YG-050 adalah charger portable yang langsung mengkonversi tenaga matahari menjadi arus listrik berdaya rendah untuk mentenagai ponsel, kamera digital, video, GPS, dan peralatan digital lainnya.
YG-050 adalah charger portable yang langsung mengkonversi tenaga matahari menjadi arus listrik berdaya rendah untuk mentenagai ponsel, kamera digital, video, GPS, dan peralatan digital lainnya.
Ada cara mudah memanfaatkan berlimpahnya cahaya matahari di Indonesia untuk menjadikannya bagian dari kehidupan keseharian kita. Salah satunya dengan menggunakannya untuk mentenagai berbagai perangkat portabel.

Biaya panel surya di dunia terus menurun. Karena itu, tenaga matahari yang tidak ada habisnya itu sudah banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Ketika mengunjungi pabrik Honda di Yorii, Saitama, yang berjarak dua jam perjalanan dari pusat kota Tokyo, Jepang, saya terpukau dengan besarnya panel surya di pabrik yang di desain ramah lingkungan tersebut.

Di bagian barat (tidak jauh dari lapangan parkir) pabrik tersebut berdiri megah 20,000 panel tenaga surya. Inilah panel surya terbesar yang pernah digunakan di oleh sebuah pabrik di Jepang.

Panel yang berjajar memanjang itu mampu memproduksi tenaga listrik hingga 2,6 megawatt. Cukup untuk menyuplai listrik ke 459 rumah tangga, mampu menyumbang sekitar 3,7 persen tenaga listrik disaat pabrik beroperasi secara penuh.

Ellon Musk, pengusaha jenius yang menciptakan mobil listrik Tesla dan perusahaan roket SpaceX juga memiliki perusahaan panel surya yang disebut SolarCity. ”Solar panel mahal dan sulit digunakan, saya ingin orang memakai solar panel semudah PC,” ujar Musk.

Lewat model bisnis leasing agar perusahaan bisa langsung memiliki solar panel, maka SolarCity langsung menjadi pemimpin pasar di Amerika.

Tenaga matahari memang menjadi sesuatu yang seksi dan terus digali pemanfaatannya. Harga panel surya yang semakin menurun membuat pemanfaatan panel surya tidak hanya sampai sebagai pemanas air yang ada di genteng rumah, namun lebih menyentuh pada aktivitas keseharian manusia.

Pada 2011, desainer asal Prancis Vivien Muller berupaya mewujudkan karyanya. Lewat penggalangan dana Kickstarter.com, lahirlah produk yang disebut Electree. Bentuknya seperti pohon bonsai, dengan tinggi 41 cm dan lebar 9 cm.

“Dedaunan”-nya adalah 27 panel surya yang mampu menyimpan tenaga hingga 13.000 mAh, cukup untuk mentenagai 9 kali iPhone 5.

Sementara dibagian bawahnya sudah dibekali teknologi wireless charging, sehingga ketika handset Nokia Lumia atau Samsung Galaxy dibaringkan secara otomatis akan terisi baterainya.

Dan memang perangkat charging adalah salah satu pemanfaatan sel surya yang paling mudah dan masuk akal saat ini. Belum lama ini saya membeli sebuah panel surya YG-050 di sebuah situs online luar negeri seharga Rp500 ribuan. Dimensinya seukuran iPad mini.

Alat tersebut berfungsi mengubah otomatis cahaya matahari menjadi daya listrik sekitar 5 volt. Butuh waktu 6-8 jam untuk mengecharge baterai 4.600 mAh dibawah sinar matahari langsung. Ujungnya adalah USB.

Gunanya adalah untuk menemani kita ketika di kawasan terpencil yang tidak ada energi listrik. Misalnya saat kita sedang hiking, berada di tengah laut, atau bahkan saat turing menggunakan sepeda motor. Alat tersebut bisa mengisi baterai walkie-talkie, ponsel, senter, kamera, dan masih banyak lagi.

20131230_080907”Biasanya di daerah terpencil yang tidak ada listrik, sinyal operator hampir pasti juga tidak ada,” ujar Indra Patriasandi, pemilik Indonesian Traveler. ”Meski demikian, solar charger seperti itu penting untuk mentenagai perangkat seperti kamera,” paparnya.

Secara fungsi, solar charger sangat menjanjikan. Karena dapat menghasilkan energi sendiri hanya dengan terpapar matahari—yang sangat berlimpah di Indonesia–.

Jadi, seharusnya teknologi ini bisa dengan mudah di adopsi oleh mereka yang diparodikan sebagai “sandang, pangan, casan (charger)”.

Anda tidak perlu memesan solar charger seperti itu di situs luar negeri seperti saya. Sebab, di Indonesia pun sudah cukup banyak vendor yang menyediakan charger berbasis matahari ini. Harganya bervariasi, tergantung dari besarnya mAh, merek, serta besarnya ukuran panel surya.

Tentu tidak ada salahnya untuk “menyempilkan” panel surya ini di sela-sela gaya hidup keseharian kita. Bisa atas nama gaya hidup eco-friendly, memanfaatkan tenaga matahari yang begitu berlimpah di Indonesia, atau cuma mengincar kepraktisan untuk tidak tergantung dengan sumber listrik. Apa salahnya—jika kita bisa—untuk memulai menggunakan energi alternatif, yang diawali dari kita sendiri.

20131230_080453

20131230_080757

Electree, Pohon Charger

FOTO BDi film Avatar besutan James Cameron, suku Na’vi memiliki “Dewa Pohon” yang disebut Eywa. Melalui Eywa ini suku Navi dapat terhubung dan berkomunikasi dengan para leluhur mereka.

Bisa jadi seniman Vivian Muller memiliki gambaran kurang lebih sama saat mendesain Electree. Electree memang berbentuk seperti bonsai (pohon kecil). Tingginya hanya 41 cm dan lebar 9 cm.

Nah, yang menarik, daun-daun perangkat tersebut terbuat panel sel surya. Total, Electree memiliki 27 helai daun yang dapat mengubah energi matahari menjadi daya listrik melalui baterai sebesar 13,500 mAh yang tersemat di dalamnya.

Dengan baterai sebesar itu, pengguna gadget dapat mengisi berbagai perangkat portabel lewat konektor USB. Mulai smartphone hingga tablet. Tapi yang lebih menarik lagi adalah bagaimana penampang dibawah pohon itu juga telah dibekali teknologi wireless charging dan basis platform Qi.

Seandainya Anda meletakkan Samsung atau Nokia di permukaan dibawah pohon, maka ponsel akan terisi secara otomatis. Ide Muller untuk membuat “pohon” yang bisa menghasilkan tenaga sendiri memang luar biasa. Apalagi, desainnya juga sangat cantik, cocok sebagai pajangan.

Kedepannya, diprediksi akan semakin banyak perusahaan yang merilis produk seperti Electree ini. Sebuah perangkat yang sedap dipandang, juga “hijau” karena bisa menghasilkan energi dengan mengubah tenaga matahari.