
Sejumlah vendor sudah membenamkan teknologi kamera beresolusi 4K ke dalam produk smartphone mereka. Apa manfaatnya? Seberapa besar dampaknya terhadap kegiatan berkomputasi pengguna sehari-hari?
Pada akhir 2010, Nokia Indonesia mengundang sejumlah media untuk menonton film di Blitz Megaplex. Tapi, film itu bukanlah film bioskop biasa. Durasinya Cuma 7,5 menit. Bintangnya, antara lain mantan bintang serial Baywatch Pamela Anderson dan Dev Patel, aktor muda India yang melejit usai membintangi Slumdog Millionaire (2008).
The Commuter, judul film itu, di-syut sepenuhnya menggunakan perangkat Nokia N8. Dengan sistem operasi Symbian^3 dan layar sentuh 3,5 inci (beresolusi 640 x 360 piksel), Nokia N8 menjadi ponsel pertama yang mengusung resolusi kamera 12 MP serta kemampuan rekam video High Definiton (HD) 720p. Sebuah terobosan pada zamannya.
Dengan video HD 720p yang disyut dari sebuah ponsel itu ternyata saya masih bisa menikmati film The Commuter di layar bioskop dengan cukup nyaman.
Dipercepat tiga tahun kemudian, teknologi kamera pada sebuah smartphone ternyata melaju begitu cepatnya. Di pameran produk elektronik Internationale Funkausstellung (IFA) 2013 di Berlin bulan lalu, misalnya, kamera smartphone sudah mampu merekam gambar dengan resolusi berkali-kali lipat dari kepunyaan Nokia N8.
Resolusi itu bernama 4K. 4K adalah sebutan untuk ultradefinition atau ultra high-resolution. Resolusi ini empat kali lebih besar dibandingkan resolusi yang digunakan High Definition Television (HDTV) saat ini.
Disebut ”4K” karena setidaknya ada 4.000 piksel dalam bentang horizontal-nya. Jika resolusi HDTV yang sudah sangat tajam itu adalah 1920×1080 atau ”1080p”, maka resolusi TV 4K dimulai dari 3849×2169 hingga 4096×3112 piksel. Sebagai perbandingan, resolusi “retina” dari laptop MacBook Pro terbaru itu maksimum hanya 2880 x 1800 piksel.
Nah, resolusi 4K itu menjadi standar dari film digital yang digunakan di bioskop seperti Blitz Megaplex. Jadi, seandainya Anda memiliki smartphone yang dapat merekam video beresolusi 4K, artinya video tersebut memiliki standar setara bioskop!
Tentu saja, teknologi ini memiliki kelemahan. Pertama, ukuran file-nya yang sangat masif. Film dokumenter TimeScapes arahan Tom Lowe yang hadir dalam resolusi 4K (format 4:2:2) itu hadir dalam ukuran 160 GB. Untuk mendapatkannya Anda harus membeli HDD eksternal terlebih dulu.
Karena ukuran yang besar itu, file 4K tidak bisa diputar disembarang perangkat. File 160 GB itu harus diputar di TV khusus 4K dengan alat pemutar khusus (semacam server) yang harganya masih sangat mahal.
Tentu saja, pengguna masih bisa melakukan kompresi (pemampatan) agar ukuran file lebih kecil kendati resolusinya juga berkurang. Itupun masih butuh kartu grafis yang cukup kuat (misalnya dari PC) untuk memutarnya.
Dan ketika Anda ingin mengunggahnya ke YouTube, Anda jelas butuh koneksi internet yang sangat baik. Karena sebuah file video 4K yang sudah dikompresi pun ukurannya bisa mencapai beberapa gigabyte.
Bakal Jadi Standar?
Terlepas dari kerumitan akses ataupun ekosistem yang belum sempurna, para vendor tetap berusaha berlomba-lomba untuk membenamkan kamera yang mampu merekam gambar 4K di perangkat tablet atau smartphone terbaru mereka.
Liquid S2, misalnya, menjadi phablet pertama Acer yang sudah dibekali video 4K. Dalam rilis resminya, disebutkan bahwa Liquid S2 memiliki kamera beresolusi 13 megapiksel bukaan diafragma f2.2 serta lensa 24 mm.
Untuk merekam video resolusi full HD 1080p standar, Liquid S2 menembus 60 frame per detik. Artinya, video tersebut dapat diperlambat (slow motion) hingga 4x. Fitur foto panoramanya juga bisa mencapai resolusi 27 MP, sehingga kualitasnya tetap terjaga. Acer Liquid S2 sendiri dibekali layar 6 inci (resolusi 368 piksel per inci), prosesor Qualcomm quad-core Snapdragon 800 2.2GHz, RAM 2 GB, serta memori 16 GB.
Acer tidak sendiri. Sebab, Samsung Galaxy Note 3 yang baru saja diluncurkan di Indonesia seharga Rp9 jutaan itu juga dibekali sensor kamera yang mampu merekam video beresolusi 4K. Meski demikian, durasi rekam hanya dibatasi 5 menit mengingat besarnya ukuran file.
Yang pasti, resolusi 4K jadi salah satu highlight utama dalam perhelatan IFA 2013. Kehadiran 4K pada smartphone juga semakin menegaskan bahwa fitur tersebut bisa menjadi tren tahun depan.
Bisa jadi saat ini kita memang masih belum butuh dengan 4K. Tapi, jika melihat tren, resolusi adalah sesuatu yang diagung-agungkan vendor, juga konsumen. Ketika saat ini resolusi full HD bukan lah sesuatu yang istimewa, maka vendor berusaha untuk memberikan “gimmick” baru yang diharapkan dapat membuat konsumen terkesan.
Masa Depan Teknologi 4K
4K di TV
Perangkat yang menjadi awal berkembangnya teknologi 4K. Ultra-HD TV sudah masuk ke Indonesia sejak akhir tahun lalu, meski harganya masih sangat mahal (ratusan juga rupiah) dan kontennya sangat terbatas.
4K di Laptop
Setelah smartphone, tablet, dan TV, laptop adalah media terakhir yang segera mengadopsi teknologi 4K. Asus, misalnya, awal bulan lalu memperlihatkan Transformer Pad TF701T yang mampu menampilkan video/gambar 4K. Transformer Pad TF701T menggunakan prosesor 1.9GHz Nvidia Tegra 4 quad-core, layar 10.1 inci (2560×1600), kamera 5 MP, dan tebal hanya 8,9mm.
4K di Smartphone/Tablet
Perangkat portabel yang paling akhir mengadopsi teknologi 4K. Namun, jika teknologi ini sukses, maka akan cepat sekali 4K mejadi tren karena perangkat portabel adalah men-drive pasar.
Konten 4K
Jika Anda memiliki UH-TV, maka konten 4K bisa di dapat dari beberapa sumber. Misalnya YouTube, ataupun beberapa toko yang disediakan oleh Sony.
Saat ini hanya tersedia 70 film 4K berdurasi penuh yang diproduksi Sony Pictures Entertainment dan rumah produksi lainnya. Pengguna bisa menyewa atau membeli konten video tersebut untuk diunduh di perangkat Sony 4K Ultra HD Media Player (FMP-X1) yang secara khusus berfungsi memutar konten 4K di Ultra HD TV.
4K Konektivitas
USB MHL (Mobile High-Definition Link) adalah perangkat yang menghubungkan smartphone/tablet yang tidak memiliki slot HDMI supaya bisa mengeluarkan gambar via slot microUSB ke media lain seperti TV. Nah, saat ini USB MHL terbaru (versi 3.0) sudah mendukung output resolusi 4K (3840 × 2160 piksel) termasuk dukungan suara 7.1.
Vendor aksesori seperti Displaylink juga sudah membuat perangkat USB 3.0 dengan teknologi Wi-Fi 802.11ad yang dapat mengkompres file 4K untuk mempermudah menghubungkannya ke berbagai perangkat secara nirkabel.