Smartphone adalah masa depan. Sementara feature phone akan segera jadi masa lalu. Ini karena penjualan ponsel global pada kuartal kedua 2013 menunjukkan bagaimana penjualan smartphone telah melebihi feature phone.
Hal itu terungkap dalam laporan terbaru lembaga riset Gartner. Menurut Gartner, jumlah penjualan smartphone secara global pada kuartal kedua 2013 sudah mencapai 51.8% dibanding feature phone. Angka itu tumbuh 46.5% dari kuartal kedua pada 2012.
Gartner mendeskripsikan feature phone sebagai ponsel yang memiliki fitur basic.
Apa pemicunya? Gartner menilai, membengkaknya pasar ponsel Android dengan harga terjangkau–khususnya dibawah Rp1 juta–membuat pertumbuhan penjualan smartphone di seluruh dunia meroket.
”Tahun ini harga smartphone sudah menembus angka Rp600 ribu,” ujar Anshul Gupta dari Gartner. Padahal, pada 2012 harga smartphone termurah masih berada di kisaran Rp1,2 jutaan (bahkan lebih tinggi).
Dampaknya, harga antara low cost smartphone dan feature phone bersinggungan (fenomena ini juga terjadi di Indonesia). Konsumen yang semakin teredukasi pun mulai beralih ke smartphone.
Pertumbuhan smartphone dengan harga terjangkau ini juga ikut meningkatkan market share sistem operasi Android milik Google secara global kini sudah menembus 79%. Ekosistem terbesar kedua, iOS, terdesak dari 18,2% pada 2012 menjadi hanya 14,2% tahun ini lantaran lambatnya Apple berinovasi.
Menurut Gartner, negara-negara di Asia Pasifik, Amerika Latin, dan Eropa Timur memiliki pertumbuhan pengguna smartphone tertinggi. Pertumbuhan pengguna smartphone di Asia Pasifik pada kuartal kedua 2013 mencapai 74.1%, Amerika Latin 55.7% sedangkan Eropa Timur 31.6% jika dibading periode yang sama tahun lalu.
Jika dikombinasikan, Android dan iOS mengakomodir lebih dari 90% market share sistem operasi smartphone secara global. Meski demikian, sistem operasi Windows Phone milik Microsoft terus menunjukkan pertumbuhan.
Market share Windows Phone tumbuh ke angka 3,3 persen, menyalip BlackBerry yang justru terus turun ke angka 2,7%.
Symbian, sistem operasi milik Nokia yang digunakan di rangkaian keluarga Nokia Asha, juga terus menurun. Market share OS tersebut terjun bebas dari 5,9% pada 2012 menjadi hanya 0,3% tahun ini.
Gupta menilai, Symbian yang berhadapan langsung dengan smartphone Android low cost ini membuat Nokia jatuh bangun. ”Pertumbuhan smartphone terbesar berasal dari emerging market, sementara Nokia belum memiliki portofolio yang lengkap untuk dapat mencukupi kebutuhan konsumen,” katanya.
Problematik ini menurut Gupta tidak hanya dialami oleh Nokia saja. Apple juga disebutnya mengalami masalah yang sama. ”Apple butuh smartphone dengan harga lebih terjangkau untuk bisa melakukan penetrasi di emerging market,” ungkapnya.
Apple memang dikabarkan berencana untuk merilis iPhone dengan harga yang lebih terjangkau pada 10 September 2013 mendatang.
Mungkin vendor yang paling sukses dalam mencermati tren perkembangan smartphone adalah Samsung. Strategi membanjiri pasar dengan beragai produk berbeda untuk konsumen yang berbeda mengantar vendor tersebut menjadi vendor ponsel terbesar di dunia.
Penjualan smartphone vendor asal Korea Selatan pada kuartal kedua 2013 tumbuh 56% jika disbanding tahun lalu. Setiap satu dari tiga smartphone yang terjual di dunia, menurut Gartner, adalah produk Samsung.