Moto X, smartphone terbaru Motorola paska diakuisisi oleh Google itu tidak berusaha untuk menjadi yang tercepat, tertipis, atau terbesar. Tapi, ponsel tersebut ingin jadi yang terpintar!
Kedatangan Moto X memang sudah ditunggu-tunggu. Sejak diakuisisi Google pada 2011, Motorola yang dikenal lewat produk Droid itu nyaris tidak berbuat apa-apa. Menurut catatan IDC, market share mereka turun dari 3,8% pada akhir 2011 menjadi hanya 1% di kuartal pertama 2013. Tapi, dibalik diamnya itu tim engineer Motorola dan Google berkolaborasi secara intens.
Dan hasil kolaborasi itu akhirnya diperlihatkan lewat Moto X pada Ahad (1/8) silam. Inilah produk pertama (dan flagship) Motorola yang dipoles langsung oleh Google, si pemilik sistem operasi Android itu.
Terkejut
Peluncuran Moto X dinilai mengejutkan. Karena ternyata ponsel tersebut tidak berupaya menjadi ponsel dengan performa tercepat, desain tertipis, ataupun layar terbesar. Bahkan, Moto X pun tidak berusaha bersaing di wilayah smartphone premium yang jadi rebutan Apple iPhone 5, HTC One, Sony Xperia Z, serta Samsung Galaxy S4. Lalu, apa sebenarnya strategi smartphone tersebut? Moto X, ternyata berupaya untuk menjadi ponsel paling pintar.
Smartphone tersebut dirancang menggunakan desain chip baru yang disebut dengan X8. Chip cutting edge tersebut memungkinkan Moto X mengenali bahasa tubuh dari penggunanya. Contoh pertama adalah chip yang terus aktif berpikir. Pengguna bisa langsung mengakifkan perintah suara seperti, ”OK Google Now!” tanpa harus menyentuh tombol apapun, dan ponsel langsung memproses perintah tersebut.
Kendati chip itu terus aktif, namun Motorola menjamin tidak akan menguras baterai. Kedua, Moto X dapat mendeteksi gerakan pengguna saat akan mengambil gambar dan secara otomatis mengaktifkan fitur kamera.
Smartphone tersebut dapat langsung aktif menampilkan notifikasi begitu jari penggunanya menyentuh layar, juga aplikasi Assist yang memungkinkan pengguna melakukan beberapa fungsi tertentu secara simultan. Misalnya membacakan semua SMS masuk ketika sedang menyetir. Berbeda dengan Google Nexus yang hampir selalu dirilis dengan Android terbaru, Moto X masih menggunakan OS Android Jelly Bean standar (4.2.2).
Kendati demikian, Android ini di-tuning untuk bekerja dengan ringan dan lebih cepat dalam menerima update terbaru. Layar 4,7 inci 720p-nya di dukung oleh kamera 10 MP dengan sensor yang membuat Moto X diklaim sangat baik saat memotret di cahaya minim. Dan yang istimewa adalah bagaimana baterainya diklaim mampu bertahan hingga 24 jam sekali charge.
Tapi, faktor X yang dimiliki Moto X justru ini: keistimewaan dalam melakukan kustomisasi warna kover. Penguna tinggal log ini ke situs Motorola untuk melakukan kustomisasi pada casing ponsel sesuai keinginannya. Ada banyak sekali pilihan warna yang bisa dikombinasikan. Sehingga setiap Moto X yang dibeli oleh pengguna adalah personal.
Selain itu, Moto X menjadi handset yang mengusung label “Made in USA”. Kendati komponen seperti layar, chip, atau memori diimpor dari seluruh dunia, namun perakitan Moto X berada di Fort Worth, Texas, Amerika.
Memang ada cibiran mengapa Moto X tidak berupaya bersaing di segmen premium. Sebagian analis menilai bahwa target market Moto X untuk kalangan mid-end sangat cocok. Sebab, divisi Motorola yang saat ini sedang berjuang keras untuk bisa mendapatkan profit.
Karena itu, merekat tidak butuh produk flagship yang serba canggih namun menyasar segmen terbatas. Dengan mengandalkan fitur-fitur baru, Motorola optimistis mereka dapat langsung meraih segmen yang lebih besar.
Kedua, kolaborasi Motorola-Google bisa berdampak negatif pada para vendor pengguna OS Android seperti Samsung, Sony, atau HTC jika Motorola memutuskan untuk masuk ke pasar premium (seperti yang dikhawatirkan analis ketika rencana akusisi pertama muncul). Karena itu, mereka lebih memilih mengincar pasar berbeda.
The X Factor
Moto X diklaim sebagai produk smartphone yang paling bisa dikustomisasi. Kendati secara spesifikasi Moto X otomatis terkategorisasi di segmen menengah (bukan premium), namun smartphone ini memiliki fitur inovatif yang belum pernah ada di ponsel Android manapun. Berikut adalah ulasan lengkapnya:
Desain
Inilah salah satu fokus utama Motorola saat mendesain Moto X: personalisasi. Konsumen dapat memilih hingga 504 kombinasi warna lewat aplikasi Moto Maker. Ada 18 pilihan warna untuk kover belakang. Sedangkan tombol utama dan ring kamera punya 7 warna berbeda.
Meski, bagian depannya hanya tersedia hitam atau putih saja. Konsumen juga bisa memilih gambar wallpaper yang sesuai dengan kover yang dipilih.
Moto X menggunakan layar AMOLED 4,7 inci Gorilla Glass berkepadatan 330 piksel per inci, dimensi 129 x 65 x 10.4mm, serta berat 130 gram. Performa Moto X tersedia dalam pilihan 16 GB atau 32 GB (tanpa microSD).
Sedangkan prosesornya hanya memakai dual core 1.7 GHz Snapdragon S4 Pro dan RAM 2GB. Jauh jika dibandingkan Samsung Galaxy S4. Meski, ponsel itu diklaim tetap berjalan smooth lewat penggunakan arsitektur X8 di intinya, serta Android Jelly Bean 4.2.2.
Yang menarik adalah kemampuan voice recognition—bekerja dengan Google Now—yang terus aktif. Sehingga pengguna bisa melakukan perintah suara bahkan tanpa menyentuh handset.
Spesifikasi lainnya adalah kamera 10 MP (utama) dan 2.1 MP (sekunder). Kemeranya diklaim mampu mendeteksi ketika penggunanya ingin mengambil gambar dan otomatis mengaktifkan fitur kamera. Harga Untuk sementara, Moto X hanya tersedia untuk pasar Amerika mulai akhir bulan ini.
Harganya adalah USD199 dengan kontrak dua tahun atau USD575 tanpa kontrak. Tambahkan Rp500 ribu untuk versi 32 GB. Kabarnya, Motorola tengah menyiapkan model yang lebih terjangkau.