20131219_115616Divisi ponsel Nokia akan resmi menjadi bagian dari Microsoft pada kuartal pertama 2014 mendatang. Bisakah penyatuan dua perusahaan tersebut membawa dampak positif bagi Nokia, terutama di Indonesia?

Nokia mendapat tantangan berat ketika tahun ini penetrasi smartphone Android di Indonesia terus meningkat, bahkan oleh beberapa lembaga riset disebut sudah menggeser BlackBerry yang sebelumnya merajai pasar ponsel pintar lokal.

Ketika Microsoft mengumumkan bahwa mereka akan membeli unit bisnis ponsel Nokia senilai USD7,2 miliar pada pertengahan tahun ini, segudang pertanyaan pun muncul. Apa yang akan berubah? Kemudian, bisakah penyatuan dua perusahaan tersebut memberikan dampak positif bagi Nokia, terutama lewat lini produk smartphone Lumia yang menggunakan sistem operasi Windows Phone buatan Microsoft?

Penyatuan antara Nokia-Microsoft memang baru akan rampung pada awal 2014 mendatang. Namun, Chris Weber, Executive Vice President, Sales and Marketing Nokia yang pekan lalu mengunjungi Indonesia memberikan sedikit gambaran bagaimana optimisme Nokia sebagai bagian dari Microsoft dalam menghadapi tantangan di industri ponsel yang semakin sengit.

Chris, yang selama 15 tahun terakhir ini bekerja di Microsoft, menyebut bahwa ada tiga dampak positif dari penyatuan dua perusahaan tersebut.

Yang pertama terkait Research & Development (R&D). Penyatuan tim R&D antara Nokia-Microsoft dinilai akan semakin mempercepat dan mempermudah perancangan sebuah produk. ”Dulu, tim R&D Nokia bisa mengerjakan hal yang sama dengan Microsoft. Karena kini berada di payung yang sama, saya yakin akan semakin banyak produk-produk hebat yang diciptakan oleh Nokia pada 2014 nanti,” katanya.

Kedua, terkait sales dan marketing yang kini dilebur menjadi satu. ”Konsumen, misalnya, akan bisa mengidentikkan ponsel Lumia yang menggunakan sistem operasi Windows sebagai single brand,” ujarnya.

Ketiga adalah semakin mudahnya integrasi produk software yang dikembangkan Microsoft di ponsel Nokia. Chris mencontohkan penyimpanan cloud Skydrive yang bisa dibuat untuk menambah benefit para pengguna ponsel Nokia. Begitupun produk lain seperti Skype, Bing, hingga Xbox. ”Konsumen harus excited, karena akan lebih banyak value yang akan mereka dapat,” papar Chris lagi.

Saat ini penetrasi smartphone bersistem operasi Windows Phone di Indonesia memang masih sangat kecil. Kurang dari 5 persen. Namun, Chris menilai tetap akan ada ruang untuk tumbuh bagi perusahaan yang memberikan ”value” atau nilai tambah.

”Value” itu, lanjut Chris, bisa di dapat melalui portofolio produk yang lengkap untuk menjangkau berbagai segmen konsumen, juga deferensiasi atau faktor pembeda dengan produk pesaing.

Menghadirkan portofolio produk yang beragam memang sudah dilakukan oleh pihak Nokia Indonesia selama 2013 dengan menghadirkan berbagai model Lumia kepada konsumen. Salah satunya adalah Lumia 1020 dengan resolusi 41 MP yang dikenalkan pada akhir November 2013 silam di Indonesia seharga Rp8 jutaan.

Meski belum memberikan pengumuman pasti, namun terlihat jelas bahwa Nokia Indonesia juga akan menghadirkan model-model andalan mereka yang dikenalkan di Nokia World, Dubai, pada Oktober 2013 lalu. Misalnya saja phablet Lumia 1520 dan Lumia 1320. ”Pertumbuhan phablet sangat luar biasa. Begitu Anda terbiasa, sulit untuk kembali ke layar yang lebih kecil,” ujar mantan Corporate VP Enterprise and Partner Group Microsoft Amerika itu.

Adapun deferensiasi dilakukan dengan cara memberikan pengalaman lebih personal kepada pengguna. Misalnya saja aplikasi Nokia Storyteller untuk merangkai foto dan video pengguna ke dalam sebuah cerita sebagai pelengkap dari fitur imaji yang solid dari Nokia Lumia 1020. ”Kami juga sangat unggul di fitur Location Based Service (LBS), maupun layanan seperti Mix Radio yang sangat menguntungkan pengguna,” katanya.

Bagaimana dengan aplikasi Windows Phone yang banyak dikritik karena dinilai lebih inferior dibanding iOS atau Android? Chris justru menyebut aplikasi di Windows Phone adalah salah satu pencapaian terbaik tahun ini. Menurutnya, Windows Phone saat ini memiliki lebih dari 190.000 aplikasi. Sekitar 6000 diantaranya adalah aplikasi buatan developer asal Indonesia.

Karena itu, Chris juga mengungkap bahwa yang dilakukan Nokia saat ini adalah untuk menunjukkan keberagaman dan deferensiasi fitur yang dimiliki Nokia kepada sebanyak mungkin konsumen. ”Sangat sulit untuk menunjukkan semua fitur Nokia kepada pengguna dalam waktu singkat. Tapi, itu lah yang jadi tantangan kami, untuk membangun eksperiens,” pungkasnya.

,.