Diluncurkannya iPhone 5c (Colour) dengan banderol harga mulai USD550 (Rp5,5 juta) menegaskan bahwa perusahaan asal Cupertino, As, itu tidak ingin berkompromi dengan pasar dan ingin tetap berada di wilayah premium.
Prediksi bahwa Apple akan merilis model iPhone dengan harga lebih terjangkau memang terbukti. Pekan lalu, Apple memang merilis dua model ponsel sekaligus. Pertama adalah iPhone 5s sebagai penerus iPhone 5. Dan kedua adalah iPhone 5c, model yang sejatinya ditujukan untuk menjangkau segmen pasar lebih luas lantaran harganya lebih terjangkau.
Namun, yang tidak disangkasangka adalah harga iPhone 5c yang ternyata jauh lebih mahal dari perkiraan semula para analis di kisaran angka USD300-USD400. Nyatanya, harga iPhone 5c termurah adalah USD550. ”Tidak ada yang menyangka harga iPhone 5C bakal setinggi ini,” tegas Brian Blair, analis dari Wedge Partners Corp.
Jelas, lewat harga banderol itu artinya iPhone 5c tidak ingin berkompetisi dengan smartphone Android yang harganya semakin terjangkau. Sebagian analis menilai bahwa langkah Apple ini blunder.Karena market share mereka kedepannya bakal terus tergerus oleh smartphone Android.
Benarkah demikian? Sedari awal, Apple tidak pernah dan tidak ingin masuk ke dalam strategi perang harga. Tidak juga sekarang. Mereka percaya iPhone 5s dan iPhone 5c dapat terjual hingga puluhan juta unit, meneruskan positioning Apple sebagai vendor smartphone premium dengan layanan best in class.
Mereka percaya ada jutaan Apple fans maupun first time buyeryang rela membayar harga premium untuk mendapatkan fitur fingerprint security, prosesor 40% lebih cepat, dan kamera lebih baik di iPhone 5S, atau iPhone 5C yang mengusung casing warna warni serta harga lebih terjangkau.
Tapi bagaimana dengan market share, yang seolah-olah dijadikan tolak ukur kesuksesan oleh perusahaan seperti Samsung, BlackBerry, maupun Microsoft?
Mei silam, CEO Apple Tim Cook pernah mengatakan bahwa Apple tidak khawatir dengan market share. Cook tidak peduli jika Android mengambil market share lebih besar selama penjualan iPhone terus menerus tumbuh.
Pada kuartal kedua 2013 silam, penjualan iPhone sendiri tetap tumbuh 20% dibanding 2012. Selain itu, Cook juga terlihat lebih tertarik untuk meningkatkan profit margin Apple yang saat ini diperkirakan mencapai 40% dari setiap iPhone yang terjual.
Sekadar bayangan, dalam 18 bulan diantara Oktober 2010 ke Maret 2012, laba kotor Apple yang di dapat dari penjualan iPhone mencapai 49%-58%, angka yang hampir tidak mungkin dicapai oleh sebuah produk consumer electronic.
Minim Inovasi?
Peluncuran kedua model iPhone terbaru ini memang menegaskan perubahan strategi bagi Apple, yang sedari awal menentukan ritme pasar smartphone. Ketika Steve Jobs mengenalkan iPhone pada Januari 2007, Apple mampu menggeser dominasi Nokia dan BlackBerry, serta mendefinisikan ulang produk smartphone.
Kendati demikian, produk iPhone yang ada saat ini dinilai masih menjadi warisan dari mendiang Steve Jobs. Sebagian analis bahkan menyebut Apple tidak lagi jadi perusahaan inovatif yang memprediksi tren pasar.
Benarkah? Bisa jadi, pandangan tersebut tidak sepenuhnya salah. Namun, ada sedikit fakta yang mungkin terlupa dari iPhone 5s yang mungkin akan memberikan sedikit gambaran terhadap produk Apple berikutnya. Pertama adalah motion sensor chip M7. Ketika mengenalkan iPhone 5s, Apple menunjukkan bagaimana chip M7 dapat digunakan untuk mendukung aplikasi kesehatan dan kebugaran.
”Chip tersebut sangat hemat baterai, berfungsi untuk melacak gerakan lewat accelerometer, gyroscopedan kompas,” papar Chief Marketing Apple Phil Schiller. Chip tersebut bekerja pararel dengan prosesor lain yang mentenagai grafis dan fungsi vital ponsel lainnya. Teknologi M7 jelas akan memperbaiki sinergi iPhone terhadap aplikasi kebugaran. Tapi, yang lebih penting lagi, M7 jelas mengindikasikan bahwa Apple telah siap dengan produk wearable deviceseperti iWatch.
Hal ini diungkap oleh analis Forrest Research Sarah Rotman Epps yang mempelajari khusus pasar wearable device. Selain itu, sensor sidik jari di iPhone 5s juga membuka kemungkinan dinding keamanan terhadap transaksi perbankan melalui ponsel. Hal tersebut diungkapkan analis Opus Research Greg Sterling. ”Apple memiliki 435 juta pengguna kartu kredit di iTunes.
Fitur ini bisa menjadi sistem dimana iPhone digunakan sebagai media pembayaran,” katanya. Yang pasti, Tim Bajarin, analis dari firma Creative Strategies Inc, mengungkap bahwa kehadiran fiturfitur baru itu menandai langkah penting bagi Apple.