Akhirnya Samsung resmi memperlihatkan produk smartwatch di ajang Internationale Funkausstellung Berlin (IFA) 2013 di Berlin, Kamis (5/9) silam. Akankah produk ini memberi traksi pada wearable device yang disebut kategori menjanjikan pasca smartphone dan tablet?
Tak lama lagi Anda bisa menjadi James Bond. Berbicara, memotret, atau melihat kondisi tubuh bukan hal mustahil untuk dilakukan melalui Galaxy Gear, produk jam tangan pintar keluaran Samsung itu.
Smartwatch memang sudah lama ada. Tapi belum pernah benar-benar populer. Diharapkan dengan kehadiran Galaxy Gear hal tersebut bisa berubah, seperti saat Apple merubah pasar tablet dengan kehadiran iPad.
Untuk dapat berfungsi penuh, Galaxy Gear harus terhubung secara nirkabel ke smartphone. Secara fungsi memang tidak untuk berdiri sendiri. Namun, menjadi ”pelengkap” dari smartphone. Sehingga untuk membaca pesan, notifikasi, dan panggilan, cukup di layar berukuran 1,63 inci-nya (tidak perlu merogoh smartphone di tas atau saku celana).
”Anda juga dapat menerima dan melakukan panggilan lewat Galaxy Gear,” jelas Pranav Mistry, anggota tim desain Samsung.
Diperkirakan kategori wearable device seperti Galaxy Gear ini akan menjadi fokus dari berbagai perusahaan elektronik di masa depan. Setelah era smartphone dan tablet, teknologi komputasi mulai menyentuh ke perangkat yang dipakai sehari-hari, seperti jam tangan atau kacamata.
Firma riset Gartner bahkan memperkirakan pangsa pasar wearable smart electronics ini akan menembus angka USD10 miliar (Rp100 triliun) pada 2016.
Meski demikian, analis firma riset IDC Ramon Llamas menilai ada beberapa hal yang membuat perangkat seperti smartwatch ini sukses. Salah satunya dukungan aplikasi yang benar-benar fungsional dan berguna. Misalnya aplikasi berolahraga atau fitness yang mencatat jarak lari atau olah raga lainnya. ”Bukan hanya memperlihatkan notifikasi berapa pesan masuk,” katanya.
Analis lain, Carolina Milanesi dari Gartner, juga berpendapat sama. Smartwatch hendaknya dibekali berbagai sensor misalnya untuk mengukur detak jantung atau bahkan sensor untuk melakukan pembayaran atau lokasi.
”Saya merasa Samsung tidak mendorong produk smartwatch seperti yang diharapkan. Saya melihat Galaxy Gear hanya berfungsi sebagai ’layar tambahan’ dari smartphone. Dan itu jelas bukan yang diinginkan konsumen,” terangnya.
Mulanya, Galaxy Gear akan dipasarkan di Amerika dan Jepang pada bulan depan. Di beberapa negara bahkan lebih cepat, mulai 25 September mendatang dengan harga USD299 (Rp3 juta).
Galaxy Gear menggunakan sistem operasi Android. Sebuah mikrofon memungkinkan pengguna berbicara langsung ke jam tangan yang terkoneksi ke smartphone lewat koneksi Bluetooth tersebut. Bahkan, memungkinkan juga melakukan voice command S-Voice untuk menyeting alarm, kalender, atau cuaca. Fitur lainnya adalah pedometer dan Smart Relay (memindahkan hal yang sedang dilakukan di Galaxy Gear ke dalam smartphone), dan merekam video atau foto.
Jumlah aplikasi untuk Galaxy Gear juga masih sangat terbatas. Hanya mendukung sekitar 70 aplikasi, termasuk Facebook, Twitter dan RunKeeper. Menurut Samsung, baterai Galaxy Gear hanya dapat bertahan selama sehari sebelum kembali di-charge.
Selain Samsung, saat ini kompetitor terbesarnya adalah Sony lewat SmartWatch2 yang sudah dikenalkan namun belum dirilis secara resmi. Kabarnya, smartphone tersebut akan dibanderol USD263 (Rp2,6 juta). Ada pula Toq milik Qualcomm yang juga dikenalkan di IFA 2013. Info soal Toq ini masih sangat terbatas kecuali dapat di-pairing di perangkat berbasis iOS dan memiliki kemampuan wireless charging. Apple dikabarkan bakal keluar dengan perangkat smartwatch mereka sendiri dalam waktu dekat.
Robert-Jan Broer, kepala firma riset Jerman Chronolytics mengatakan bahwa smartwatch akan menarik mereka yang sempat meninggalkan arloji lantaran telah tersubtitusi oleh smartphone. Tapi, pertanyaan yang lebih besar adalah apakah Rp3 juta itu cukup layak untuk sebuah smartwatch?