Chatfiz-Messenger-BBMan-di-AndroidSengitnya persaingan antar aplikasi internet messenger (IM) seperti Line, WhatsApp, WeChat, KakaoTalk, hingga BlackBerry Messenger (BBM) membuat kita lupa bahwa Indonesia pun sudah memiliki aplikasi IM yang ternyata memiliki fitur sangat bersaing. Namanya Catfiz, dikembangkan oleh developer asal Surabaya.

Pada 2010, empat pemuda asal Surabaya terlibat dalam pengembangan sistem operasi Linux untuk kolaborasi. Mereka adalah Jagad Hariseno, Mochammad Arfan, Aryo Nugroho serta M Noor Al Azam. Salah satu fitur kolaborasi tersebut adalah messaging atau berkirim pesan melalui smartphone. Pertimbangannya, budaya texting atau chatting sudah merata di Indonesia.

Mereka memutuskan serius di messaging dengan niat nasionalisme: konten lokal tidak pernah sukses di pasaran, selalu tenggelam dengan produk-produk asing.

Setelah prototip di platform Android (sesuai riset mereka) jadi, lantas diujicoba ke beberapa teman. Menariknya, dua buah PC biasa yang digunakan kewalahan menerima registrasi. Dalam waktu seminggu tercatat ada 60 ribu registrasi, dan melonjak menjadi 250.000 dalam sebulan!

”Saat ini total registran kita sudah mencapai 6 juta orang,” ujar Mochammad Arfan dari PT Duniacatfish Kreatif Media. Meski, pengguna aktif Catfiz perbulannya adalah 2,5 juta orang, tersebar tidak hanya di Indonesia saja, namun juga Amerika Selatan, Arab Saudi, Oman, bahkan India. Perharinya, lanjut Arfan, pertumbuhan pengguna Catfiz mencapai 6 ribu-10 ribu pengguna.

Ini tentu pencapaian yang luar biasa mengingat mereka sama sekali tidak melakukan berpromosi. ”Tantangan yang kami hadapi saat ini adalah menemukan atau mendesain ledakan pengguna dengan biaya kampanye sesedikit mungkin,” ujar Arfan. ”Maklum, biaya investasi masih kami tanggung sendiri. Angle investor pun datang dari teman-teman sendiri,” tambahnya.

Meski demikian, mereka mengaku sudah memiliki model bisnis yang sangat solid. Setidaknya, ada 4 model bisnis yang akan mereka jalankan. Pertama adalah iklan, kedua aksesoris in-apps seperti stiker komik atau themes, ketiga payment gateway dengan menjalankan FizzWallet, dan keempat adalah layanan khusus korporasi atau perusahaan.

CatfizLayanan payment gateway yang disebut FizzWallet ini memang paling menarik. Kedepannya, FizzWallet tidak hanya dapat digunakan untuk membeli produk yang ditawarkan oleh Catfiz, tapi juga dapat digunakan sebagai jual beli antar pengguna dengan skala mikro (maksimal Rp1 juta).

Tapi, apa sebenarnya yang membuat pengguna Catfiz begitu cepat tumbuh? Dan bagaimana sebuah startup kecil serba swadaya sendiri asal Surabaya bisa bersaing dengan perusahaan chatting kelas dunia?

Menurut Arfan, pihaknya berupaya untuk terus mengandalkan taste lokal. Beberapa fitur ini juga suda sangat membedakan Catfiz dengan kompetitor mereka: perpaduan antara fitur private messenger dan jejaring sosial, pengiriman file besar (hingga 50 MB) untuk jaringan lemah, ditambah dengan layanan cloud (file forwarding), jumlah member group chat yang mencapai 2.000 orang, serta server yang terletak di Indonesia sehingga tidak membutuhkan trafik keluar untuk pesan-pesan dari pengguna lokal.

Ia menilai, alasan seseorang menggunakan aplikasi IM adalah karena temannya juga menggunakan aplikasi yang sama. Fakta kedua, lanjut Arfan, rata-rata pemilik Android mempunyai lebih dari satu aplikasi IM di handset-nya

”Dari dulu IM sudah berjubel-jubel di pasaran. Tapi kami tetap fokus dengan pasar Indonesia. Dengan jumlah pengguna Android yang mendekati 1 miliar, maka ruang untuk berkiprah masih terlalu besar. WhatsApp yang terbesar saja masih berkisar 150 juta user untuk Android,” katanya.

Karena itu, pihak Catfiz tidak pernah sibuk menyingkapi IM yang jadi kompetitor mereka. Namun, lebih berfokus pada diri mereka sendiri. Beranjak dari pola awal yang menjadi pemicu dibentuknya Caftiz, yakni membuat fitur-fitur yang biasa digunakan oleh teman-teman mereka sendiri.

”Jadi logika kami, semakin banyak teman yang berbagi pengalaman Catfiz kepada temannya, maka Catfiz semakin diterima lebih luas,” ujar Arfan. ”Kami tidak memiliki bujet untuk beriklan lewat publikasi resmi di televisi atau radio. Semua publikasi berjalan dengan sendirinya lewat Twitter, Facebook, atu forum internet,” tambahnya.

Dari hasil promosi organik lewat Word of Mouth (WoM) itu, saat ini sudah lebih dari 30 kota di Indonesia yang berdiri komunitas-komunitas fanatik Catfiz. Mulai dari Aceh, Medan, Riau, Bali, hingga Sulawesi.

“Yang kami harapkan tentu saja pengguna Android di Indonesia mengetahui bahwa Catfiz diperuntukkan bagi pengguna Indonesia lewat citarasa Indonesia,” katanya sembari menyebut bahwa untuk sementara pihaknya akan tetap berfokus pada Android yang jangkauan pasarnya mereka perkirakan bisa melaju ke angka 80 persen di Indonesia.