DCIM101GOPROTesla adalah satu-satunya pabrikan mobil asal Amerika yang lolos embargo di Tokyo Motor Show 2013. Booth Tesla tidak jauh dari milik Honda yang salah satu atraksi utama pameran tersebut. Meski, ukurannya amatlah kecil, berada di salah satu pojokan West Hall.

Mereka hanya memamerkan “satu setengah” mobil : satu unit Tesla Model S dan sebuah sasis. Tidak hanya para jurnalis, ternyata cukup banyak juga warga Jepang yang penasaran untuk melihat mobil listrik tersebut secara langsung.

Tesla memang bukan sembarang pabrikan mobil. Mereka mendesain sebuah supercar yang menggunakan bahan bakar listrik, energi yang biasanya digunakan untuk mentenagai mobil-mobil kecil atau memang dikhususkan untuk ramah lingkungan.

Inilah yang membuat Model S, produk terlaris Tesla, menjadi unik dan sangat populer. CEO Tesla Elon Musk, juga tidak kalah kontroversial. Musk yang baru berusia 43 tahun itu tidak hanya ikut medirikan layanan pembayaran Paypal dan memiliki Tesla Motors, namun juga memiliki perusahan yang membuat roket dan pesawat ruang angkasa SpaceX.

DCIM101GOPROKini, Tesla memang sedang gencar-gencarnya melebarkan sayap, mencoba terbang dari pasar terbesar mereka di Amerika. Dan Jepang adalah market yang mereka anggap sangat potensial. Bahkan, Jepang ditargetkan menjadi pasar terbesar setelah Amerika. Seperti yang diungkapkan oleh DIrektur Pengembangan Retail Tesla Motors Asia Pasifik Kevin Yu.

Menurut Yu, warga Jepang lebih open-minded dan lebih akrab dengan teknologi baru. Selain infrastruktur pengisian daya listrik juga terus digalakkan oleh pemerintah Jepang, potensi dari pasar Jepang sendiri sangat besar. Dan karena pulau Jepang sendiri tidak seperti Amerika yang luas, konsumen tidak perlu takut kehabisan daya listrik.

Hal menarik lainnya adalah hubungan erat Tesla dengan Panasonic—yang juga memamerkan 1 unit Tesla Model S di Tokyo Motor Show 2013—. Mulai tahun depan, kedua perusahaan itu bekerja sama untuk membuat memproduksi 2 juta unit baterai selama 4 tahun kedepan.

Meski, Yu sendiri mengatakan bahwa pasar Jepang tidak mudah ditaklukkan karena tuntutan konsumen yang sangat tinggi terhadap mobil dengan harga mahal. Di Jepang, Tesla Model S dibanderol dengan harga retail USD80,000-USD100,000 atau Rp800 juta-Rp1 miliar.

DCIM101GOPROSaya sempat mencoba langsung duduk di bangku depan Tesla Model S, serta mencoba langsung teknologi dashboard digital yang memiliki layar sentuh berukuran sangat besar itu (17 inci). Di layar itulah seluruh fungsi mobil dikontrol. Mulai mengunci pintu, mengatur lampu, melihat kondisi mobil, dan berbagai hal lainnya. Kedepannya, pihak Tesla sedang mencari cara agar aplikasi seperti Waze atau Google Maps dapat terintegrasikan ke sistem operasi UX mereka.

Nah, yang unik, Tesla hanya dipasarkan dengan satu model saja: setir kiri. Sedangkan mereka yang menginginkan versi setir kanan (Jepang dan Indonesia menggunakan setir yang sama), harus menunggu sampai 2014.

Selama berada di Jepang, beberapa kali saya melewati showroom Tesla di kawasan perbelanjaan dan perkantoran mewah Aoyama. Selain Jepang, Tesla memiliki 6 showroom di Eropa.

Bisa jadi masa depan Tesla di Jepang cerah karena jumlah stasiun pengisian daya cepat (fast-charging stations) untuk EV (electric vehicle) diprediksi oleh IHS Automotive akan meningkat ke angka 200.000 unit diseluruh dunia pada 2020. Dari angka itu, 50 persen diantaranya ada di Jepang. Sejak 2009, Jepang memang terus membangun CHAdeMO atau charge for moving.

Telsa Model S (1)Total stasiun pengisian daya cepat yang digunakan oleh kendaraan EV di seluruh dunia tumbuh tiga kali lipat tahun yang diperkirakan menemubus 5,900 unit. Tahun depan, IHS Automotive memprediksi jumlahnya bakal tumbuh lagi hingga 15,200 unit. Dan pada 2020 mendatang, diperkirakan akan ada 199,000 unit stasiun di seluruh dunia.

Hingga akhir tahun ini, Amerika saja akan memiliki sekitar 1,400 unit stasiun pengisian daya cepat, sementara Eropa/Timur Tengah mencapai 1,600 unit, dan Asia Pasifik 2,900 unit.

Tapi, bukan itu saja yang menjadi problem dari pertumbuhan mobil listrik di seluruh dunia. ”Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan recharge ke kendaran EV masih jadi problem besar terhadap adopsi kendaraan elektrik,” ujar analis Alastair Hayfield. ”Jika pabrikan kendaraan EV mampu mengatasi hambatan ini, maka bukan tidak mungkin konsumen yang peduli terhadap lingkungan akan semakin tertarik dan lebih cepat beralih dari bahan bakar gas,” ia menambahkan.

Pihak Tesla sendiri mengklaim bahwa stasiun pengisian daya listrik milik mereka (disebut Superchargers) pada 2015 mendatang sudah akan tersedia di seluruh wilayah Amerika. “Saat ini seluruh pemilik mobil Tesla dapat ‘ngecharge’ secara cuma-cuma. Tesla juga sedang mengembangkan teknologi pengisian daya listrik baru yang lebih cepat yang disebut photovoltaics. Ini akan jadi nilai plus bagi mereka,” papar Hayfield lagi.

Telsa Model S (3)