 5368 piksel). Sensor CMOS 1/1.2 inci yang digunakan Nokia 808 hanya dua tingkat lebih rendah dibanding kamera mirrorless, lebih besar daripada kamera saku digital yang ada di pasaran.
Setahun kemudian, Nokia membawa teknologi 41 MP itu ke sistem operasi Windows Phone yang lebih modern lewat Lumia 1020. Sekali lagi, Lumia 1020 seperti menciptakan standar terhadap bagaimana seharusnya kamera smartphone dirancang.
Dan inovasi itu terus berlanjut. Walau Lumia 1520 tidak memiliki sensor sebesar 41 MP, tapi model tersebut datang dengan fitur yang disebut Nokia Refocus (kini tersedia di semua model Pureview). Nokia Refocus memungkinkan pengguna smartphone ”menentukan fokus setelah memotret”, teknologi yang pertama di populerkan oleh kamera bernama Lytro.
Jadi, setelah gambar dijepret pun Anda bisa memilih fokus di obyek atau di background-nya.
Inovasi kamera Nokia ini mengilhami banyak vendor lain. Sejak 2013 silam terlihat persaingan di teknologi kamera pada smartphone ini kian memanas. Puncaknya adalah tahun ini, ketika beberapa model flagship smartphone premium disegarkan. Terlihat bahwa kamera menjadi fitur yang paling banyak berubah.
Ini terlihat dari Samsung Galaxy S5, serta Sony Xperia Z2 dan LG G Pro 2.
Perubahan teknologi kamera smartphone itu sebenarnya sederhana. Yakni, berusaha untuk membuat teknologi kamera smartphone kualitasnya sebanding bisa menandingi kualitas digital single-lens reflex atau DSLR.
Tentu, membuat perangkat tipis kekuatan layaknya DSLR adalah tantangan terbesar Samsung, Sony, Nokia dan LG, yang berusaha membuat produk mereka berbeda di pasar handset. Hal itu tidak mungkin dilakukan karena smartphone memiliki kelemahan dua hal ini dibanding DSLR: kualitas sensor dan ketiadaan lensa zoom.
Karena itu, dibuatlah siasat. Dipilihlah fitur-fitur yang dianggap penting dan perlu dalam DSLR, dan dimaksimalkan.
Samsung, Sony dan LG telah membuat flagship terbaru mereka dapat merekam video ultra-high definition yang disebut 4k, memotret gambar dengan resolusi besar dengan jeda kurang dari sedetik, serta memotret di pencahayaan rendah atau obyek bergerak dengan jauh lebih baik.
Chris Chute, Direktur IDC, menilai bahwa tren smartphone kamera tahun ini adalah sistem fokus otomatis (autofokus) dengan teknologi phase detection (deteksi fasa).
Deteksi fasa ini umumnya hanya digunakan di kamera DSLR atau mirrorless yang memiliki lensa yang bisa diganti-ganti, karena kerumitan sistemnya. Tapi, deteksi fasa istimewa karena sangat akurat dan cepat, juga bisa diandalkan untuk memotret objek foto agak gelap dan kontrasnya rendah.
Fitur tersebut ada di Galaxy S5, yang mampu memangkas waktu fokus ke subyek hingga 0.3 detik. ”Bahkan ketika obyek bergerak, gambar masih bisa ditangkap dengan tajam,” ujar Seshu Madhavapeddy, Samsung Senior VP untuk produk dan teknologi di AS.
”Dengan fitur ini, konsumen tidak hanya akan menggunakan ponsel untuk sehari-hari, tapi mungkin acara-acara fotografi,” papar Chute. Fitur lain di S5 adalah aplikasi pencitraan high dynamic range (HDR) sebelum menjepret. Sebelumnya, teknik HDR dilakukan saat proses editing sebuah foto.
LG G Pro 2 menggunakan teknologi serupa dengan Nokia Refocus, dimana pengguna dapat memilih bagian mana yang tajam dan kabur setelah menjepret gambar.
Besarnya kualitas piksel bukan berarti kualitas gambar juga semakin baik. Karena hal itu ditentukan pula oleh lensa dan besarnya sensor gambar. Tapi, piksel yang besar artinya gambar bisa dicetak dalam ukuran yang besar pula.
Itulah andalan Sony lewat Xperia Z2 dengan resolusi 20,7 MP. Yang berbeda dengan Z1, Sony menambahkan fitur rekam video 4K. Z2 juga dibenamkan teknologi yang membuat pengguna menjepret gambar bergerak tanpa blur.
Merekam video 4K ini bahkan belum populer di industry DSLR atau kamera digital. TV 4K pun baru mulai marak sejak akhir tahun lalu. ”Tren merekam video 4K di smartphone lebih cepat dari yang dibayangkan,” beber Chute.
Nick Dillon, analis senior dari lembaga riset Ovum, menilai bahwa saat ini sampai pada tahap bahwa teknologi kamera di smartphone high end sudah sangat memadai untuk berbagai kebutuhan. Meski, jeda kualitas antara smartphone dan DSLR tetap ada. ”Semakin besar sensor, semakin besar cahaya yang bisa ditangkap. Di smartphone, ukuran sensor terbatas karena akan berdampak pada berat dan ukuran dari smartphone itu sendiri,” ujar Dillon.
Kristupa Saragih, founder Fotografer.net, menilai bahwa teknologi pada kamera terus akan berkembang. ”Mulai dari kamera saku, prosumer, entry level DSLR, DSLR, mirrorless, dan sekarang kamera smartphone,” ujarnya.
”Menurut saya ini seperti memasak dengan berbagai bumbu. Apakah semua bumbu itu akan terpakai dan menghasilkan masakan yang lezat, tergantung pada koki (manusia)-nya. Jadi, semua teknologi itu akan berdampak jika berada di tangan yang tepat,” ia menambahkan.
hone | Samsung Galaxy S5 | Sony Xperia Z2 | LG G Pro 2 |
Layar | 5.1-inci 1920x1080p Super AMOLED | 5.2- inci 1920x1080p Triluminos |
|
Prosesor | 2.5GHz Qualcomm Snapdragon 801 quad-core | 2.3GHz Qualcomm Snapdragon 801 quad-core | 2.26GHz Qualcomm Snapdragon 800 quad-core |
Memori | RAM 2GB, memori internal16/32GB, slot microSD | RAM 3GB, memori internal16GB, slot microSD | RAM 3GB, memori internal 32GB, slot micro SD |
Dimensi | 142.0 x 72.5 x 8.1mm, 145 gram | 146.8 x 73.3 x 8.2 mm, 158 gram | 157.9 x 81.9 x 8.3 mm, 172 gram |
Kamera | 16MP utama, 2.1MP depan | 20.7MP utama, 2.2MP depan | 13MP utama, 2.1MP depan |
Konektivitas | Wi-Fi, Bluetooth, NFC, 4G, IR Blaster | Wi-Fi, Bluetooth, NFC, 4G | Wi-Fi, Bluetooth, NFC, 4G |
Baterai | 2800 mAh | 3200 mAh | 3200 mAh |
Sistem Operasi | Android 4.4.2 | Android 4.4.2 | Android 4.4 |
Ketahanan | IP67 dust and water resistance | IPX5 and IPX8 (waterproof), IP5X (Dust protected) | tidak ada |
Harga: | Belum diketahui | Rp8.500.000 | Belum diketahui |
Ketersediaan di Indonesia: | April 2014 | Maret 2014 | April 2014 |
Thank you for any other fantastic article. The place else may anyone get that kind of info in such a perfect manner of writing? I have a presentation next week, and I’m on the look for such info.
SukaSuka
Tongue-in-cheek!) People who read books look smart (though may not necessarily be smart) – this can be an interesting trait to show others to create a positive image, unless, if you don’t value having a “smart look,” which you may think to be “nerdy” more than anything else. However, the text of the book is filled with research findings and mothers who get perangkat pembelajaran mts overwhelmed with too much information may prefer to start with the pros and cons of each chapter, reading the text if they want or need more information on a subject.
SukaSuka