IMG_7311Sebagai pemimpin pasar DSLR, Canon bukanlah yang pertama merilis mirrorless. Tapi, Canon EOS M jelas penantang pasar mirrorless yang sangat diperhitungkan.

Mirrorless adalah hibrida dari kamera dengan fitur dan form factor konsumer, dibekali sensor yang setara DSLR, lensa yang bisa diganti-ganti (interchangeable lens), serta kontrol bak “profesional”.

Yang saya pertama sadari dari kamera ini adalah, tidak banyak tombol untuk setting. Desainnya sendiri tampak modern, kecil, dan simpel. Hampir tidak seperti produk Canon yang umumnya ada dipasaran.

Meski demikian, pengguna masih bisa mendapatkan kontrol menu yang lengkap di layar sentuh. Jika Anda adalah pengguna kamera DSLR Canon, maka tidak akan asing dengan menu di EOS M.

Jika ingin memfungsikannya sebagai sebagai point and shoot, saya menggunakan menu Creative Auto (CA). Menu ini membiarkan kamera bekerja untuk sendiri, sehingga fokus saya adalah framing dan mendapatkan angle yang bagus.

Sebaliknya, jika tidak mengejar obyek yang cepat atau foto candid, saya bisa bereksplorasi melalui menu Aperture Priority (Av), T atau Program (P). Menunya sendiri cukup intuitif dan tidak terlalu membuat bingung. Sekali lagi, jika Anda sudah terbiasa dengan DSLR.

Karena layarnya sendiri bisa disentuh, saya bisa melakukan fokus dengan sangat mudah. Tapi, cukup menyentuh bagian di layar bagian mana yang ingin saya fokuskan. Aktifkan lagi fitur “touch shutter”, maka pengguna bisa langsung menjepret tanpa perlu menekan tombol shutter.

Fitur lainnya, ada Creative Filter yang cukup asik jika Anda termasuk suka mengabadikan foto dan mengunggahnya di Instagram. Misalnya Soft Focus, Toy Camera, Miniature, Art Bold, hingga Fish Eye. Foto pun bisa langsung di unggah melalui email ataupun Facebook.

Menurut saya, jika Anda menginginkan kamera dengan desain point & Shoot, tapi masih menawarkan kontrol yang advance untuk belajar sebelum benar-benar menggunakan DSLR, ini adalah kamera yang sangat tepat.

Sensornya sangat impresif. Menggunakan sensor sensor CMOS APS-C 18-Megapiksel (22,3 x 14,9mm) yang dipadu prosesor gambar DIGIC 5 yang serupa milik Canon EOS 60D.

Ketika mencoba memotret di pencahayaan mini, hasilnya cukup apik. Setting ISO dapat di-push setinggi 12.800, meski 6.400 sendiri adalah batasan “aman” untuk memotret dengan ISO tinggi.

Harap diingat bahwa kamera ini tidak memiliki flash. Jadi, pengguna harus siap membeli flash eksternal. Atau kembali mengandalkan ISO tinggi.

Soal lensa, Canon menggunakan EF-M Lens Mount. Yang artinya, pengguna harus memakai lens adapter untuk bisa memakai koleksi lensa Canon yang sangat banyak. Saat ini ada 3 lensa native yang tersedia.

Antara lain lensa EF-M 18-55 mm f/3.5-5.6 IS STM, pancake EF-M 22 mm f/2 STM, dan yang terbaru yang saya gunakan, EF-M 11-22mm f/4-5.6 IS STM wide zoom. Dapat pula digunakan dengan lebih dari 60 pilihan jenis lensa EF dan EF-S yang tersedia di pasaran melalui bantuan adaptor.

Lensa EF-M 11-22mm f/4-5.6 IS STM wide zoom yang saya gunakan sendiri cukup asyik dalam memberikan efek wide. Hasil fotonya juga sangat soft. Lensa tersebut juga dibekali, STM teknologi, serta memiliki autofokus yang hening. Hal ini penting jika Anda memfungsikan kamera ini untuk mereka video. Autofokus yang hening tidak akan mengganggu sound. Saya sangat suka dengan kualitas gambar yang sangat apik, low noise, di low light.

LCD layar sentuh berukuran 3 inci memiliki resolusi 1.040.000 Pixel sehingga sangat tajam dan cerah sekali warnanya. Meski, ketika di Ciwidey dan memfungsikan kamera tersbeut dibawah sinar matahari, saya tetap mengalami kesulitan melihat layar karena refleksi. Tapi, ini wajar. Mau tidak mau saya menutup kamera dengan tangan.

Karena kontrol lebih banyak dilakukan melalui sentuhan, maka jika Anda biasa menggunakan smartphone bisa tersenyum. Layar sentuhnya sangat responsif, mungkin paling responsif diantara kamera yang lain.

Canon memiliki reputasi yang baik soal DSLR video. Ingat, kamera Canon EOS 5D adalah salah satu yang difavoritkan oleh videografer. Karena itu, kualitas video di EOS M pun, menurut saya, sangat memuaskan. Bahkan ada jack untuk eksternal mike dan mensyut ke 1080p.

IS juga lumayan untuk mengurangi handheld goyangan saat mensyut video. Saya juga mendapati ini: mode Movie Servo AF dan pilih Face Detection + Tracking AF, dimana kamera akan terus melakukan fokus meski kondisinya bergerak untuk memastikan fokus.

Tapi, ada beberapa hal yang menurut saya mengganggu. Pertama. Startup dan kecepatan fokusnya tidak terlalu cepat. Kemudian, rasanya cukup berat dengan grip yang sangat licin. Karena itu, saya selalu menggunakan tali straps, takut kamera ini meleset dari tangan.

Saya bukan seorang pehobi fotografi yang sengaja mengikuti berbagai event hunting foto tertentu. Tapi, sebagai orang yang sangat menyukai traveling dan jalan-jalan, saya butuh kamera yang lebih baik dari kamera saku digital untuk mengabadikan momen-momen penting di perjalanan.

Karena itulah sudah lama saya meninggalkan DSLR dan beralih ke mirrorless. Mengapa saya harus membawa DSLR yang bulky dan berat ketika saya bisa mendapatkan hasil foto dengan kualitas yang sebanding lewat kamera mirrorless yang lebih ringkas dan tidak perlu tas tambahan untuk membawanya. EOS M Kit I  (EF M18-55) dibanderol Rp5.680.000.