Tidak hanya mengukur jumlah kalori yang dibakar, instrumen berolahraga memungkinkan penggunanya untuk mencatat kegiatan olah raga dan aktivitas tidur. Inilah era ketika perangkat teknologi bersentuhan langsung dengan kegiatan sehari-hari.
Disela-sela pekerjaannya yang sangat padat, Presiden Direktur PT Honda Prospect Motor Tomoki Uchida tidak pernah absen untuk berolah raga. Jogging atau berlari adalah salah satu olah raga favoritnya.
Dan sejak beberapa bulan terakhir ini semangat berolah raga Uchida-san justru semakin tinggi. Salah satu sebabnya adalah Jawbone Up yang selalu dikenakannya mulai berangkat kerja hingga bangun tidur.
”Saya bisa memantau perkembangan tubuh saya dengan detil,” ujarnya sembari menunjukkan tampilan grafis informasi di layar iPhone miliknya. ”Alat ini tidak hanya mencatat aktivitas saya saat berolah raga, tapi juga ketika tidur. Saya bisa tahu apakah tidur saya sudah cukup atau belum,” tambahnya bersemangat.
Jawbone Up berbentuk seperti sebuah gelang. Warnanya hitam, dengan permukaan seperti karet. Perangkat yang disebut “wearable device” itu pertama dirilis pada 2011 silam dan sangat sukses, membuat Jawbone mendapat suntikan dana ratusan juta dollar dari investor.
Pada Oktober 2013 silam, Nike kembali merilis model baru Fuelband SE yang memiliki lebih banyak fitur. ”Gelang” tersebut tidak hanya bisa merekam dan menghitung aktivitas seperti berlari, tapi juga kegiatan olah raga yang lebih rumit seperti yoga atau bermain basket.
Cara kerja Nike Fuelband memang unik. Setiap hari, pengguna Fuelband harus menghabiskan skor yang disebut “fuel” dengan berolahraga seperti berlari.
Fuelband SE dikenalkan tak lama setelah Fitbit Force dirilis. Seperti Nike, Fitbit adalah perusahaan activity tracker yang membuat alat untuk merekam aktivitas berolahraga.
Selain Fitbit Force yang berbentuk gelang, ada Fitbit Zip yang bentuknya seperti pendulum, Fitbit One yang seukuran handsfree Bluetooth, serta Fitbit Flex yang merupakan versi terjangkau dari Fitbit Force. Setiap produk ditargetkan untuk mereka yang baru mulai berolahraga dengan activity tracker ini, hingga atlet profesional.
Jawbone, Nike, dan Fitbit semakin memanaskan pasar activity tracker seiring dengan masuknya perusahaan seperti iHealth, Garmin, Withings serta Adidas. Begitupun Samsung dan Sony yang belakangan ini baru saja meluncurkan perangkat smartwatch, yang salah satunya fungsinya adalah untuk melacak kegiatan berolah raga.
Analis senior dari konsultan teknologi Juniper Research Nitin Bhas menilai tren perangkat fitness dimulai pada 2012 silam. ”Tepatnya setelah Nike merilis Fuelband pertama pada 2012,” ujarnya.
Lembaga riset Gartner memperkirakan pasar activity tracker tumbuh dari USD1,4 miliar (Rp16,8 triliun) tahun ini menjadi USD10 miliar (Rp120 triliun) pada 2016. Sedangkan pada 2018, Juniper Research memperkirakan angka USD19 miliar (Rp228 triliun).
Perangkat penunjang fitness mulai dirasakan popularitasnya oleh kaum urban di Indonesia. Terutama sejak beberapa tahun terakhir ini aktivitas berlari semakin diminati oleh kaum urban. Event berlari tidak pernah absen digelar di Jakarta maupun kota-kota besar lainnya.
”Popularitas activity tracker memang tidak terlepas dari tren berlari,” ujar Antonius Ismoyo Jati, seorang profesional di bidang perbankan yang juga aktif mengikuti berbagai event berlari. ”Sama seperti hobi lainnya, kita ingin juga ingin berlari menggunakan berbagai aksesoris, mulai sepatu, baju, dan tentu saja activity tracker,” ia menambahkan.
Menurut Jati yang menggunakan Garmin Connect, wearable device seperti ini memang mampu memotivasinya untuk lebih sering berolah raga. “Dengan melihat catatan perkembangan kita berolah raga, membuat semangat terus terpompa,” katanya.
Sebenarnya sejak 2008 pun pengguna sudah dapat mencatat aktivitasnya berlari ataupun bersepeda menggunakan smartphone melalui aplikasi seperti Endomondo. Namun, perangkat activity tracker membawa konsep tersebut lebih dalam. Selain tidak repot saat dibawa berolah raga, juga memberikan fungsi yang lebih beragam.
Seperti yang ada dibenak Stefan Olander, Vice-president digital sport Nike, ketika pertama mendesain Nike Fuelband pada 2009. Saat itu Olander mempertanyakan bagaimana jika seseorang bisa mencatat secara lengkap dan detil seberapa banyak mereka bergerak dalam sehari.
Dari situlah Nike Fuelband lahir. Dirilis pada 2012, Fuelband berbentuk seperti gelang biasa. Simpel, dengan desain plastik warna hitam yang memiliki lampu yang akan menyala dari merah ke hijau begitu target “skor” hari itu telah tercapai. Fuelband pertama yang dirilis langsung sold out dalam hitungan jam.
Tujuan jangka panjang Fuelband adalah ini: jika digunakan setiap hari, maka data fitness yang dikumpulkan lewat aplikasi ataupun website—baik pelari profesional maupun pehobi—dapat menjadi membantu pengguanya tetap sehat.
Fuelband menyingkronisasi data ke aplikasi di iPhone, sehingga pengguna bisa membagi kegiatan mereka ke jejaring sosial untuk memotivasi orang lain. Menurut Olander, hasil data dari Fuelband generasi pertama menunjukkan bahwa 98 persen dari 20 juta pengguna yang berolahraga tidak menjalankan rekomendasi ini: bergerak selama 5 menit selama 1 jam sekali. Karena itu, Nike Fuelband SE akan memiliki alarm yang bergetar jika pemiliknya terlalu banyak diam.
Kardiologis dan profesor medicine di Scripps Research Institute California mengatakan bahwa personal data tracking membuatnya bisa melihat data tekanan darah yang diangkum dalam grafik yang indah. “Dengan menganalisa langkah, tekanan darah, serta denyut jantung, maka dokter bisa melakukan diagnosa yang akurat,” katanya.
Memang, Fuelband hanya bertindak sebagai alat pencatat. Tapi, motivasi tetap ada pada manusianya. Yang pasti, menurut fisikawan Paul Abromson dari San Francisco, teknologi ini akan sangat berguna bagi mereka yang memang berniat ingin berolah raga.
Dalam waktu dekat, kia akan melihat lebih banyak lagi gadget yang telah dibenamkan beragam sensor. Perusaaan seperti Withings, misalnya, memilki alat heart-rate monitor di produk Pulse mereka.
Motoactv milik Motorola juga dapat dihubungkan dengan sensor untk mengukur seberapa cepat kayuhan sepeda dan kecepatan. Nantinya, akan semakin banyk sensor yang bisa dibenamkan. Misalnya mengkur suhu kulit, pernafasan, hingga aktivitas otot.
Perekam Aktivitas Berolah Raga
Tujuan jangka panjang Fuelband activity tracker ini adalah membantu pengguanya tetap sehat. Jika digunakan setiap hari, maka data fitness yang dikumpulkan lewat aplikasi ataupun website—baik pelari profesional maupun pehobi—dapat menjadi rujukan. Toh, selama tujuannya positif, tidak ada salahnya untuk membekali diri dengan berbagai perangkat teknologi untuk menunjang kegiatan berolahraga. Nah, berikut adalah beberapa diantaranya.
Motorola Motoactv
Harga: Rp3.350.000 (bukalapak.com)
Motoactv yang berbentuk jam tangan pintar itu di desain untuk merekam aktivitas olah raga. Perangkat dengan layar 1.6 inci (220×176) multi-sentuh itu sudah dibenamkan aplikasi seperti Fitness Tracker, Heart Rate Monitor, dan GPS Running Watch. Jika tidak sedang berolahraga, pengguna juga bisa mendengarkan musik.
Jawbone Up.
Harga: Rp1,8 juta (bhinneka.com, Blibli.com)
The Jawbone UP memiliki desain yang stylish. Bentuknya mirip seperti gelang dengan dua ujung yang tidak menyatu. Alat ini dikoneksikan oleh aplikasi iPhone, mencatat kegiatan sehari-hari serta menghitung kualitas dan waktu tidur.
Fitbit Flex
Harga: Rp1.590.000 (kliknklik.com)
Fitbit memiliki produk yang sangat bervariasi. Mulai Flex, Zip, One, Force, hingga Aria (timbangan disertai Wi-Fi). Flex, dikenakan sebagai gelang. Didominasi material karet, sudah dibekali sensor pedometer/accelerator untuk mengukur gerak, langkah, kecepatan pengguna.
Nike Fuelband SE
Harga: Rp1,8 juta-Rp2,2 jutaan (belum tersedia)
Dengan Fuelband SE, Nike menyempurnakan produk mereka dengan menambahkan berbagai fitur baru. Misalnya Water Resistant untuk menahan cipratan air seperti hujan, memiliki banyak pilihan warna baru, fitur double-tap untuk memperlihatkan waktu tanpa menekan tombol, dan juga mengukur waktu tidur.
Adidas miCoach SmartRun
Harga: Rp4,2 jutaan (belum tersedia)
Adidas miCoach SmartRun berbentuk jam tangan Android dilengkapi baterai 410 mAh. Layarnya berukuran 1.45 inci, yang bisa digunakan untuk mencatat kegiatan lari marathon atau aktivitas lainnya. Sensornya meliputi GPS, Accelerometer, dan sensor optikal detak jantung.
Garmin FR70
Harga: Rp2.250.000 (gpsmurah.com)
Garmin FR70 adalah salah satu perangkat yang difavoritkan pehobi lari di Indonesia. Fiturnya sendiri sangat beragam. Mulai Heart Rate Monitor hingga Foot pod. Pengguna juga mampu melacak 6 pengukuran lainnya, mulai berat badan hingga kandungan lemak dan air tubuh. Food pod sendiri akan melacak jarak dan kecepatan dengan rinci.
berapa harga ssubuah alat tsb
SukaSuka