Lenovo IdeaPad A10 adalah laptop berlayar sentuh yang menggunakan OS Android.
Lenovo IdeaPad A10 adalah laptop berlayar sentuh yang menggunakan OS Android.

Strategi ini belum pernah dicoba sebelumnya: merilis sebuah laptop yang menggunakan sistem operasi Android. Tapi mengapa? Bukankah sebuah laptop difungsikan untuk kinerja “berat”?

Lenovo, vendor asal China yang mengakusisi bisnis PC IBM pada 2005 itu punya segudang alasan mengapa sebuah notebook dengan sistem operasi Android bisa menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi sebagian besar konsumen.

Alasan pertama adalah soal harga. Tanpa menggunakan lisensi sistem operasi Windows yang mahal (mencapai Rp800 ribu-Rp1 jutaan), harga laptop Android itu bisa ditekan hingga menyentuh angka 249 euro (Rp3,7 jutaan). Bahkan masih 40% lebih murah dibanding phablet seperti Galaxy Note 3 yang banderolnya mencapai Rp8,8 juta.

Alasan kedua terkait soal fungsi. Sebenarnya produk seperti ini tidak benar-benar baru. Sudah ada Google yang menggunakan Chrome OS lewat produk Chromebook. Chrome OS memang berbeda dengan Android, tapi ini membuktikan bahwa ada market yang menginginkan sebuah laptop tanpa sistem operasi Windows, Linux, dan lainnya.

Chromebook memiliki fisik sebuah laptop. Tapi sistem operasi di dalamnya menggunakan Chrome OS yang memiliki dukungan aplikasi lengkap di Chrome Web Store. Sebagian besar aktivitas user di Chromebook dilakukan di-cloud. Sehingga Chromebook harus terus menerus terkoneksi ke internet.

Laptop IdeaPad A10 milik Lenovo itu tentu saja tidak serumit Chromebook dalam hal penggunaannya. Bahkan mereka yang sudah pernah memiliki ponsel Android tidak perlu melakukan penyesuaian lagi. Karena laptop tersebut menggunakan Android 4.2 (Jelly Bean).

Alasan ketiga, tentu saja soal ruang pasar baru. Rasanya tidak sedikit penggemar Android yang mungkin “penasaran” dan tertarik untuk melakukan berbagai hal produktif melalui perangkat laptop.

Layar 10.1 inci HD display milik Lenovo IdeaPad A10, misalnya, tidak jauh berbeda dengan tablet seperti Samsung Galaxy Tab 10.1. Yang berbeda, IdeaPad A10 datang dalam bentuk fisik sebuah laptop. Untuk dapur pacunya sendiri menggunakan prosesor 1.6 GHz quad-core Cortex-A9, memori internal 32 GB, dan RAM 2 GB.

Lenovo juga sedikit mengkostumisasi user interface yang ada di Android IdeaPad A10 supaya lebih mudah digunakan. Misalnya lewat keberadaan file manager, app launcher, atau task bar, ”agar pengguna mudah untuk menemukan file atau memenej file seperti dokumen, video, atau musik, sehingga pengguna seakan-akan memang sedang menggunakan laptop, bukan tablet atau smartphone,” ujar rilis resmi mereka.

Selain menggunakan full-size keyboard, layar A10 juga bisa disentuh (multitouch) selayaknya menavigasikan sebuah tablet. Dan seandainya pun pengguna ingin mendapat sensasi “tablet”, A10 juga bisa dilipat ke “stand mode”, sehingga lebih optimal lagi untuk disentuh-sentuh. Desain ini sedikit banyak mengadopsi lini produk IdeaPad Yoga, laptop ber-OS Windows keluaran Lenovo yang bisa dilipat ke dalam 4 bentuk berbeda.

Ketika penjualan Windows PC tidak setinggi dulu, tentu saja wajar jika para vendor berusaha untuk mencoba berbagai cara untuk memperluas ruang pasar. Kepada The Verge, pihak Lenovo mengatakan bahwa IdeaPad A10 tidak tersedia untuk pasar Amerka. Melainkan akan dijual di Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Pasifik saja.

Ini menegaskan bahwa produk tersebut memang ditujukan untuk konsumen kelas menengah. Dan tentu saja sangat besar kemungkinan jika A10 akan dipasarkan di Indonesia mengingat penetrasi OS Android yang besar dan karakter masyarakat Indonesia yang sangat majemuk dalam mengonsumsi sebuah produk.

Seandainya produk ini kemudian terbukti sukses, bukan tidak mungkin jika nanti banyak vendor lain yang juga ikut masuk. Bahkan tanpa perlu melihat langsung A10 saya sudah menganggap produk itu sangat menarik. Siapa tidak mau sebuah laptop seharga smartphone (kelas menengah), menggunakan OS Android, dan sangat bisa digunakan untuk bekerja produktif melalui full  size keyboard-nya?

Penggunaan OS Android
Android, sistem operasi yang diakuisisi Google pada 2005 itu, memungkinkan vendor hardware untuk membuat sistem operasi berbiaya rendah, mudah dikostumisasi, dan sangat ringan. Alhasil, meski mulanya Android secara spesifik hanya di desain untuk ponsel dan tablet, namun pada perkembangannya OS tersebut di-aplikasikan ke berbagai perangkat. Beberapa adalah sebagian diantaranya.

Smartwatch
SmartWatch_PP_ColorWristband_Solo_Black Sony dan Samsung adalah dua vendor besar yang bertarung di perangkat smartwatch ini. Smartwatch berfungsi menjadi pelengkap dari smartphone.

Kamera Digital
Samsung S4 Zoom Vendor seperti Samsung mencoba untuk mengintegrasikan sistem operasi Android ke kamera digital agar pengguna dapat langsung mengedit serta membaginya ke jejaring sosial. Antara lain melalui Galaxy Camera dan Galaxy S4 Zoom.

Konsol Game
ACiCLOtJcCtfmu5tfTQTs05fI9Fb98ExVtJJnJ_Lk7c Ouya adalah konsol video game yang menggunakan basis Android. Tren ini kemudian diikuti oleh Project Shield keluaran Nvidia, sebuah perangkat Android yang menggunakan form factor game portable.

Kacamata
google-glass-macro Google Glass merupakan salah satu proyek Google untuk mengeksplorasi tren baru wearable device yang diprediksi akan populer. Google Glass menggunakan OS Android.

Televisi
TV Pada 2011, Google pernah mendemonstrasikan “Android@Home”, dimana OS Android dapat menyalakan lampu, pengukur suhu, juga televisi. Banyak Smart TV saat ini yang menggunakan Android.

Laptop

Lenovo IdeaPad A10 adalah laptop berlayar sentuh yang menggunakan OS Android.
Lenovo IdeaPad A10 adalah laptop berlayar sentuh yang menggunakan OS Android.

Lenovo IdeaPad A10 akan membuka kemungkinan bagaimana laptop dengan OS Android diterima oleh pasar.

CD dan DVD player pada mobil
Android-Car-Navigation-System Navigasi sistem multimedia dan audio pada mobil tentu akan semakin mudah melalui keberadaan OS Android.