Harganya mungkin masih sangat mahal. Akses ke kontennya pun juga masih terbatas. Tapi, tahun depan dan seterusnya TV Ultra High Definition (UHD) justru semakin banyak ditemui di pasaran.
UHD adalah kategori baru dalam industri TV berlayar datar (FPTV). TV UHD memiliki resolusi supertinggi. Tepatnya, 4x lebih tinggi dibanding TV High Definition (HDTV) yang banyak beredar di pasaran. Jumlah piksel yang sangat padat membuat gambar di TV UHD bisa tampil dengan sangat mendetil dan tajam.
Tapi ada satu masalah. Ketersediaan konten 4K (video atau film) khusus untuk TV UHD masih sangat terbatas. Ekosistemnya bisa dibilang masih berupa embrio.
Meski demikian, vendor seperti PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN) berani ambil risiko. Mulai bulan ini mereka akan gencar merilis produk TV UHD di Indonesia. Model pertama adalah F9000 yang hadir dengan ukuran 55 inci dan 65 inci. Masing-masing dibanderol seharga Rp65 juta dan Rp90 juta.
Soal kendala ketersediaan konten, Product Marketing TV PT SEIN Amon Sabara punya solusi sementara. Yakni melalui teknologi 4 step up scaling di F9000 untuk mempertajam detail gambar dari berbagai resolusi. Sehingga video beresolusi Full HD (1080p) di Blu-Ray Disc sekalipun dapat dinikmati dalam kualitas sekelas tayangan UHD TV.
”Untuk foto atau gambar yang diambil dari DSLR atau smartphone premium, rata-rata resolusinya sudah UHD. Jadi konsumen sudah langsung merasakan bedanya saat foto itu ditampilkan di TV UHD,” papar Amon.
Tapi, benarkah konsumen Indonesia saat ini sudah butuh TV UHD? Yang pasti, Consumer Electronic Director PT SEIN Bernard Ang mengatakan bahwa peminat TV premium di Indonesia terus membesar.
“Pertumbuhan pasar panel diatas 60 inci hingga September 2013 di Indonesia mencapai 81% dibanding tahun lalu. Bahkan, di Samsung pertumbuhannya mencapai 200%,” ujar Bernard. “Ini menunjukkan tingginya kebutuhan konsumen akan TV dengan berteknologi terbaru untuk menunjang hiburan dan kenyamanan,” tambahnya.
Karena itu, Samsung yang saat ini mengklaim menguasai 33,7% pangsa pasar FPTV di Indonesia itu berupaya untuk menyediakan TV dengan teknologi terbaru. ”Kami hadir lewat LED TV pada 2009, 3D TV pada 2010, Smart TV pada 2011, serta yang terbaru UHD TV pada 2013,” paparnya.
Untuk menunjang teknologi UHD, F9000 sudah dibekali prosesor Quad Core, serta One Connect Box, semacam kotak yang berisi berbagai slot seperti HDMI, LAN, USB, atau antena supaya pengguna bisa memutar konten ke TV dari berbagai sumber. One Connect Box ini juga dapat diganti seandainya perlu, sehingga konsumen bisa tetap update dengan teknologi terbaru.
Butuh 10 Tahun
Pasar UHD praktis baru dimulai tahun lalu. Jumlahnya pun masih sangat kecil. Hanya 33.000 unit TV UHD yang terjual dari total 200 jutaan unit TV LCD yang terjual secara global. Kendati demikian, UHD TV bukanlah teknologi yang cepat datang dan cepat ditinggalkan. Teknologi ini akan tetap digunakan sampai belasan tahun mendatang. Tepatnya, akan mencapai puncak pada 2017 dan diprediksi menjadi standar global pada 2023.
Demikian diungkap oleh grup media analisa IHS. Menurut prediksi IHS, butuh waktu setidaknya 10 tahun bagi UHD untuk bisa di akses secara massal di seluruh dunia.
Sampai saat itu tiba, secara bertahap ekosistemnya—terutama terkait konten—akan mulai terbentuk secara berlahan. Misalnya saja Olimpiade 2016 mendatang yang sebagian besar dapat disiarkan dalam bentuk UHD. Begitu juga dengan Piala Dunia tahun depan (setidaknya pertandingan final bakal disiarkan dalam format UHD).
Pada 2017 nanti, format UHD diprediksi akan mencapai tahap seperti resolusi HD pada 2002. Saat itu konten UHD akan semakin banyak dan semakin mudah di dapatkan. Di negara berkembang seperti Indonesia, kematangan ekosistem UHD diprediksi baru akan tercapai pada 2018-2021.
Pada 2020, misalnya, diperkirakan akan ada lebih dari 200 channel UHD di seluruh dunia dan melonjak jadi 1000 channel pada 2025. Pada saat itu, UHD menjadi resolusi standar, dan diperkirakan 50% dari total pengapalan TV di seluruh dunia berformat UHD.
Ini sama seperti format HD TV yang sudah ada pada 1990, tapi butuh 12 tahun supaya ekosistemnya tersedia di pasar (pada 2002), dan baru 2006 resmi menjadi format umum di pasaran.
Tren TV Premium
Industri elektronik di Indonesia pada 2013 tumbuh 12%
Konsumen Indonesia menginginkan TV berlayar lebih besar dan canggih. Kategori Smart TV dan TV berlayar antara 40 inci-60 inci tumbuh signifikan.
TV > 40 inci 27,6%
TV > 60 inci 80.9%
Smart TV 32%
*hingga September 2013
Pada 2013, TV berlayar datar (Flat Panel Television/FPTV) mengakomodir 90 persen pasar. Sedangkan TV tabung (CRT) hanya tinggal 10 persen. Pertumbuhan FPTV di Indonesia:
Secara Jumlah Secara Nilai
2011 tumbuh 184% 2010 tumbuh 95%
2012 tumbuh 81% 2011 tumbuh 54%
2013 tumbuh 25% 2013 tumbuh 34%
*Pada 2013, konsumen Indonesia semakin tertarik untuk membeli TV berlayar lebih besar dan harga lebih mahal.
Perkembangan Teknologi Televisi:
TV LCD 2005
TV LED 2010
Smart TV 2011
Ultra HD TV 2012
Pengertian TV Ultra High Definition (UHD)
Televisi dengan resolusi layar supertinggi yang pernah dikenal dengan sebutan 4K. Resolusi UHD TV adalah 3.840 x 2.160 piksel (memiliki 8 juta titik piksel), bandingkan dengan resolusi Televisi High Definition (HDTV) yang 1.920 x 1.080 atau 2 juta piksel.
TV UHD akan menjadi bintang baru di industri TV. Tahun depan TV ini akan menjadi ”hot item” dan berlahan menjadi standar baru di pasar FPTV.
2014 diprediksi akan tumbuh 500%
2015 diprediksi akan tumbuh 83%
2016 diprediksi akan tumbuh 55%
Prediksi pengapalan perangkat yang menggunakan panel UHD secara global:
2017 20,8 juta unit
2016 berkisar 13 juta-14 juta unit
2015 berkisar 7-8 juta unit
2014 berkisar 2-3 juta unit
Pertimbangan Konsumen di Indonesia dalam Membeli TV:
1. Ukuran Layar
2. Kualitas Gambar
3. Harga
4. Jenis TV
5. Desain
6. Fitur Canggih
7. Merek
8. Kemudahan Penggunaan
9. Konektivitas
Tren Konsumen Premium di Indonesia dalam Memilih TV:
1. Menginginkan sesuatu yang serbabaru dan canggih.
2. TV harus lebih pintar dan memiliki berbagai fitur untuk menunjang lifestyle.
3. TV bisa terhubung dengan perangkat seperti tablet, smartphone, dan PC, serta masing-masing alat mudah dinavigasikan.
4. Setidaknya sekali dalam sehari 41% pengguna tablet dan 39% pengguna smartphone memakai perangkat mereka sambil menonton TV.
Sumber: IHS, DisplaySearch, GfK Indonesia, Samsung Indonesia, IDC, AC Nielsen, Market Research